Xu Yiran, seorang pemuda lumpuh di bumi yang hanya bisa bermimpi menjadi petarung MMA, mendapati hidupnya berakhir tragis dalam sebuah kecelakaan. Namun, takdir membawanya terlahir kembali di dunia brutal di mana kekuatan adalah segalanya. Ia terbangun di tubuh pemuda lain bernama Xu Yiran, satu-satunya yang tersisa dari pembantaian desanya oleh Sekte Seribu Bunga. Dipenuhi dendam dan tekad baja, Xu Yiran memanfaatkan pengetahuan seni bela diri modernnya untuk menciptakan gaya bertarung unik dalam kultivasi. Dengan setiap langkah, ia mendekati balas dendam dan memulai perjalanan menjadi penguasa dunia yang tak tertandingi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Maut
Matahari pagi mulai menyinari Hutan Dianfen, sinarnya yang hangat merembes melalui celah dedaunan. Xu Yiran duduk di atas sebuah batu besar di pinggir sungai kecil, napasnya terengah-engah. Tubuhnya berlumuran keringat, pakaian yang ia kenakan sudah compang-camping akibat berminggu-minggu bertarung tanpa henti. Namun, di balik penampilannya yang lusuh, matanya bersinar dengan tekad yang kuat.
Dia menatap tangan kirinya yang bergetar lemah. Setelah berminggu-minggu bergulat dengan bahaya di hutan ini, akhirnya ia berhasil mencapai tingkat Pemadatan Inti tahap pertama. Meski pencapaiannya terbilang biasa saja untuk seorang kultivator dengan akar spiritual tingkat rendah seperti dirinya, Xu Yiran tahu bahwa ia melangkah lebih cepat daripada kebanyakan orang yang memiliki akar spiritual Huang tingkat rendah.
“Hah... tidak buruk,” katanya sambil tersenyum tipis.
Namun, perjalanan menuju tahap ini tidaklah mudah. Xu Yiran telah melewati berbagai pertarungan sengit, sering kali mempertaruhkan nyawanya hanya untuk selamat dari serangan binatang roh. Berkali-kali tubuhnya terluka parah, dan berkali-kali pula ia bertahan dengan memanfaatkan tanaman roh yang ia temukan di sepanjang perjalanan.
Dalam pertarungannya, Xu Yiran tidak hanya mengandalkan kultivasi. Teknik-teknik bela diri modern yang ia kuasai menjadi senjata utama. Setiap gerakan, setiap pukulan, dan setiap tendangan yang ia lancarkan selalu mengenai sasaran dengan presisi yang mengagumkan.
"Di dunia ini," pikirnya, "teknik bertarung modern memberiku keunggulan unik. Kultivasi saja tidak cukup—aku akan memadukan semuanya untuk menjadi petarung terkuat."
Xu Yiran menarik napas panjang, memejamkan mata sejenak. Ia merasakan energi inti pertamanya yang baru saja terbentuk. Rasanya kecil, lemah, dan belum stabil, tapi keberadaannya sudah cukup untuk memberinya harapan.
Ia bangkit berdiri, meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. “Baiklah, cukup istirahat. Aku harus terus bergerak.”
Hutan Dianfen tetap menjadi tempat yang penuh bahaya, meskipun Xu Yiran mulai terbiasa dengan suasana dan pola kehidupan di dalamnya. Binatang roh yang berkeliaran di sekitarnya selalu mengincar siapa pun yang terlihat lemah. Itulah mengapa Xu Yiran harus terus meningkatkan kekuatannya, tidak hanya untuk bertahan hidup tetapi juga untuk mempersiapkan dirinya membalaskan dendam pada sekte Seribu Bunga.
Dengan langkah mantap, Xu Yiran menyusuri jalan setapak di antara pepohonan. Ia mengamati sekeliling dengan cermat, mencari tanaman roh yang bisa ia gunakan atau tanda-tanda keberadaan binatang roh.
Tiba-tiba, sebuah suara geraman berat terdengar dari arah depan. Xu Yiran berhenti seketika, tubuhnya tegang. Ia menatap ke depan, ke arah semak-semak yang mulai bergerak liar. Suara itu semakin dekat, semakin mengancam.
“Tidak seperti biasanya…” gumamnya, merasa ada yang tidak beres.
Tak lama kemudian, dari balik semak-semak itu, muncul seekor Beruang Batu Hitam yang besar. Tubuhnya setinggi tiga meter dengan bulu hitam pekat yang tampak seperti lapisan baja. Sepasang matanya yang merah menyala memandang langsung ke arah Xu Yiran, penuh dengan niat membunuh.
Xu Yiran menelan ludah. Binatang roh ini jelas bukan lawan yang biasa ia temui. Setelah memperhatikan auranya, Xu Yiran segera menyadari bahwa binatang ini berada di tingkat Ahli Spiritual bintang 2—dua tingkat di atas dirinya yang baru saja mencapai Pemadatan Inti tahap pertama.
“Celaka…” pikir Xu Yiran, punggungnya mulai basah oleh keringat dingin.
Beruang Batu Hitam itu menggeram, suaranya bergema hingga membuat udara di sekitar terasa bergetar. Langkah beratnya menginjak tanah, meninggalkan bekas cakar yang dalam di tanah basah.
Xu Yiran tahu dia tidak punya pilihan. Melarikan diri? Mustahil. Beruang ini terlalu cepat untuk dibiarkan mengejarnya. Pilihan satu-satunya adalah bertahan, setidaknya sampai ada kesempatan untuk kabur.
Ia merapatkan kedua kakinya, mengambil posisi bertahan. Napasnya diatur dengan tenang, meski jantungnya berdegup kencang. “Baiklah, ini akan sulit, tapi aku tidak boleh mati di sini.”
Beruang Batu Hitam itu melompat maju, cakarnya yang besar terayun cepat ke arah Xu Yiran. Dengan gerakan refleks, Xu Yiran memutar tubuhnya ke samping, nyaris menghindari serangan itu. Namun, gelombang angin dari cakar beruang itu tetap menghantam tubuhnya, membuatnya terlempar ke belakang.
Tubuhnya berguling di tanah, tapi Xu Yiran dengan cepat bangkit. Sakitnya tidak seberapa dibandingkan dengan tekanan yang ia rasakan.
"Serangannya cepat... tapi bisa diprediksi," pikir Xu Yiran, mencoba menganalisis pola gerakan lawannya.
Beruang itu menyerang lagi, dan kali ini Xu Yiran memanfaatkan teknik Jiu-Jitsu untuk menghindar dan mencoba mencari celah. Tapi beruang ini tidak hanya kuat, ia juga tangguh. Cakar dan pukulannya tidak memberikan ruang bagi Xu Yiran untuk melawan.
Beberapa menit berlalu, dan Xu Yiran mulai kehabisan tenaga. Meski tubuhnya sekarang lebih kuat daripada sebelumnya, perbedaan kekuatan antara dirinya dan binatang roh di tingkat Ahli Spiritual terasa seperti jurang yang tak bisa dijembatani.
“Bagaimana aku bisa bertahan lebih lama?” pikirnya, nafasnya mulai tersengal.
Beruang itu kembali menyerang, kali ini lebih agresif. Xu Yiran hanya bisa bertahan dengan terus menghindar, mencoba memanfaatkan setiap peluang untuk melancarkan serangan kecil. Namun, setiap serangan yang ia berikan tampak tidak berpengaruh pada tubuh besar beruang itu.
"Jika ini terus berlanjut... aku akan mati di sini," pikir Xu Yiran, rasa frustrasi mulai menghantui pikirannya.
Namun, di balik rasa takut dan frustasi, Xu Yiran merasakan api kecil yang terus menyala di dalam dirinya. Itu adalah tekad yang tidak akan padam.
“Aku tidak akan mati di sini,” katanya dengan suara pelan, namun penuh keyakinan.
Xu Yiran mengepalkan tangan, memaksa dirinya untuk tetap berdiri meskipun tubuhnya mulai melemah. Dia tahu bahwa untuk bertahan hidup, dia harus menemukan cara untuk membalikkan keadaan.
Pertarungan antara Xu Yiran dan Beruang Batu Hitam berlangsung semakin sengit. Setiap serangan beruang itu semakin mematikan, dan Xu Yiran merasa kekuatannya mulai terkuras habis. Nafasnya terengah-engah, keringat menetes deras di wajahnya. Punggungnya terasa berat, tubuhnya sudah terlalu lelah untuk bergerak dengan cepat.
Di bawah tekanan serangan yang tak henti-hentinya, Xu Yiran mencoba sekuat tenaga untuk bertahan, meskipun tubuhnya sudah hampir tidak mampu bergerak. Semua gerakan yang ia lakukan terasa semakin lambat, dan beruang itu mulai mempersempit jarak di antara mereka.
"Jadi ini akhirnya…?" pikir Xu Yiran dengan hati yang berat. Rasa sakit di sekujur tubuhnya membuatnya hampir tidak bisa merasakan kakinya lagi. Semua yang ia rasakan hanya ketegangan dan kelelahan. "Apakah aku akan mati lagi di dunia ini?"
Namun, di saat-saat terakhir, saat ia sudah hampir menyerah, sebuah ledakan energi yang sangat dahsyat mengguncang seluruh hutan. Xu Yiran hanya bisa memejamkan mata, merasa seluruh tubuhnya terhempas ke tanah. Suara ledakan itu begitu kuat, seperti gemuruh petir yang menggelegar.