NovelToon NovelToon
Embrace The Journey

Embrace The Journey

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:987
Nilai: 5
Nama Author: Bellaetrix

Ini adalah novel romansa. Yang menceritakan karier dan cinta. Mengisahkan cinta yang bahagia tentang meraka yang jatuh, gagal, bangkit lagi, dan tumbuh bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bellaetrix, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rapuh

Kami berada di taman depan kompleks, tempat di mana kami dulu bermain. Malam ini terasa begitu sunyi hanya ada aku dan dia. Ku langkahkan kakiku menuju sebuah ayunan, ku naiki ayunan tersebut, rupanya dia melakukan hal yang sama seperti ku.

"Kamu lama gak ada kabar?"

Dia memulai percakapan terlebih dahulu. Rupanya bukan hanya aku yang mengharapkan sebuah kabar, ternyata diapun sama. *Bolehkah aku merasa senang kali ini*?.

"Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan ku, kadang kerjaan di kantor belum beres aku bawa pulang. Untuk ngasih kabar keluarga setiap hari itu belum tentu bisa juga".

Ya pekerjaan ku seperti itu aku tidak berbohong, ku kira menjadi kepala cabang Bank itu mudah, ternyata hayalan ku tak sesuai dengan ekspektasi yang ku harapkan. ku lihat dia malah tersenyum oh tidak lebih tepatnya seperti menyeringai.

"Ternyata ibu kepala cabang satu ini terlalu sibuk rupanya!, aku kira kau memang tak ingin menghubungiku lagi?"

"Tidak, aku memang terkadang tidak sempat untuk memegang ponselku"

Dia hanya menghela nafasnya.

"Sampai kapan di Bandung?"

"Minggu harus udah balik ke Jakarta"

"Minggu ini?"

Aku hanya menganggukkan kepalaku, karena aku yakin dia sudah mengerti yang ku maksudkan.

"Kebetulan sekali Minggu ini aku harus ke Jakarta, ada klien di sana, gimana kalau ke Jakarta nya bareng aku aja?, lumayan kan ada teman ngobrol juga di perjalanan "

"Apa aku gak ngerepotin kamu?"

"Ya enggaklah, kamu ini ada ada saja, seperti kita baru kenal saja"

"Baiklah kalau begitu, oh iya aku denger dari Eza kamu udah buka firma hukum sendiri?"

"Ya baru beberapa bulan saja, tapi lumayan lah sudah ada beberapa klien yang sudah percaya pakai jasa hukum dari firma aku"

Kami bernostalgia malam ini tentang semua yang pernah kami lewati dan juga teman teman dahulu.

"Kamu ingat sama Arya?"

"Arya?" . Ku ingat ingat kembali tentang nama yang dia sebutkan tadi tapi ternyata lumayan lama juga aku mengingatnya.

"Lupa rupanya"

Aku hanya meringis kepadanya.

"Arya yang selalu satu kelas dengan kita, yang ke mana mana selalu bareng aku orang yang agak tinggi sedikit lah dari aku, mantan vokalis band sekolah"

Aku ingat sekarang rupanya Arya itu yang dia maksud.

"Sudah ingat?"

"Ya sedikit ingat tentang nya"

"Dia juga ada di Jakarta sekarang, Sering Jadi Dosen tamu Di UI ( Universitas Indonesia), Dia juga sering tanya kabar kamu ke aku"

Aku tak cukup akrab dengannya tapi kenapa dia sering bertanya tentang ku ke Aska.

"Dia beberapa kali tanya, kamu udah punya pasangan, kabar kamu gimana, aku rasa dia suka sama kamu"

"Lalu kamu jawab apa?"

"Ya aku jawab kalau kamu sekarang juga di Jakarta, udah lama juga gak pernah kontekan sama kamu, jadi aku gak tau kamu udah punya pasangan atau enggak, ku kasih aja Ig kamu ke dia, biar dia stalking sendiri"

Kulihat jam tanganku rupanya sudah agak larut malam.

"Kita pulang yuk ska, udah malam ini"

"Eh bentar, Hampir aja aku lupa"

Ternyata dia sedang mengambil sesuatu di dalam saku jasnya.

"Untung saja aku bawa ini tadi, ini untukmu"

Dia memberi ku sebuah undangan, siapa yang akan menikah? Apakah salah satu teman kami? . Kubuka surat undangan itu. Ternyata tertulis sebuah namanya dan seorang nama wanita, oh ayolah hati, ku mohon tolong lah untuk berkompromi sebentar dengan mata dan otak. Agar aku bisa berfikir jernih dan tidak melakukan hal hal yang tidak seharusnya terjadi.

"Jangan lupa hadir ya"

Kulihat senyum di wajahnya.

"Ini undangan pernikahan?"

Kenapa pula aku bertanya seperti itu kepadanya, padahal sudah jelas bahwa dia memberi ku sebuah undangan pernikahan.

Dia malah tertawa.

"Ya itu undangan pernikahan ku , aku harap kamu bisa hadir, ini momen berharga dan hari bahagia ku, aku ingin kamu ada di momen penting hidupku"

Kulihat dia, sepertinya dia sangat bahagia. Terlihat dari raut wajah dan senyumnya yang tak pernah lepas ketika membahas pernikahannya. Tapi bagaimana dengan diriku?. Untunglah dia tak tahu tentang perasaan yang ku miliki terhadap nya. Mungkin ini memang sudah jalan takdirnya, aku dan dia memang tak di takdir kan bersama. Aku harus kalah sebelum perang di mulai. Ini lebih baik untuk ku, karena dia tidak tahu bahwa aku menyukainya. Semoga kamu benar benar bersama orang yang tepat. Semoga kamu bahagia selalu. Mungkin inilah saatnya aku harus mengubur perasaan ku .

"Aku usahakan untuk datang"

"Harus, aku tidak bisa menerima alasan apapun darimu"

"Apakah kamu bahagia bersamanya?"

Dia tertawa

"Pertanyaan macam apa itu, tentu saja aku bahagia, ada ada saja kau ini"

"Kamu mencintainya?"

"Oh ayolah, kenapa bertanya seperti itu? Bagaimana bisa aku tidak mencintainya sedangkan hubunganku dengannya sudah berada di jenjang yang serius"

Kutarik nafasku dalam dalam dan ku hembuskan perlahan. Terasa berat rasanya. Malam ini aku benar benar **RAPUH**.

"Aku lega mendengarnya, aku turut bahagia untukmu. Selamat, semoga lancar sampai hari pernikahan tiba"

Ya, aku tak berbohong atas ucapanku. Aku berharap dia benar benar bahagia. Semoga ini adalah jalan yang terbaik untuk kami. Aku yakin seiring waktu berjalan aku akan baik baik saja.

"Bagaimana denganmu?"

"Bagaimana apanya?"

"Ahh, kau ini masih bertanya? Maksudku apa sudah memiliki dambaan hati atau sudah ada yang memiliki?"

Aku hanya tersenyum.

"Wah, kalau di lihat dari senyumnya sepertinya gak baik baik aja nih?"

"Sok tahu"

"Ayolah aku masih hafal dengan sesuatu yang berkaitan denganmu, gestur tubuh yang kamu keluarkan pun aku masih paham."

Dia bisa faham terhadap ku rupanya, tapi kenapa dia tidak bisa menyadari perasaanku terhadap nya.

"Lalu apa kau tahu apa yang ku rasakan?"

"Ya, kalau dilihat sepertinya kamu sedang patah hati, apa aku benar?"

"(tersenyum) ya kau benar"

"Lihat aku benar bukan? Mau bercerita kepadaku? aku jamin rahasiamu akan aman"

"Aku menyukai seseorang "

"Lalu?"

"Mungkin dia tidak menyukai ku "

"Bagaimana bisa kamu menyimpulkan seperti itu?"

"Ya karena dia tidak pernah menatapku dengan pandangan seseorang yang sedang jatuh cinta"

"Laki laki itu tidak beruntung rupanya"

Aku hanya tersenyum mendengar penuturannya, dia tidak tahu saja bahwa laki laki yang katanya tidak beruntung itu adalah dirinya sendiri.

"Kamu akan mendapatkan laki laki yang lebih baik dari dia, aku yakin itu. Jadi jangan terlalu berlarut-larut dalam kesedihan. Kamu harus bahagia, lupakan apa yang membuatmu sakit, kamu harus berani melepaskan sesuatu yang membuatmu sakit"

"Sudah malam ayo kita pulang "

Ku telusuri jalan di taman bersamanya.

"Kamu udah lama kenal dia?"

"Maksud kamu calon istriku?"

Aku hanya menganggukkan kepalaku.

"Kami kenal waktu di Singapura, aku sebagai mahasiswa tingkat akhir dan dia juniorku beda fakultas"

Rupanya tak terasa kami sudah sampai di depan rumah.

"Aku masuk dulu"

"Baiklah, sampai jumpa besok. Selamat malam"

Aku masuk ke dalam rumah tak lupa ku kunci pintu. Ku langkahkan kakiku menuju kamarku. Kamarku tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Kubuka jendela kamarku, kutatap jendela di sebrang kamarku. Jendela kamar kami bersebelahan, dulu kalau aku perlu sesuatu cukup kulemparkan sesuatu ke jendela kamarnya dan diapun langsung membuka jendela kamarnya. Indahnya masa itu. *Oh Tuhan, sanggupkah aku hadir di pernikahannya?, tak bisa kubayangkan bagaimana dengan hatiku saat melihatnya di pelaminan pasti hancur berkeping keping*.

1
Bellaetrix
terimakasih atas dukungannya
Anisa
bagus banget kak ceritanya di tunggu ya episode selanjutnya/Hey/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!