Struggle Of Lingga Sari

“Jangan takut.” Suara berwibawa seorang laki laki keluar mulut dari sosok yang duduk bersila di bawah pohon besar itu. Sosok gagah yang duduk bersila di bawah pohon besar itu. Usianya sudah setengah abad lebih, wajahnya tampak teduh menyejukkan hati, aura yang terpancar dari wajahnya pun tampak cerah segar. Pakaiannya semacam jubah berwarna putih, tetapi di atas kepalanya ada mahkota bagai mahkota Raja.

“Maaf di mana Kakek yang tadi duduk dan berbaring di bawah pohon ini?” tanya Lingga Sari dengan santun dan sangat hati hati.

Laki laki yang duduk bersila itu tersenyum menatap Lingga Sari.

“Dia sudah pergi dari sini maka sekarang aku yang duduk di bawah pohon ini.” Ucap Laki laki itu dengan nada serius namun bibir tersenyum.

“Ooo syukurlah, kalau begitu saya juga akan pulang , saya sudah rindu dengan anak dan suami saya..” ucap Lingga Sari lalu dia membalikkan tubuhnya dan mulai melangkah. Selama dia di dalam hutan dia sudah survey di mana jalan untuk keluar dari hutan.

Akan tetapi tiba tiba..

“Lingga Sari, jangan pergi dulu. “ suara laki laki itu.

Lingga Sari menghentikan langkah kakinya karena kaget.

“Orang itu sudah tahu namaku.” Gumam Lingga Sari di dalam hati.

“He... he... he... sudah Lingga Sari yang baik hati, aku bahkan tahu nama anak kamu adalah Windy.. kamu jangan khawatirkan Windy anak kamu, dia cukup aman dan telah menemukan orang tempat dia berlindung dan berkeluh kesah..” suara laki laki itu lagi.

“Dia bahkan sudah tahu nama anakku, dia bilang Windy baik baik saja.. ahh mungkin dia bohong dan ada niat buruk untuk aku..” gumam Lingga Sari di dalam hati lagi..

“Lingga Sari, aku tidak bohong. Aku hanya akan membantu kamu. Kamu perempuan yang baik tetapi kamu sedang mendapat masalah besar. Ki Selo Marto masih berusaha untuk mencari kamu dan jiwa suami kamu dalam kuasa Mona karena bantuan Ki Selo Marto. Bahkan raga suami kamu yang sudah menjadi jasad tetapi belum membusuk itu juga akan dikuasai oleh Mona.” Suara laki laki itu lagi.

“Dia tahu suara batinku dan tahu banyak tentang masalah ku.” Gumam Lingga Sari di dalam hati lagi.

Lingga Sari lalu membalikkan tubuhnya lagi dan menghadap pada laki laki itu. Lingga Sari kini duduk simpuh..

“Salam .. maaf Bapa siapa?” ucap Lingga Sari dengan santun sambil menyatukan dua telapak tangannya dan ditempel di depan ujung hidung mancung nya.

“Kamu tidak perlu tahu nama ku, kamu boleh panggil aku Bapa, Kakek atau apa terserah kamu. Aku hanya akan membantu kamu, tapi kamu juga harus berusaha untuk meningkatkan kemampuan kamu untuk melindungi diri dan keluarga kamu dari orang orang jahat.” Ucap laki laki itu dengan nada serius sambil menatap Lingga Sari yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepalanya karena berpikir pikir.

“Memang benar kemampuan ku masih payah, aku bisa disedot masuk dalam akik Ki Selo Marto, dan Aku tidak bisa keluar dari pagar mistis Ki Selo Marto. Saat aku berhasil lepas.... “ gumam Lingga Sari di dalam hati belum berlanjut sebab laki laki di bawah pohon itu sudah berucap lagi dan bertanya pada dirinya..

“Apa kamu sanggup Lingga Sari?”

Lingga Sari lalu menatap laki laki itu..

“Baik Bapa saya sanggup. Apa yang harus saya lakukan agar kemampuan saya bisa meningkat, agar saya bisa melindungi diri saya dan keluarga saya juga untuk melindungi makluk yang membutuhkan bantuan...” Ucap Lingga Sari dengan santun.

“Duduk bertapa lah kamu di bawah pohon ini, sampai ada satu buah yang jatuh di atas pangkuan kamu.” Ucap laki laki itu sambil menatap Lingga Sari.

“Baik Bapa akan saya lakukan. Boleh saya bertanya lagi.” Ucap Lingga Sari lagi.

“Tentu saja boleh Lingga Sari, tanya lah.. percaya lah pada ku kalau Windy Wanandi dalam keadaan baik baik saja, dia sehat dan sudah ceria.” Ucap laki laki itu sambil tersenyum.

“Hmmm dia sudah tahu apa yang akan aku tanyakan.” Gumam Lingga Sari di dalam hati. Laki laki itu masih tersenyum penuh wibawa menatap dirinya.

“Baik Bapa, saya tadi akan tanya tentang anak saya Windy. Baiklah kalau begitu saya akan mulai bertapa bersemadi seperti saran Bapa.” Ucap Lingga Sari..

Dan di saat Lingga Sari mengedipkan kedua matanya, sosok laki laki di bawah pohon besar itu telah hilang.

“Biar aku coba saja, seperti nya dia makluk sakti dan baik hati.” Gumam Lingga Sari dan bangkit berdiri lalu mulai duduk bersimpuh untuk bersemadi. Dia yang terbiasa memakai kain panjang sudah biasa bersemadi dengan duduk bersimpuh bukan bersila. seperti itu ajaran di Kerajaan Sang Ratu, kalau makluk perempuan duduk bersimpuh.

Sementara itu di lain tempat di desa Luh Sari. Di rumah Juragan Sukron, rumah paling besar dan paling bagus di desa Luh Sari, desa di atas gunung dan terpencil. Mona sudah bersiap siap akan pergi ke kota untuk belanja, menikmati fasilitas yang diberikan oleh Sang Suami.

Mona membuka lemari pakaiannya dia ambil peti kecil yang berisi batu akik terbungkus kain putih.

“Aku harus bawa jiwa Kakak Wanandi ke mana aku pergi. “ gumam Mona lalu mengambil isi peti kecil itu dan dia taruh pada dalam beehaa nya.

Sesaat Mona tersentak karena pintu kamar terbuka dan muncul sosok suaminya..

Juragan Sukron hanya menelan saliva nya saat melihat dada bahenol Mona dibalik beehaaa berenda dari pantulan cermin lemari.

“Mona Sayang... orang suruhan ku sudah menemui bapak Kades, kita tidak bisa membeli tempat makam umum itu. Kalau beli tanah kosong untuk makam kita kelak baru boleh Sayang...” ucap Juragan Sukron sambil menatap Mona yang menutup kancing blouse nya.

“Kalau tidak boleh ya sudah.. Ama Juragan jangan menyentuh aku..” ucap Mona santai..

“Sayang jangan begitu .. jangan minta yang aneh aneh.. beli tanah kosong saja kamu butuh berapa hektar.” Ucap Juragan Sukron memelas, dia benar benar sudah tidak sabar untuk belah duren montok.

“Coba Ama Juragan sendiri yang pergi ke Pak Kades, jangan ke kantor nya tapi ke rumahnya.. pakai cara cara lah..” ucap Mona lalu mengambil tas tangan nya dan melangkah ke luar dari kamar untuk menuju ke mobil yang siap mengantar nya.

Dua istri lama Juragan Sukron yang melihat Mona tampak bersungut sungut..

“Dia itu bergaya banget ya.. hanya modal bodi saja wajah sebenar nya pas pas an, Cuma dipoles poles saja..” ucap istri pertama Juragan Sukron.

“Ssttttt dengar dengar sih dia itu pakai susuk susuk gitu.. biar laki laki ngiler pada dia.” Suara lirih istri kedua nya..

“Dan dengar dengar juga dia minta dibelikan tempat makam umum desa kita. Gila itu orang.” Bisik lirih istri kedua Juragan Sukron itu lagi.

“Gila dia memang gila..” ucap istri pertama Juragan Sukron.

Sesaat dua istri Juragan Sukron itu terdiam saat suami mereka lewat..

“Ama mau kemana?” tanya istri pertama.

“Menemui Pak Kades.” Ucap Juragan Sukron dan terus melangkah ke luar dari rumah.