ZUA CLAIRE, seorang gadis biasa yang terlahir dari keluarga sederhana.
Suatu hari mamanya meninggal dan dia harus menerima bahwa hidupnya sebatang kara. Siapa yang menyangka kalau gadis itu tiba-tiba menjadi istri seorang pewaris dari keluarga Barasta.
Zua tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam semalam. Tapi menjadi istri Ganra Barasta? Bukannya senang, Zua malah ketakutan. Apalagi pria itu jelas-jelas tidak menyukainya dan menganggapnya sebagai musuh. Belum lagi harus menghadapi anak kedua dari keluarga Barasta yang terkenal kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 22 Burung
"Ayo turun," kata Ganra sambil melangkah ke tepi kolam.
"Nggak mau," jawab Zua cepat. Ia tetap berdiri di pinggir, enggan mendekati air.
Ganra menoleh dengan tatapan jahil.
"Kalau kau tidak masuk sendiri, aku akan menggendongmu masuk."
"Coba saja kalau berani!" Zua menantang, meskipun ia merasa Ganra benar-benar akan melakukan apa yang pria itu katakan tadi, dia akan mencoba melawan. Enak saja tertindas terus.
"Kau menantangku?" balas Ganra sambil melangkah mendekat. Zua sudah mengambil ancang-ancang untuk kabur. Handuknya dia lilitkan di pinggang untuk menutupi tubuh bagian bawahnya yang menurutnya terekspos cukup banyak. Dia kan malu sama yang lain.
Zua panik ketiga Ganra hampir menggapainya, lalu dengan gerakan cepat dia lari mengitari kolam tersebut. Larinya cepat sekali. Ganra tertawa, dan mengejar Zua kemudian. Dia menikmati permainan ini, ia bahkan tidak peduli mereka menjadi bahan perhatian yang lain. Toh mereka sudah tahu Zua adalah calon istrinya.
"Kau pikir aku tidak bisa menangkapmu, Claire?!" Ganra berseru.
Dari dalam kolam, Leon tertawa menggelengkan kepalanya.
"Sudah begitu tapi dia masih menyangkal tidak menyukai gadis itu. Mulut dan hatinya benar-benar tidak sinkron." gumam Leon pelan.
Sementara dari pendopo kecil yang Narin duduk, gadis itu makin kesal melihat Ganra dan Zua kejar-kejaran. Saking kesalnya, dia memilih keluar dari situ, pergi keluar untuk foto-foto pemandangan sore, saat matahari terbenam.
Sementara itu Zua terus berlari dan Ganra terus mengejar. Ketika Ganra berhasil mengangkat tubuhnya, Zua berteriak.
"Arghh! Turunin aku! Turunin aku Ganra!" teriak Zua panik. Ia memukul-mukul bahu pria itu, tetapi Ganra hanya tertawa dan terus membawanya ke tepi kolam.
"Tenang saja, aku tidak akan membiarkanmu tenggelam, kau akan aman bersamaku." kata Ganra sebelum melompat ke dalam kolam bersama Zua.
Air dingin langsung menyelimuti tubuh mereka. Zua berteriak kecil saat kepalanya menyembul ke permukaan.
"Dasar gila! Nggak bisa turunnya perlahan-lahan apa?!" serunya sambil menyeka wajahnya yang basah dan menatap Ganra kesal.
Ganra, yang berdiri di dekatnya, hanya terkekeh.
"Melompat lebih lebih menantang." kata pria itu berbisik di telinga Zua.
Zua mendengus kesal.
"Kamu bener-bener nyebelin!"
Ganra tidak menjawab, tetapi senyumnya semakin lebar. Ia tahu Zua kesal, tetapi dia suka melihatnya. Bagi Ganra, Zua adalah satu-satunya orang yang membuatnya merasa lebih hidup. Gadis itu berbeda dari siapa pun yang pernah ia temui, dan ia tidak bisa menahan diri untuk terus berbuat iseng di setiap ada kesempatan.
"Pegang tanganku atau peluk pinggangku kalau tak mau tenggelam."
Zua mendengus keras, namun akhirnya memilih memegang lengan Ganra dengan erat. Ia tak punya pilihan lain.
"Aku lebih baik pegang tanganmu daripada peluk pinggangmu. Huh!" ujarnya dengan nada sarkastik.
Ganra hanya tersenyum jahil.
"Pilihan yang bijak, Claire. Tapi jangan terlalu keras menggenggam tanganku, nanti aku bisa salah paham."
Zua mendelik tajam.
"Salah paham apanya? Aku megangnya tangan karena aku nggak mau tenggelam." Ganra menyeringai.
"Benarkah? Banyak wanita yang jatuh cinta padaku saat berada sedekat ini denganku. Apalagi kalau bertatapan, kau yakin tidak akan jatuh cinta padaku?"
"Jangan mimpi!" Zua menoyor kepala Ganra, sementara yang di toyor malah tertawa.
"Kau bohong, aku tahu kau sudah terpesona dengan ketampananku, jujur saja." Ganra berbisik jahil di telinganya.
Zua mengerutkan kening, mulutnya terbuka lebar sudah siap-siap membalas perkataan Ganra, tetapi ia sadar kalau dia pasti hanya akan semakin dipermainkan kalau menanggapi perkataan Ganra. Jelas laki-laki itu memang sedang menggodanya. Jadi, ia memilih diam dan memalingkan wajahnya, mencoba mengabaikan tatapan jahil pria itu.
Ganra, yang menyadari Zua mulai enggan meladeninya, justru semakin mendekat. Ajari gadis itu renang saja.
"Karena kau sudah memegang tanganku, aku akan mengajarimu sedikit. Gerakkan kakimu seperti ini, seperti sedang menendang air. Jangan terlalu kaku, santai saja."
Zua mencoba mengikuti arahan Ganra. Ia menggerakkan kakinya perlahan-lahan, meski canggung. Ganra memegang kedua lengannya untuk memastikan Zua tetap seimbang di air.
"Begitu, bagus. Kau lebih cepat belajar daripada yang kuduga." puji Ganra.
Zua merasa sedikit bangga, tetapi ia segera mengendalikan ekspresinya agar Ganra tidak menyadarinya.
"Tentu saja. Aku ini pintar, tahu."
Ganra tertawa pelan.
"Ya, kau pintar. Tapi tidak bisa berenang."
Wajah Zua berubah lagi. Tapi ia terus menggerakkan kakinya di air. Ia mulai merasa sedikit lebih nyaman berada di kolam renang. Apalagi airnya hangat begini.
Namun, kenyamanan itu tidak bertahan lama ketika Ganra tiba-tiba menariknya lebih dekat, membuat Zua terkejut dan kembali panik.
"Hei! Apa yang kau lakukan?!" serunya sambil berusaha menjauh.
Ganra hanya tertawa kecil.
"Aku hanya memastikan kau tidak tenggelam. Kalau kau terlalu jauh dariku, siapa yang akan menyelamatkanmu nanti?"
Zua menggerutu kesal.
"Aku bisa menyelamatkan diriku sendiri."
"Kalau begitu, coba berenang sendiri," kata Ganra sambil perlahan melepaskan tangannya dari lengan Zua.
"Eh?! Jangan!" Zua berteriak panik, mencoba meraih tangan Ganra lagi, tetapi pria itu mundur selangkah, membuatnya kehilangan keseimbangan. Ia mengayuh-ayuhkan tangannya dengan canggung, mencoba tetap mengapung.
Ganra tertawa terbahak-bahak melihat kepanikan Zua. Namun, sebelum gadis itu benar-benar tenggelam, ia kembali menangkapnya dan menariknya lebih dekat.
"Tenang, aku di sini," katanya dengan nada lebih lembut, meskipun senyum jahilnya masih tersisa.
Zua mendengus, wajahnya memerah karena malu.
"Kau benar-benar menyebalkan!"
"Aku tahu," balas Ganra santai.
"Tapi kau suka, kan?"
Zua tidak menjawab. Ia hanya memalingkan wajahnya, berusaha mengabaikan debaran di dadanya yang entah kenapa semakin cepat setiap kali Ganra berada begitu dekat dengannya.
Sementara itu, dari tepi kolam, beberapa orang memperhatikan interaksi mereka dengan berbagai ekspresi. Leon tersenyum lebar, Dante datar saja seperti biasa, Bunga cemburu buta pastinya, dan para cewek yang lain iri berat. Rasanya mereka seperti sedang menyaksikan film romantis.
Zua penasaran ingin berenang lagi. Ia melepaskan tangannya dari Ganra dan mencoba melakukan apa yang Ganra ajarkan tadi, tetapi ia kehilangan keseimbangan lagi dan mengayun-ayunkan tangannya. Ganra yang masih berdiri di dekatnya hendak menarik gadis itu namun sebelum dia berhasil, Zua tidak sengaja memegang burungnya di bawah sana. Ganra diam terpaku, nafasnya tercekat.
Dia merasakan ketegangan yang luar biasa saat itu.
Apa ini?
Kenapa dia tegang?"