Kehidupan manusia memang dipenuhi dengan penderitaan. Namun apakah manusia akan selalu menangis dengan hal itu?
Jawabannya tidak, penderitaan yang datang bukan untuk ditangisi namun untuk bangkit menjadi sosok yang kuat dan mandiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gita Simamora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melakukan kebaikan di jalan
"Lakukanlah kebaikan dimanapun kamu berada karena dengan satu kebaikan yang kita lakukan akan membawa keberuntungan bagi orang lain!!!"
Diperjalanan pulang, Nala hanya tersenyum-senyum saat mengingat moment bersama Dody. Jantungnya tak kuasa menahan rasa senangnya sehingga detakannya sangat kencang. Ia seperti dibawa terbang ke angkasa untuk menikmati sejuta keindahan dunia.
Setelah kepergian Gio, Nala tidak pernah lagi merasakan jatuh cinta. Namun, saat ini ia benar-benar jatuh hati melihat sikap Dody. Paling tidak Dody memiliki sifat yang hampir sama dengan Gio.
Disini bukan soal sikapnya yang sama dengan Gio, akan tetapi karena memang ada rasa nyaman yang diberikan oleh Dody. Saat masih mengemudi, Nala tersentak melihat seorang kakek yang ingin menyeberang.
"Sepertinya kakek itu sulit untuk menyebrang!" gumamnya dalam hati.
Nala memberhentikan mobilnya di pinggir jalan dan menghampiri kakek tersebut.
"Hai kek, mau ngapain kok diam disini saja?" tanya Nala dengan ramah kepada kakek tersebut.
Sang kakek tidak menjawabnya, ia hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Nala mengerti bahwa kakek tersebut takut untuk menyebrang jalan.
"Ayo kek, aku akan membawamu ke seberang sana!" ajak Nala dengan memegang tangan kakek tersebut.
Nala menyeberangkan kakek tersebut sambil membuat aba-aba kepada segala pengendara dengan tangannya. Akhirnya Nala dapat membawa kakek tersebut untuk menyebrang jalan. Ia berterimakasih kepada segala pengendara dengan menundukkan kepala.
Segala pengendara tersenyum kepadanya termasuk Dody yang ternyata mengikuti dirinya. Namun, Nala tidak menyadari hal tersebut. Dody sangat antusias melihat perilaku baik Nala terhadap kakek dan segala pengendara. Ia semakin tertarik untuk menjadikan Nala sebagai kekasih hatinya.
****
Diseberang jalan Nala melihat baju kakek tersebut kotor akibat abu yang beterbangan di jalan. Nala membersihkan baju kakek tersebut dengan sapu tangan yang ada di kantongnya.
Kakek tersebut merasa sangat di pedulikan oleh Nala sehingga dengan tulus hati ia mengucapkan,
"Terimakasih banyak nak, kamu sangat baik kiranya hidupmu di berkati oleh Tuhan!"
"Amin kek. Kenapa kakek sendirian? Memang mau kemana kek? Tanya Nala kepada kakek tersebut.
Kakek tersebut menjelaskan kenapa ia sendirian dan mau pergi kemana.
"Aku mau ke sekolah cucuku, untuk menjemputnya. Kasihan orangtuanya meninggalkannya saat ia masih kecil. Aku sangat sayang dengan cucuku!"
Mendengar itu, Nala sangat berempati ingin membantunya sehingga ia mengajak kakek tersebut untuk bersamanya menjemput cucunya.
"Ayo kek ikut saya aja, nanti kakek capek kali berjalan!"
"Ngak usah nak, aku jalan kaki saja!" ucap kakek tersebut dan hendak ingin pergi.
Nala langsung cepat menghampirinya dan berkata, "Kek ngakpapa kok, kita pergi sekarang ya!"
Kakek tersebut tersenyum kepada perempuan baik dihadapannya, "terimakasih banyak ya nak!"
Diperjalanan kakek tersebut memperhatikan mobil mewah yang dibawa oleh Nala.
"Bagus sekali mobilmu nak!"
"Kakek bisa aja. Oh iya, nama cucu kakek siapa?" tanya Nala.
"Namanya Bobby nak" jawab kakek tersebut
"Aku lupa menanyakan nama kamu nak. Siapa nama kamu??" lanjut tanya kakek tersebut.
"Namaku Nala kek, aku sama seperti Bobby. Sejak kecil aku ditinggal orangtua karena kecelakaan!" jelas Nala kepada kakeknya.
Namun Sirait wajahnya ia tidak tampak sedih lagi namun sudah menerima hal yang menimpa keluarganya.
"Maaf ya nak jadi mengingatkan masa lalu kamu!" ucap kakek tersebut seperti merasa bersalah.
"Ngakpapa kek, itu menjadi pelajaran bagiku kok karena ternyata bukan cuman aku yang kehilangan. Namun, diantara orang-orang di sekitarku ada yang sama dengan hidupku!" jelas Nala sambil melihat kakek tersebut dari kaca mobilnya.
Tidak terasa, mereka sampai ke sekolah Bobby. Dengan cepat kakek tersebut membuka mobilnya dan menghampiri Bobby yang berada di gerbang sekolahnya.
"Kek ini mobil siapa?" tanya Bobby tercengang melihat keindahan mobil Nala.
"Ini mobil orang baik, namanya Nala!" ucap kakek untuk menjelaskannya kepada Bobby
"Hai Bobby, namaku Nala! Bagaimana sekolahmu?" tanya Nala sambil mengusap kepala Bobby.
"Hai Kak Nala. Sekolahku seru dong!" ucap Bobby dengan mengancungkan jempol.
"Wah mantap tuh. Tetap rajin belajar ya Bob!" ucap Nala dengan tertawa riang.
Dengan tubuh tegap Bobby menjawab Nala
"Pastinya dong kak!"
"Ya udah, ayo berangkat!" ajak Nala kakek dan Bobby.
Nala mengantar mereka ke rumah mereka yang ternyata tidak jauh dari komplek rumahnya.
"Nala mampir dululah!" pinta kakek tersebut kepada Nala.
"Ngak usah kek, aku langsung pergi aja takutnya pamanku menungguku di rumah." jawab Nala sambil mengeluarkan amplop yang ada di kantongnya.
Sat itu Nala melanjutkan omongannya, "Ini sedikit rejeki untuk keperluan Bobby ya kek, semoga bermanfaat!!"
"Terimakasih banyak nak, semoga pemberianmu digantikan oleh Tuhan berlipat kali ganda!" Jawab sang kakek dengan berlinang air mata.
Kakek tersebut terharu karena baru kali ini ada orang yang benar-benar peduli terhadap mereka.
"Aku pergi dulu ya kek..aku pergi dulu Bobby!" ucap Nala dengan menjabat tangan kakek tersebut.
Nala pergi meninggalkan rumah kakek tersebut dan membawa rasa senang. Nala sangat senang dapat membantu orang lain dengan semampunya. Hidup Nala seperti di penuhi dengan kebahagian saat membantu oranglain. Meskipun, dirinya masih merasa kehilangan kebahagian di waktu silam akibat kehilangan orangtua dan sahabat terbaiknya. Gio bukan sekedar sahabatnya namun seorang yang pernah ada di dalam hatinya.
Dulu ia pikir dirinya tidak akan bisa menjalin kehidupan yang baru setelah kehilangan harta yang paling berharga dalam hidupnya. Namun, dengan segala nasihat pamannya dan Gio ia menjadi sosok yang kuat dan mandiri. Terkadang ia mengingat moment pahit yang terjadi dalam hidupnya, akan tetapi ia dapat mengalihkannya dengan kegiatan positif.
Bersambung.....