Melisa, seorang gadis biasa yang sedang mencari pekerjaan, tiba-tiba terjebak dalam tubuh seorang wanita jahat yang telah menelantarkan anaknya.
Saat Melisa mulai menerima keadaan dan bertransformasi menjadi ibu yang baik, dia dihadapkan pada kenyataan bahwa dunia ini penuh dengan bahaya. Monster dan makhluk jahat mengancam keselamatannya dan putranya, membuatnya harus terus berjuang untuk hidup mereka. Tantangan lainnya adalah menghindari ayah kandung putranya, yang merupakan musuh bebuyutan dari tubuh asli Melisa.
Dapatkah Melisa mengungkap misteri yang mengelilinginya dan melindungi dirinya serta putranya dari bahaya?
Temukan jawabannya dalam novel ini, yang penuh dengan misteri, romansa, dan komedi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Portal
Suasana di kamar itu semakin hening, ditambah dengan pria yang berada di sampingnya justru tersenyum dengan sangat aneh, membuat bulu kuduknya berdiri. Dengan cepat, Melisa melepaskan genggaman tangannya dan memundurkan langkah kebelakang secara perlahan, matanya tidak berani berpaling dari pria itu, seolah-olah takut akan sesuatu yang tidak terduga.
'Apa dia kesurupan?' pikirnya dengan sedikit khawatir, membuat jantungnya berdegup kencang.
"Hei, apa anda masih sadar?" tanyanya.
Tapi tidak ada jawaban sedikitpun dari pria yang masih berdiri dengan tegapnya di depan cermin tersebut.
"Akh, dasar manusia lemah iman," gerutu Melisa saat pria di depannya ini sama sekali tidak merespon.
Ia lalu melakukan ancang-ancang dan mengangkat sedikit roknya. "Aaaa!" teriaknya saat berlari ke arah pria itu.
"Bruk," suara tendangan Melisa mengenai punggung pria itu.
"Aw," pria itu mengeluh kesakitan.
"ADA APA DENGANMU? APA KAU GILA?" marah pria itu dengan memegang punggungnya yang terasa sangat sakit karena mendapat tendangan dari wanita itu.
"Apa anda sudah sadar? Syukurlah," lega Melisa dengan mengelus dadanya, seolah-olah baru saja menyelamatkan nyawa pria itu.
"Sadar? Sebenarnya apa yang kau..." pria itu mencoba menjelaskan, tapi Melisa memotongnya.
"Anda baru saja kerasukan jin dari cermin aneh ini karena iman anda yang kurang. Untung saja ada saya di sini, jika tidak... ckckck," ujar Melisa dengan nada kebanggaan yang tersimpan di sana.
Pria itu mengkatupkan bibirnya dengan wajah yang memerah. "Kau!" dia sama sekali tidak kesurupan atau apapun itu. Pria itu hanya mengingat sesuatu tentang sihir yang terpasang pada cermin tersebut.
"Sudah, jangan berterimakasih, saya ikhlas," ujar Melisa tampak begitu sombong.
"Akh!!" mendengar perkataan Melisa membuat pria itu benar-benar sangat frustasi. 'Apa karena diasingkan membuat otaknya tidak berfungsi?' pikir pria itu akhirnya.
"Kenapa anda sangat kesal? Saya sudah menolong anda," tanya Melisa, raut wajahnya menunjukkan kekecewaan.
"Astaga kau! Asal kau Tahu, aku sama sekali tidak kerasukan atau apalah itu. Justru yang kerasukan itu kau!" geram pria itu lalu menunjuk melisa dengan ibu jarinya.
"Dasar tidak tahu terima kasih," cibir Melisa masih menganggap jika pria itu benar-benar kerasukan.
Pria itu hanya bisa pasrah dengan Melisa, toh dia sepertinya tidak akan bisa menang jika harus berdebat dengan wanita ini. "Huh, terserah saja apa maumu sekarang berdiri di sampingku!" pintanya tanpa mau di bantah sedikitpun.
Dengan patuh, Melisa menuruti apa yang pria itu inginkan. Mereka kali ini berada di depan cermin tanpa melakukan apapun.
"Kenapa menyuruh saya berdiri di sini? Apa ada yang anda temukan?" tanyanya.
"Diamlah, ini agar kau tidak menendang punggungku lagi," sinis pria itu.
"Anda..." Melisa mencoba memprotes, tapi pria itu memotongnya.
"Diamlah, aku sedang merapalkan sihir," perintahnya dengan mata yang tertutup.
Perkataan itu membuat Melisa langsung terdiam tanpa melanjutkan apa yang ingin ia katakan tadi. "Reas jiyu refasrev guretri igterisa......" Kata-kata aneh di lafalkan pria itu hanya bisa membuat Melisa menatap bingung.
'Kenapa mantra sihir begitu panjang? Tapi aneh, aku mengingat semua ingatan dari tubuh ini, tapi aku tidak mengingat tentang mantra sihir seperti ini,' pikirnya.
Tapi ketika sedang asik berpikir, Melisa justru kembali dikejutkan saat cermin itu berubah menjadi seperti portal. "Wow, ternyata ini yang disembunyikan."
"Sekarang kau masuk duluan," pinta pria itu pada Melisa yang masih menatap kagum pada cermin.
"Kenapa harus saya? Anda saja yang duluan masuk," gerutu Melisa tidak terima.
"Karena berbahaya di sana, jadi lebih baik kau saja yang masuk duluan," jelas pria itu dengan dengan melipat tangan di depan dada.
"Anda!" Melisa mencoba memprotes, tapi pria itu tidak memperdulikannya.
"Bukh!" Melisa merasa ada sesuatu yang mendorongnya hingga masuk ke dalam portal.
"Akh," dia terjatuh ke dalam portal dan mendarat di atas rumput hijau.
"Aduh...." Rintih Melisa saat kini ia tengah tengkurap di atas rumput hijau itu.
"Dasar pria bajingan, dia mendorongku," kesal Melisa.
"Siapa yang bajingan?" suara seorang pria yang berdiri tepat di sampingnya yang masih tengkurap di atas rumput.
Melisa menoleh ke atas, dengan cepat ia berdiri lalu menatap ke arah pria itu.
"Tidak, anda pasti salah dengar tadi," elaknya.
"Benarkah?" tanya pria itu yang lebih seperti interogasi.
"I-itu..." Melisa mencoba menjelaskan, tapi otaknya sedikit tidak berfungsi kali ini.
"Eh, lihatlah kita berpindah tempat ke luar, apa ini taman?" ujar Melisa mengalihkan perhatian pria itu, tapi justru ia yang terdiam saat sudah menyadari perkataannya.
"Ini hutan, apa kau buta," jawaban santainya membuat Melisa ingin kembali memaki siapapun yang telah membuatnya bereinkarnasi pada dunia aneh ini.
'Tidak cukupkah kesulitan selama ini, awas saja jika aku mati lagi maka aku akan memarahi departemen reinkarnasi itu,' pikir Melisa begitu kesal.
"Kenapa kau hanya diam? Cepat jalan!" perintahnya yang sudah berjalan lebih dahulu meninggalkan wanita itu.
"Iya, iya, dasar tidak sabaran," gumam Melisa lalu menyusul pria itu dengan sedikit berlari
"Sekarang bagaimana? Bukankah ini semakin aneh. Tadi kita terjebak di kamar, nah sekarang kita terjebak di hutan," keluhnya yang telah berada di samping pria itu.
Tapi sepertinya pria itu sama sekali tidak ingin merespon apapun yang ia katakan.
"Oh ya, jika saya boleh tahu, maka siapa nama anda?" tanya Melisa lalu menatap pria itu penuh harap.
Tapi lagi-lagi pria itu hanya diam, membuat Melisa pasrah dengan pria yang hanya diam tanpa mengatakan apapun itu. Ia bahkan menundukkan kepalanya melihat ke arah daun kering yang ia injak.
"Menyebalkan," gumamnya pelan.
"Ian," ujar pria itu akhirnya yang membuat Melisa kembali menatap pada pria yang lebih tinggi darinya itu.
"Ha?" Melisa terkejut dan tidak mengerti apa yang pria itu maksud.
"Kau bisa memanggilku Ian," jelasnya dengan masih menatap lurus kedepan.
Melisa terdiam sejenak saat mendengarkan apa yang pria itu katakan. Tapi kemudian senyum cerahnya mengembang.
"Baiklah, tuan Ian, saya adalah Melisa," ujarnya bertepatan dengan Ian yang juga menatapnya.
Hingga mereka saling bersitatap beberapa detik, suasana di antara mereka terasa sedikit tegang. Sampai suara dari dalam hutan membuat mereka harus melakukan sesuatu.
"GROARRR!" Suara yang keras dan menakutkan itu membuat Melisa dan Ian langsung berpaling ke arah sumber suara secara bersamaan.