Ciara lemas setengah mati melihat garis dua pada alat tes kehamilan yang dipegangnya. Nasib begitu kejam, seolah perkosaan itu tak cukup baginya.
Ciara masih berharap Devano mau bertanggung jawab. Sialnya, Devano malah menyuruh Ciara menggugurkan kandungan dan menuduhnya wanita murahan.
Kelam terbayang jelas di mata Ciara. Kemarahan keluarga, rasa malu, kesendirian, dan hancurnya masa depan kini menjadi miliknya. Tak tahan dengan semua itu, Ciara memutuskan meninggalkan sekolah dan keluarganya, pergi jauh tanpa modal cukup untuk menanggung deritanya sendirian.
Di jalanan Ciara bertaruh hidup, hingga bertemu dengan orang-orang baik yang membantunya keluar dari keterpurukan.
Sedangkan Devano, hatinya dikejar-kejar rasa bersalah. Di dalam mimpi-mimpinya, dia didatangi sesosok anak kecil, darah daging yang pernah ditolaknya. Devano stres berat. Dia ingin mencari Ciara untuk memohon maafnya. Tapi, kemana Devano harus mencari? Akankah Ciara sudi menerimanya lagi atau malah akan meludahinya? Apakah Ciara benar membunuh anak mereka?
Apapun risikonya, Devano harus menerima, asalkan dia bisa memohon ampunan dari Ciara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeni Erlinawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mama Muda
3 bulan sudah baby Al lahir di dunia. Dan selama itu pula Ciara sangat menikmati perannya sebagai Mama muda.
Seperti saat ini, walaupun di malam hari tadi ia harus begadang untuk menemani baby Al, tapi pagi ini Ciara sudah berkutat dengan urusan dapur. Menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Dea.
"Pagi Kak," sapa Dea yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya.
"Pagi juga," jawab Ciara melirik sekilas kearah Dea, kemudian ia melanjutkan aktivitasnya tadi.
"Aku bantu ya Kak." Dea menghampiri Ciara dan saat tangannya terulur untuk membantu Kakaknya tersebut, namun tangannya lebih dulu di geplak oleh Ciara.
"Kamu udah rapi gitu. Duduk aja sana!" Dea mendengus sembari mengerucutkan bibirnya. Ia kembali melangkahkan kakinya menuju ruang makan.
Tak berselang lama Ciara membawakan lauk-pauk untuk mereka berdua.
"Sarapan yang banyak. Jangan sampai pingsan disekolah nanti," ucap Ciara.
"Haish. Iya-iya. Btw Kak, baby Al belum bangun?"
"Belum. Mangkanya Kakak bisa masak hari ini hehehe. Kalau udah bangun kan beda cerita." Dea menganggukkan kepalanya. Setelah itu mereka berdua segera sarapan bersama.
"Kak, Aku berangkat dulu. Tokonya jangan dibuka sebelum aku pulang. Assalamualaikum," pamit Dea sembari mencium telapak tangan Ciara.
"Iya. Kamu hati-hati dijalan. Jangan kebut-kebutan. Waalaikumsalam." Dea mengangguk lalu ia segera keluar dari rumah tersebut dan mengendarai motor maticnya menuju sekolah.
Selang beberapa menit saat Dea luar dari rumah Ciara, terdengar suara teriakan dari depan rumah tersebut.
"Good morning everyone. Aku datang bertamu untuk mencari makan," teriak Olive sembari memasuki rumah Ciara. Ciara menatap Olive dengan tatapan jengah.
"Liv, jangan teriak-teriak. Baby Al masih tidur," ucap Ciara.
Olive mendekati Ciara dengan cengiran tak bersalahnya.
"Hehehe maaf aku gak tau kalau si ganteng belum bangun." Ciara menghela nafas. Setelah itu ia kembali menuju meja makan untuk membereskan piring yang ia dan Dea tadi gunakan.
"Wahhhhh enak nih," kata Olive sembari menatap makanan dengan mata berbinar.
"Makan aja Liv kalau mau makan." Olive tak menimpali ucapan dari Ciara. Ia lebih memilih untuk menaruh nasi dan beberapa lauk-pauk yang Ciara hidangkan tadi kedalam piringnya.
"Eh iya Ci. Aku mau ngomong sama kamu. Tapi nanti ya kalau aku udah selesai sama makanan ini," ucap Olive dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Ditelan dulu Liv baru ngomong. Kebiasaan ih."
"Haish salah mulu perasaan," gerutu Olive.
Ciara tak menjawab ucapan dari Olive. Ia segera menyelesaikan acara cuci piringnya. Setelah selesai, Ciara kembali kehadapan Olive yang masih melahap makanannya dengan tenang.
"Aku kekamar dulu. Takut baby Al udah bangun," tutur Ciara dan diacungi jempol oleh Olive.
Ciara melangkahkan kakinya menuju kamarnya dan membuka pintu dengan sangat perlahan.
Ciara tersenyum kala baby Al masih terlelap dalam tidurnya. Ia mendekati ranjangnya yang terdapat baby Al disana. Sebenarnya di ruangan tersebut ada box bayi untuk baby Al tapi ia tak memakainya dengan alasan ia tak mau berjauhan dengan sang anak. Ia selalu ingin memeluk dan mendekap baby Al kapanpun yang ia mau tanpa harus ada penghalang sekecil apapun. Alhasil box bayi tersebut hanya menjadi pajangan di kamarnya.
Ia rebahkan dirinya di samping baby Al. Menelisik setiap inci wajah anaknya itu dan dengan gemas Ciara mendekatkan hidungnya dengan hidung baby Al hingga kedua hidung mancung tersebut saling bersentuhan.
Karena merasa terganggu, Baby Al menggeliatkan tubuhnya dan mata bulatnya kini mengerjabkan lucu. Ia memandangi wajah Ciara yang tengah tersenyum kepadanya. Dan tangan mungilnya kini bergerak, menepuk pipi Ciara dan tatapan baby Al kini beralih ke dada Ciara.
Ciara tertawa kecil. "Baby Al haus ya sayang?" tanya Ciara walaupun ia tau ucapannya tadi tak akan dijawab oleh sang anak.
Ciara menjawil hidung baby Al lalu ia segera memberikan ASI-nya.
Ciara terkekeh saat melihat baby Al dengan lahap menyusu padanya.
"Pelan-pelan sayang. Gak ada yang mau ambil kok. Ini kan punya baby Al," ucapnya sembari mengelus kepala baby Al.
Setelah baby Al merasa kenyang, Ia melepaskan susuannya dari Ciara. Ia sekarang merubah posisi menjadi telentang sembari memainkan kakinya.
"Baby Al!" teriak Olive. Baby Al yang merasa terpanggil lebih tepatnya terganggu pun menolehkan kepalanya menatap Olive yang berlari mendekatinya.
Olive menerjang baby Al dengan kecupan di seluruh wajahnya yang membuat baby Al tertawa geli.
"Liv, jagain baby Al bentar ya. Aku mau nyiapin keperluannya untuk mandi," ucap Ciara.
Olive menghentikan ciumannya. Ia menatap Ciara begitu juga dengan baby Al yang juga ikut menatap sang Mama.
"Oke," jawab Olive singkat dan ia kembali melanjutkan kecupan demi kecupannya pada baby Al.
Dengan cepat Ciara menyiapkan keperluan baby Al.
"Let's go baby Al. Kamu harus mandi dulu," ucap Ciara sembari membawa baby Al kedalam pangkuannya. Dan dengan cekatan Ciara melepaskan baju baby Al. Kemudian ia segera membawanya menuju kamar mandi yang sudah terdapat bak air hangat.
Baby Al selalu terlihat senang kala menyentuh air. Cipratan-cipratan yang dihasilkan dari tangan baby Al pun membuat baju Ciara mau tak mau harus basah.
Namun bukanya merasa kesal, Ciara justru juga ikut memainkan air tersebut dengan anaknya.
"Udah ya sayang main airnya. Nanti sore lagi," ucap Ciara. Ia segera menjauhkan baby Al dari bak air tersebut dan membungkus badan baby Al dengan handuk yang sedari tadi ia sampirkan di pundaknya.
Ciara kini memakaikan pakaian baby Al dan setelah selesai ia menggendongnya.
"Hmmm anak Mama sekarang udah wangi," tutur Ciara sembari menciumi pipi baby Al.
"Ya ampun Al. Ini pipi apa squishy sih. Gemes banget, pengen Mama gigit nih jadinya," sambung Ciara.
Setelah puas menciumi pipi baby Al, ia segera menghampiri Olive yang tengah bersantai di depan televisi dengan makanan ringan di pangkuannya.
Ciara mendudukkan tubuhnya disampaing Olive.
"Liv," panggil Ciara.
"Hmm."
"Kamu gak kekantor?"
"Bentar lagi lah."
"Tapi ini udah jam 8 lho Liv." Olive melirik sekilas jam tangannya.
"Ck, kamu ngusir aku?" Ciara menghela nafas panjang.
"Ish gak gitu Liv. Aku cuma ngasih tau jam aja tadi. Biar kamu gak telat terus. Meskipun itu kantor kamu sendiri, tapi ingat Liv..." ucapan Ciara harus terpotong dengan perkataan Olive.
"Ingat kalau bos itu harus ngasih contoh yang baik buat karyawannya. Jangan malas-malasan. Kalau aku malas maka semua bawahanku juga akan malas sepertiku," ucap Olive mengikuti perkataan Ciara yang selalu memperingatinya.
"Sampai hafal diluar kepala," sambungnya.
"Hehehe. Ya udah kalau gitu buruan ke kantor sana gih."
"Ck iya-iya Mama Al. Gak usah cerewet," ucap Olive.
Olive pun menaruh cemilannya diatas meja sebelum berdiri dari duduknya.
"Oh ya Ci. Eh gak jadi ding." Ciara mengkerutkan dahinya.
"Apaan sih?"
"Gak jadi. Nanti sore aja aku bahasanya. Bye Mama Al. Bye tampan. Assalamualaikum," pamitnya sembari mengecup pipi baby Al.
"Waalaikumsalam." Olive kini telah keluar dari rumah Ciara dan segera menjalankan mobilnya menuju kantor miliknya.