Impian Malika menikah dengan Airlangga kandas ketika mendapati dirinya tidur bersama Pradipta, laki-laki asing yang tidak dikenalnya sama sekali. Gara-gara kejadian itu Malika hamil dan akhirnya menikah dengan Pradipta.
Sebagai seorang muslimah yang taat, Malika selalu patuh kepada suaminya.
Namun, apakah dia akan tetap menjadi istri yang taat dan patuh ketika mendapati Pradipta masih menjalin asmara dengan Selina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Ketakutan Yang Terjadi
Bab 4
Ucapan Pradipta bagai petir di telinga Malika. Tiba-tiba saja pikirannya dipenuhi oleh rasa ketakutan. Dia berharap di dalam rahimnya tidak tumbuh benih milik Pradipta. Perempuan itu juga belum berani melakukan tes kehamilan ketika tahu belum mendapatkan siklus bulanannya. Karena baru telat satu atau dua hari.
"Ya Allah, aku mohon! Tolong aku. Jangan sampai kejadian malam itu membuahkan hasil," batin Malika.
"Aku orangnya serius," kata Pradipta yang tatapannya tidak lepas dari Malika. "Jika kamu hamil, maka ada hak aku juga di sana. Jadi, jangan ada keinginan untuk menggugurkannya."
Tenggorokan Malika terasa sakit seperti ada biji kedondong yang tersangkut di sana. Dia terus menyebut asma Allah agar bisa menguasai dirinya.
"Aku dan keluargaku pasti dengan senang hati menyambut kelahirannya," lanjut Pradipta dengan senyum lebar.
Bola mata Malika bergetar dan berkaca-kaca. Dia juga memegang perutnya.
"Ada apa ini?" tanya Airlangga sambil menatap tajam kepada Pradipta.
"Kita hanya membicarakan masa lalu kita saja," jawab Pradipta yang melirik sekilas ke arah Malika.
Airlangga memang wajah datar, sementara di dalam hati dan pikirannya sedang berkecamuk. Dia merasa kalau Pradipta bukan pria sembarangan.
Pradipta ke luar dari cafe setelah menghabiskan semua pesanannya. Sebelum pergi dia membisikkan sesuatu di dekat telinga Malika. Laki-laki itu berbisik, "Aku yakin kita berdua akan bersatu."
Malika tersentak dan merasa tidak nyaman dengan ucapan Pradipta. Dia rasanya ingin minum obat pelancar datang bulan.
***
"Alhamdulillah!" pekik Malika ketika akan memasukkan baju kotor ke dalam mesin cuci.
Betapa bahagianya Malika ketika melihat ada garis darah pada celaana dallamnya. Akhirnya dia mendapatkan menstruasi di bulan ini. Ada perasaan senang yang membuncah di dalam hatinya. Rasanya baru kali ini dia merasa senang sekali ketika datang bulan.
Namun, kebahagiaan yang dirasakan oleh Malika tidaklah lama. Karena menstruasi cuma sehari itu juga keluar sangat sedikit sekali. Dia mengira kalau siklus bulanannya tidak berjalan lancar karena dia terlalu capek mengurus acara untuk lamaran yang cuma punya waktu menghitung hari.
Hari Minggu ini adalah hari yang dinanti-nantikan oleh Malika dan Airlangga. Kedua keluarga akan bertemu untuk melakukan lamaran dan menentukan tanggal pernikahan mereka.
Keluarga Airlangga datang ke kediaman keluarga Wijaya. Ada rasa minder karena orang yang mau dilamar itu bukan dari keluarga sembarangan. Keluarga Wijaya termasuk ke dalam 100 pengusaha sukses di negeri ini.
Halaman samping rumah di dekorasi sederhana, tetapi sangat indah dan enak dipandang mata. Malika meminta kepada keluarganya jangan mengadakan pesta pertunangan atau mengundang orang lain. Cukup keluarga besarnya yang menghadiri acara yang membahagiakan baginya itu.
Keluarga besar Malika baik dari pihak ayah dan ibunya sudah hadir semua. Mereka terlihat akrab satu sama lain, walau dari latar keluarga yang berbeda.
"Ayah, Bunda, ini Papa Andro dan Mama Aisyah," kata Airlangga mengenalkan kedua orang tuannya ketika mereka berdiri berhadapan.
"Assalamualaikum, Bu ... Pak," ucap Mama Aisyah sambil bersentuhan pipi mereka.
"Wa'alaikumsalam," balas kedua orang tua Airlangga.
Reyhan dan Pak Agung terkejut ketika melihat banyak sekali para pengusaha muda menghadiri acara lamaran Airlangga. Keduanya tidak tahu kalau orang-orang yang terkenal di dunia bisnis itu adalah kerabat Malika.
"Malika adalah sepupu kami. Jadi, jaga dia baik-baik!" ucap Rayyan kepada Airlangga dengan nada rendah, tetapi menyimpan banyak misteri.
"Tentu saja," balas Airlangga tersenyum ramah.
"Dari kita semua, hati Malika paling lembut. Dia juga orangnya mudah menangis dan tersentuh hatinya oleh keadaan orang lain," ujar Rain.
Ketika acara baru saja dimulai, terdengar suara keributan dari arah pintu gerbang masuk. Tentu saja hal ini memicu kegaduhan di sana.
"Ada apa?" tanya Papa Andromeda.
"Ada seorang laki-laki tidak dikenal datang dan mengatakan kalau dia adalah ayah bayi yang sedang dikandung oleh Malika," jawab Om Galaxy yang baru saja menerima telepon dari penjaga pintu gerbang.
Semua orang yang ada di sana terkejut. Lalu, menoleh ke arah Malika yang kini berwajah pucat.
"A-ku tidak hamil," ucap Malika menggeleng kepala. Rania memegang tangan sepupunya itu agar tenang.
"Kita lihat siapa yang datang!" Rayyan mengajak Rain.
"Aku ikut!" Mega mengikuti kedua sepupunya.
Mereka adalah sepupu Malika yang selalu melindungi dirinya. Ketika mereka tidak lagi sekolah di tempat yang sama, Malika mendapatkan pem-bully-an dari orang-orang. Dibandingkan semua sepupunya, Malika adalah perempuan lemah yang tidak bisa mengamuk apalagi berkelahi. Dia selalu memendam semuanya seorang diri. Karena tidak ingin membuat orang lain khawatir.
Ketiga laki-laki itu menghadang orang-orang yang hendak masuk ke pekarangan rumah. Baik Rayyan, Rain, dan Mega, tidak ada yang kenal dengan segerombolan orang itu.
"Siapa, kalian? Dan mau apa datang ke sini?" tanya Rayyan.
"Pradipta?" Airlangga datang menyusul bersama Papa Andromeda dan yang lainnya.
"Kamu kenal dia, Airlangga?" tanya Papa Andromeda.
"Tidak begitu kenal, Pa. Tapi aku dan Malika sempat bertemu dengannya," jawab Airlangga.
Tubuh Malika bergetar ketika melihat Pradipta. Satu hal yang tidak dipahami, kenapa laki-laki itu selalu bilang dia sedang hamil anaknya.
Rania memeluk tubuh Malika dan membisikkan kata-kata yang menguatkan dirinya, "Tenang, jangan panik. Bisa saja ada yang ingin merusak kebahagiaan Kak Malika. Kita semua pasti akan melindungi Kak Malika."
"Aku ... ta-kut," ucap Malika mencengkeram lengan kuat sepupunya itu.
"Kalau orang itu macam-macam biar Kak Rayyan dan Rain menghajarnya. Kak Malika sendiri tahu, kan, Kakakku sama suamiku itu orang-orang hebat. Dan akan selalu melindungi kamu sampai dititipkan pada laki-laki yang tepat," ucap Rania dan Malika pun mengangguk.
"Kedatangan kami ke sini mau memberi tahu kalau saat ini Malika sedang hamil anakku, calon keturunan keluarga Bramantya," ucap Pradipta.
"Ya. Kita meminta Malika untuk menikah dengan Pradipta karena sedang mengandung anaknya," lanjut wanita paruh baya yang bernama, Mayang.
"Apa maksud kalian?" Suara Papa Andromeda menggelegar sarat akan kemarahan. Karena putrinya bukan wanita murahan yang bisa tidur dengan laki-laki yang bukan suaminya.
Airlangga menoleh ke arah Malika. Dia belum berani bertanya kepada kekasihnya, apakah kejadian itu membuahkan hasil atau tidak.
"Tanyakan saja kepada Malika. Apa yang sudah terjadi di malam pesta pernikahan yang diadakan di Hotel Rajawali bulan lalu," ucap Pradipta.
Malika merasa dadanya sesak dan napasnya berat. Kepala dia mendadak sakit dan pandangan berputar. Jika tidak ada Rania, sudah dipastikan tubuh wanita itu jatuh ke tanah.
Rania berteriak memanggil Om Galaxy. Saking paniknya wanita itu lupa kalau dirinya juga merupakan seorang dokter. Dia takut terjadi sesuatu kepada Malika.
Fatih dan Alex baru datang dan mendapati keadaan di sana sedang heboh. Para laki-laki paruh baya itu kebingungan melihat keluarga mereka sedang berusaha menghadang orang yang tidak mereka kenal.
"Ada masalah apa ini?" tanya Alex.
"Papa, Kak Malika pingsan gara-gara laki-laki itu!" Rania mengadu kepada ayah mertuanya sambil menunjuk ke arah Pradipta yang sedang dipiting oleh Rayyan agar tidak bisa masuk ke dalam rumah.
Om Galaxy memeriksa keadaan Malika. Dia melihat kalau keponakannya itu menunjukkan tanda-tanda wanita sedang hamil muda.
"Kak ... untuk memastikan kita lakukan pemeriksaan USG," ucap Om Galaxy.
"Melihat sorot mata kamu, aku sudah tahu apa yang ada di dalam pikiran kamu," balas Papa Andromeda menahan amarah.
"Panggilkan laki-laki tadi!" teriak Papa Andromeda.
***