NovelToon NovelToon
Cinta Yang Terbalaskan Oleh Takdir

Cinta Yang Terbalaskan Oleh Takdir

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Percintaan Konglomerat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa
Popularitas:377
Nilai: 5
Nama Author: Rumah pena

Ini adalah kisah antara Andrean Pratama putra dan Angel Luiana Crystalia.

kisah romance yang dipadukan dengan perwujudan impian Andrean yang selama ini ia inginkan,

bagaimana kelanjutan kisahnya apakah impian Andrean dan apakah akan ada benis benih cinta yang lahir dari keduanya?

Mari simak ceritanya, dan gas baca, jangan lupa like dan vote ya biar tambah semangat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 30 - Jalan Pulang yang Tak Ada Lagi

Pagi itu dingin. Kabut tipis turun di sekitar rumah panggung tua tempat Andrean, Kayla, Angel, Arman, dan anak-anak bersembunyi setelah baku tembak semalam.

Mereka selamat… untuk sementara.

Andrean duduk di tangga depan, rokok di sela jari, matanya kosong liat ke hutan yang masih berkabut. Kayla lagi bersihin luka di lengan Angel di dalam rumah. Anak-anak tidur di pojokan ruangan, deket perapian kecil.

Arman keluar bawa dua gelas kopi, duduk di samping Andrean.

“Gue dapet kabar,” kata Arman pelan. “Lia udah kepepet.”

Andrean ngangguk tanpa nanya apa-apa.

“Dia sendirian sekarang,” lanjut Arman. “Anak buahnya tewas semua semalam. Nggak ada yang mau bantu dia lagi. Polisi dan tentara udah nyebarin foto buronan dia di mana-mana.”

Andrean ngebuang asap rokok, matanya tetep lurus. “Gue mau ketemu dia.”

---

Sore Hari - Pertemuan Terakhir

Kayla dan Angel nggak setuju waktu Andrean bilang mau nyari Lia sendirian. Tapi dia nggak peduli. Ini masalah dia dari awal.

Arman akhirnya ngalah, nemenin Andrean nyusurin jalan setapak ke ujung desa mati, ke satu rumah kosong yang dulu jadi markas Lia.

Rumah itu sekarang udah kayak kuburan. Sepi. Cat temboknya ngelupas, bau anyir darah masih kerasa.

Di dalem, Lia duduk sendiri. Tangannya kosong, pistol di meja di depan dia. Mata Lia sembab, tapi tajem.

Dia ngeliat Andrean masuk, nggak ada rasa takut.

“Lo dateng juga,” kata Lia pelan.

Andrean jalan pelan, duduk di kursi kayu depan Lia. Arman diem di belakang, tangan di senjata, siap ngapa-ngapain kalau perlu.

“Lo kalah, Lia,” suara Andrean datar.

Lia senyum kecil, pahit. “Kalah? Gue udah kalah dari dulu, Dre.”

Andrean ngelirik pistol di meja. “Kenapa nggak lo pake?”

“Buat apa? Mati di tangan sendiri, atau di tangan lo, bedanya tipis.”

Hening sebentar. Cuma suara angin nyapu dedaunan di luar.

Lia ngeluarin satu amplop dari kantong jaketnya, dorong ke arah Andrean.

“Semua aset, rekening, bukti. Lo yang pegang sekarang,” katanya lemah. “Anggap aja warisan terakhir dari orang yang pernah percaya sama lo.”

Andrean ngambil amplop itu, ngerasain beratnya. Dia nggak bilang apa-apa.

Lia nyender di kursinya, matanya setengah merem. “Lo pernah bilang, kita semua cuma nyari jalan pulang, Dre. Masalahnya, nggak semua orang punya rumah buat pulang.”

Andrean diem. Lia ambil pistolnya pelan, ngecek peluru, terus taro lagi.

Dia liat ke Arman, terus balik ke Andrean.

“Bawa gue keluar,” katanya akhirnya. “Terserah mau lo kasih ke polisi, tentara, atau siapapun. Gue udah nggak peduli.”

---

Penangkapan Lia

Andrean dan Arman nganterin Lia ke pangkalan militer terdekat.

Nggak ada perlawanan. Lia turun dari mobil, tangannya di atas kepala, jalan pelan ke depan puluhan tentara bersenjata yang udah nungguin.

Dia diborgol, kepalanya ditutup kain hitam, dibawa masuk mobil lapis baja.

Itu terakhir kali Andrean liat Lia.

---

6 Bulan Kemudian

Persidangan Lia jadi tontonan nasional. Semua kejahatan dia diungkap: perdagangan manusia, narkoba, korupsi, pembunuhan. Bukti yang Andrean dapet dari amplop Lia jadi pukulan telak buat semua sisa jaringannya.

Hakim jatuhin hukuman penjara seumur hidup tanpa remisi.

Publik puas, tapi Andrean… nggak ngerasain apa-apa.

Di ruang sidang, sebelum keluar, Lia sempet ngeliat ke Andrean yang duduk di kursi belakang. Dia nggak senyum, nggak bilang apa-apa, cuma tatapan kosong. Seolah nerima semuanya.

---

Kehidupan Setelah Semua Selesai

Andrean, Angel, Kayla, dan anak-anak pindah ke kota kecil di pegunungan. Rumah baru mereka nggak mewah, tapi cukup buat hidup tenang.

Angel buka toko buku kecil. Kayla ngajar anak-anak jalanan.

Arman masih sering mampir, kadang bantu jaga anak-anak kalau Andrean lagi sibuk nulis novel barunya.

Andrean duduk tiap sore di beranda rumah, ngetik cerita-cerita lama yang akhirnya dia ubah jadi tulisan. Angel sering baca tulisannya sebelum diterbitin.

“Lo yakin mau ceritain semuanya?” tanya Angel suatu malam.

Andrean senyum tipis. “Kalau nggak ada yang nulis, orang-orang bakal lupa.”

---

Surat Dari Penjara

Andrean dapet surat sekali dari Lia.

Isinya cuma satu kalimat, tulisan tangan yang masih rapi:

"Gue nggak pernah nemuin jalan pulang, Dre. Tapi gue lega, lo akhirnya pulang."

Andrean simpen surat itu di meja tulis, di antara tumpukan naskah yang belum kelar.

---

Epilog - Jalan Pulang

Di halaman belakang rumah, Reyhan lagi ajarin Lian dan Anelia mancing di kolam kecil yang mereka gali bareng Andrean dan Arman.

Angel duduk baca buku di bangku taman. Kayla lagi nyiram bunga.

Andrean keluar dari rumah, bawa dua cangkir teh. Dia duduk di sebelah Angel, nyender santai, matanya liat ke arah matahari yang mulai tenggelam di balik gunung.

“Kita udah pulang,” gumam Andrean pelan.

Angel senyum kecil. “Akhirnya.”

---

TAMAT...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!