~ Dinar tak menyangka jika di usianya yang baru tujuh belas tahun harus di hadapkan dengan masalah rumit hidupnya. Masalah yang membuatnya masuk ke dalam sebuah keluarga berkuasa, dan menikahi pria arogan yang usianya jauh lebih dewasa darinya. Akankah dia bertahan? Atau menyerah pada takdirnya?
~ Baratha terpaksa menuruti permintaan sang kakek untuk menikahi gadis belia yang pernah menghabiskan satu malam bersama adiknya. Kebenciannya bertambah ketika mengetahui jika gadis itu adalah penyebab adik laki lakinya meregang nyawa. Akankah sang waktu akan merubah segalanya? Ataukah kebenciannya akan terus menguasai hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
"Jika hanya ingin privasi saya tidak perlu sampai pergi dari mansion. Tuan besar atau Nyonya Wening tak akan tahu jika pernikahan anda dan Nona Dinar hanyalah pernikahan di atas kertas."
"Bukan urusanmu!" sahut Bara ketus, ia tak menyangka jika Anom masih ada di mansion hanya untuk mengawasi istrinya.
"Saya masih ada disini karena Tuan Besar ingin laporan tentang proyek Wirabumi di Bali dan Kalimantan," ujar Anom tahu apa isi kepala Bara.
Putra sulung Wishnu itu selalu menunjukkan rasa tidak suka ketika memandang dirinya. Sebagai pria tentu aja ia tahu jika mungkin saja rasa tidak suka itu karena rasa cemburu. Anom yakin pribadi Dinar yang tenang dan cenderung pendiam akan dapat menaklukkan kerasnya watak seorang Baratha Wirabumi.
"Sekitar empat hari ke depan akan ada acara makan malam yang mengundang para pengusaha besar untuk mengenalkan anda sebagai pewaris baru keluarga ini. Saya harap anda bersikap baik pada Nyonya Muda."
"Cihh aku tak butuh nasehatmu! Malam ini aku ingin kau mengirim semua hal tentang perusahaan...semua! Karena mulai besok aku akan datang ke kantor Wirabumi."
"Akan saya lakukan, dan saya harap selama sebulan ini kita dapat bekerjasama dengan baik," ujar Anom menghela nafas ketika satu sudut matanya bisa melihat dua wanita sedang berjalan menuju arah mereka.
Untuk satu bulan ke depan Bara sudah berjanji pada kakeknya untuk fokus pada Wirabumi Corp. Dan untuk bulan kedua Bara akan kembali dulu ke London karena ia pun punya tanggung jawab untuk memimpin Maven.
"Jangan menangis Bu, besok aku akan sering sering main ke mansion. "
"Kenapa harus malam malam begini? Tinggallah barang semalam lagi, besok pagi baru kalian pergi. Ini sudah larut malam sayang," Wening memeluk erat tubuh menantunya, baru kemarin ia senang karena akhirnya seperti punya anak perempuan. Tapi dengan sekejap mata ia kehilangan lagi.
"Anom akan mengantar kalian..."
"Tidak! Aku pergi bersama supir jadi anda tak perlu khawatir! Kami pergi sekarang," sahut Bara langsung melangkah keluar mansion. Membiarkan Dinar terseok mengikuti langkah lebarnya.
Tak lama kemudian mereka sampai di tempat yang dituju. Rumah minimalis yang tidak begitu besar dengan halaman rumah penuh dengan pot tanaman hias. Dinar sangat menyukainya, memang seperti inilah rumah impiannya.
"Kenapa? Apa kau berharap kita akan tinggal di rumah megah seperti sebelumnya?" sinis Bara.
"T-tidak...tentu saja bukan seperti itu."
Dinar segera turun dan mengambil dua koper bajunya di bagasi mobil karena sang supir tidak juga turun untuk membantunya. Sedang suaminya sudah lebih dulu melenggang ke dalam rumah seakan membiarkannya kerepotan sendirian.
Gadis itu menatap takjub penataan rumah yang baginya sempurna, sepertinya pemilik sebelumnya sangat teliti dengan setiap detil interior dan ekterior rumah ini.
"Kabarmu ada di belakang, tapi sebelum kesana aku ingin kau tahu aturan di rumahku."
Dinar mengangguk mengerti, sebelumnya ia memang sudah menduga jika Bara ingin keluar mansion agar bisa lebih menekan hidupnya. Tapi siap tidak siap nyatanya dia harus siap menjalani semuanya.
Dinar anggap satu tahun kedepan adalah jalan untuk pendewasaan dirinya. Dia yakin bahwa pernikahan ini adalah sebuah batu loncatan untuk sesuatu yang indah kelak.
"Rumah ini sekarang adalah tanggung jawabmu. Aku ingin semuanya sempurna sebelum kau berangkat kuliah, aku tak ingin melihat ada sedikitpun debu disini. Jika aku dirumah maka apapun yang masuk ke perutku adalah tanggung jawabmu. Tidak perlu khawatir karena setiap bulan aku akan membayarmu, tanpa mengurangi uang satu milyar yang sudah aku janjikan. Mengerti?"
"Saya mengerti Tuan," jawab Dinar yang kemudian melangkah pergi setelah Bara sudah masuk ke dalam kamarnya.
Berkali kali ia menghela nafas ketika sampai di kamar yang akan dia tinggali. Ternyata kamar untuknya terpisah dari bangunan utama rumah. Dulu mungkin digunakan untuk kamar pembantu atau supir.
"Uhuk...uhukkk!"
Dinar terbatuk saat membuka pintu kamarnya, sepertinya malam ini akan menjadi malam panjang untuknya. Karena ternyata kamar yang ia tempat sangat kotor dan ada beberapa barang yang harus ia keluarkan dari sana.
"Semangat Dinar, semangat! Ayo bersihkan semuanya. Bapak...lbu selalu doakan Dinar agar menjadi sekokoh batu karang."
tidak pernah membuat tokoh wanitanya walaupun susah tp lemah malahan tegas dan berwibawa... 👍👍👍👍
💪💪