Sabila. seorang menantu yang acap kali menerima kekerasan dan penghinaan dari keluarga suaminya.
Selalu dihina miskin dan kampungan. mereka tidak tau, selama ini Sabila menutupi jati dirinya.
Hingga Sabila menjadi korban pelecehan karena adik iparnya, bahkan suaminya pun menyalahkannya karena tidak bisa menjaga diri. Hingga keluar kara talak dari mulut Hendra suami sabila.
yuk,, simak lanjutan ceritanya.
dukungan kalian adalah pemacu semangat author dalam berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deanpanca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Adegan +18"
"Bijak membaca ya.. Hanya pelengkap."
................
Karena sudah ada bukti bahwa memang Sabila diminta ke kamar itu, penjaga akhirnya mau mengantarkan nya.
"Saya akan antar anda ke atas. Mari!" kata penjaga itu.
Kini Sabila berada di depan kamar yang dimaksud, tetapi disana ada 2 orang berjas hitam yang menjaga.
"Apa yang kalian cari?" Tanya salah satu penjaga di kamar itu.
"Maaf dia diminta untuk masuk ke dalam." Kata penjaga yang mengantar Sabila.
Dua penjaga pintu kamar saling pandang, kemudian menatap Sabila dari atas sampai bawah.
"Mungkin anda salah kamar, ini kamar Bos kami." Kata penjaga pintu.
Karena merasa dua orang penjaga tidak percaya, penjaga yang sejak awal membantu Sabila berinisiatif menunjukkan pesan chat yang sebelumnya dia lihat. "Ini bukti chat nya! Kamar 23 A, dia diminta untuk langsung masuk." Katanya.
Penjaga pintu kamar, melihat pesan yang dikirim ke hp Sabila. Akhirnya mereka mengizinkan Sabila masuk ke dalam.
"Silahkan masuk! Mungkin Bos di kamar mandi, kalau anda tidak melihatnya di kamar." Kata penjaga, dan segera membukakan pintu.
Sabila masuk ke dalam, dan pintu kembali di tutup.
"Bro! Gak salah tu bos cari cewek berdaster, pake hijab lagi." Kata penjaga pintu 1.
"Lagi cari calon istri kali. Kayaknya ini pertama kali si Bos main cewek deh." Kata penjaga 2.
"Suka-suka si Bos saja lah, orang kaya mah bebas." Kata penjaga 1.
Sedangkan di dalam kamar, Sabila melihat ke sekitar. Dia tidak melihat Risma, adik iparnya.
"Risma!" Panggil Sabila.
"Kricik...Kricik...!" Suara air dari kamar mandi.
"Apa Risma di dalam? Tapi tadi penjaga bilang, Bosnya yang di kamar mandi." Gumam Sabila.
Sabila mendekat ke arah kamar mandi, dengan langkah ragu dia mencoba memanggil adik iparnya.
"Risma! Kamu di dalam kah, Ris?" Panggil Sabila.
"Klek!" Pintu kamar mandi terbuka. Seorang pria dewasa berdiri disana tanpa dibalut sehelai benang pun. Dengan mata dan wajah merah khas orang mabuk, sangat menginginkan sesuatu yang lebih.
Sabila berada tepat di depan pintu masuk kamar mandi. Mata nya beradu dengan pria itu, tangannya diraih dan ditarik masuk ke dalam kamar mandi secara paksa.
"Aaahhh!" Teriak Sabila.
"Apa kamu wanita yang diminta untuk menjebak ku, hah?" Geram Ervan, yang sepertinya sedang dalam pengaruh obat perangsang.
Yah pria itu adalah Ervan, pemilik Er Emerald Corp. Tempat suami Sabila bekerja. Kalau ditanya mereka saling kenal!? Oh tentu saja tidak.
"Aku mencari adikku, Risma! Dia meminta ku untuk datang." Kata Sabila.
"Alasan! Karena kau sudah disini, maka terima saja akibat perbuatan mu. Dasar pelacur murahan." Geram Ervan, sembari menarik hijab Sabila.
Ervan menyeret tubuh ringkih Sabila dibawah guyuran air shower. Dia merobek daster yang digunakan Sabila.
"Hiks.. Hiks! Aku bukan pelacur, aku hanya mencari adik ipar ku." Kata Sabila.
Tubuh Ervan semakin panas, dia mengutuk Sabila dan orang-orang yang sudah menjebaknya.
Ervan menyeret Sabila keluar dari kamar mandi dan menghempaskannya ke atas kasur.
"Kumohon jangan! Aku bukan Pelacur, aku hanya datang mencari adikku. Kalau tidak percaya lihat saja chatnya." Kata Sabila, ketakutan.
Dia merogoh kantung bajunya, mengambil handphone. Tapi sayang hp nya kehabisan daya.
"Hp ku mati daya." Kata Sabila.
"Alasan!" Geram Ervan.
Ervan menarik kaki Sabila. Menarik paksa daster yang dikenakan Sabila. Kini tubuh Sabila hanya di balut underware.
"Ya Allah, tolong!" Teriak Sabila.
"Tidak akan ada yang mau menolong pelacur macam kamu." Kata Ervan.
Kembali Ervan menarik paksa kain segitiga Sabila. Dia memaksa Sabila melebarkan kakinya.
"Akhhh, sakit!" Kata Sabila.
Ervan memaksa senjatanya masuk ke dalam liang Sabila.
"Kenapa susah sekali masuknya?" gumam Ervan.
Ini pertama kalinya bagi Sabila. Tanpa pelumas Ervan memaksa masuk, tentu membuat Sabila merasa kesakitan.
Cukup lama Ervan berusaha dan akhirnya berhasil. Dengan teriakan kesakitan dari Sabila disertai Isak tangis.
Ervan menggoyang pinggulnya maju mundur dengan sangat cepat, membuat Sabila semakin kesakitan.
"To..long hentikan! Eughh ini sa..kit. Eughh!" Lenguhannya tak bisa dia tahan, sama dengan rasa sakit yang Sabila rasakan.
"Berhenti pura-pura menjadi wanita suci, sekali pelacur kau tetap pelacur." Kata Ervan.
"Bukankah kau suka, bahkan kau tidak bisa berhenti mengeluarkan suara kenikmatan. Nikmati saja!" Kata Ervan.
Ervan membuka penutup gunung kembar Sabila. Dia menghisap puncak gunung dengan sangat kasar, sebagai hukuman untuk Sabila yang telah menjebaknya.
"Akhh.. Sa..kit! Akhh...hentikan. Eughh... Mmm!"
Ervan membungkam mulut Sabila dengan ciuman. Sebentar lagi Ervan akan mencapai puncak, dia mempercepat gerakannya.
"Hent..hentikan, a..ku mau pi..pis, eugh...!
"Keluarkan saja!" Kata Ervan.
Ervan mencapai klimaks, dia terlalu menikmati proses sehingga lupa mengeluarkan senjatanya.
Setelah beberapa saat, Ervan membalik tubuh Sabila menjadi tengkurap. Dia mengambil ikat pinggang menggunakannya untuk mencambuk Sabila beberapa kali, hingga wanita itu tidak sadarkan diri.
Melihat Sabila pingsan, tidak membuat Ervan kasihan padanya. Karena sedari awal dia merasa bahwa Sabila hanya mengikuti skenario orang yang menjebaknya. "Huh, dasar wanita lemah!" Maki Ervan.
Ervan membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Saat keluar dia melihat handphone Sabila yang tergeletak di lantai. Dia memungutnya dan mengisi daya handphone tersebut.
Awalnya dia ingin mencari tau siapa orang yang sudah menjebaknya. Tapi melihat hp jadul Sabila, seperti ada rasa bersalah yang muncul.
"Kenapa aku menjadi merasa bersalah padanya? Dia sudah menjebak ku, apa yang kulakukan padanya adalah hukuman." Gumam Ervan.
Ervan hendak beristirahat, dia menyibak selimut dan alangkah terkejutnya Ervan saat melihat noda darah di seprai.
"Pantas saja sulit masuknya, dia masih perawan. Tapi bukankah dia pelacur, pasti sudah banyak orang yang memakainya." Gumam Ervan.
Apakah dia yang pertama? Pikiran Ervan berkecamuk. Biasanya Club malam memang menyediakan wanita penghibur yang masih perawan, bahkan harganya sangat fantastis. "Apa benar dia salah kamar? Tapi wanita ini,," Lama Ervan berpikir tentang penyakitnya selama ini.
Sabila adalah wanita pertama yang bisa membangunkan senjatanya. Banyak wanita yang dia temani, tapi tidak ada yang bisa membuatnya bergairah.
"(Hiks.. Hiks! Aku bukan pelacur, aku hanya mencari adik ipar ku.)"
Kata-kata Sabila selalu terngiang di kepalanya. "Mencari adik iparnya? Apa dia kemari untuk alasan itu?" Ervan sudah banyak melihat wanita malam, walau tidak pernah memakainya. Kebanyakan wanita malam yang bersamanya selalu berusaha untuk merayu, sehingga bisa menghabiskan malam di ranjang hotel. Tapi Sabila benar-benar menolak, dia selalu bilang bukan pelacur.
Ervan mengingat kembali perkataan Sabila. "Apa aku sudah salah sangka? Bagaimana kalau dia bukan pelacur?" Kata Ervan.
semangat
dari awal baca sampai di bab ini aku perhatikan tulisannya tuh selalu rapih dan nikmat di baca.
nggak bikin bosan.
pertahankan thor
Hendra juga
kamunya aja yang nggak punya pendirian. cuma manut manuut aja.