Felyn Rosalie sangat jatuh cinta pada karya sastra, hampir setiap hari dia akan mampir ke toko buku untuk membeli novel dari penulis favoritnya. Awalnya hari-harinya biasa saja, sampai pada suatu hari Felyn berjumpa dengan seorang pria di toko buku itu. Mereka jadi dekat, namun ternyata itu bukanlah suatu pertemuan yang kebetulan. Selama SMA, Felyn tidak pernah tahu siapa saja teman di dalam kelasnya, karena hanya fokus pada novel yang ia baca. Memasuki ajaran baru kelas 11, Felyn baru menyadari ada teman sekelasnya yang dingin dan cuek seperti Morgan. Kesalahpahaman terus terjadi, tapi itu yang membuat mereka semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xi Xin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Something
Para staff membawa meja panjang dengan kain putih melapisinya ke atas panggung. Properti itu dipakai untuk sesi Launching novel dan sesi ttd nanti. Mereka juga meletakkan tiga kursi serta satu meja kaca bundar untuk dipakai berbincang sang penulis dan dua pembawa acara itu.
"Ini dia salah satu penulis muda dan cantik kita, yaitu Sisin Kim."
"Guys, beri tepuk tangan yang meriah!"
"Hai, Sisin! Apa kabar?"
"Halo, juga Kak Richard dan Kak Widia. Kabar saya baik." jawab Sisin sambil tersenyum.
"Sisin, sapa juga dong penonton kita nih. Tamu-tamu kesayangan yang udah ngefans banget sama kamu."
Kak Sisin! I love you!
Sisin Kim! Sisin Kim! Sisin!
Sisin pun mengangguk dan menyapa para penonton sambil membungkuk (salam tradisi korea). "Hai, semuanya. Saya Sisin Kim, terima kasih atas dukungan dan juga kehadiran kalian hari ini."
"Wow, makin heboh ya tampaknya apalagi udah pada tahu nih sekarang wajah dari penulis Sisin."
"Baiklah, penulis kita sudah hadir di tengah-tengah kita semua hari ini. Kita akan berbincang lebih lagi mengenai pertemuan ini dan bisa berjumpa langsung dengan pembacanya."
Sisin dipersilahkan duduk di kursi sebelah kiri meja, mc Widia di sebelah kanan meja, dan mc Richard di sebelah mc Widia. Mereka mulai berbincang dengan sang penulis, menanyakan semua hal tentang dunia kepenulisan, sastra, dan karyanya.
…..
Di waktu yang bersamaan, Felyn menerima telepon dari Morgan ia pun langsung menerima telepon itu ditengah kesenangannya.
"Kenapa, Morgan?" tanya Felyn sambil menurunkan nada suaranya.
"Fel, kamu di mana sekarang?"
"Aku lagi ada di acara novel, jumpa sama penulisnya."
"Oh, baiklah."
"Iya, ni lagi di acaranya. Kedengaran ribut banget gak?"
"Emm, iya. Berisik sekali."
"Btw, kenapa?" tanya Felyn lagi. Felyn berpikir sejenak, ia mengira kalau Morgan menelponnya karena ingin meminta tolong membelikan sesuatu. "Oh, lo mau nitip sesuatu ya, mumpung lagi di mall?"
"....."
Wira yang baru sadar kalau Felyn dihubungi oleh Morgan langsung naik darah dan berusaha menahan emosinya. Ia sangat tidak menyukai kalau Morgan bisa berdekatan dengan Felyn, karena khawatir masalahnya terungkap di waktu yang tidak tepat.
Felyn mengecek sambungan teleponnya, ternyata masih tersambung dengan Morgan, tetapi tidak ada jawaban dari Morgan saat ia bertanya tadi.
"Morgan?"
"Kenapa, Fel? Morgan ngapain?" tanya Nadin.
Felyn menggeleng. "Aku juga bingung. Masih tersambung, tapi gak ada suaranya."
"Morgan, aku tutup ya?"
"....Fel, maaf ganggu. Ya udah, tutup aja."
Mendengar jawaban Morgan yang seperti itu, Felyn kebingungan. "Morgan, lo gpp?"
Tiba-tiba sambungan mereka terputus dan Felyn belum mendengar jawaban Morgan lagi. "Halo, Morgan? Morgan?"
Saat itu, Wira langsung mengambil kesempatan bertanya tentang apa yang terjadi pada Felyn.
"Kenapa, Fel? Siapa yang nelpon?" tanya Wira.
"Teman, Kak. Tapi kayak ada yang aneh." jawab Felyn pelan.
Mulai muncul rasa khawatir di benak Felyn terhadap Morgan.
"Fel, kenapa si es batu?"
Felyn menggeleng kebingungan. "Gak tahu, Din. Tadi sambungannya langsung putus, terus aku kayak dengar suaranya Morgan gak kayak biasanya."
"Emm, paling sinyal itu. Kita kan lagi di dalam ruangan, terus banyak orang." ucap Wira seperti berusaha menyembunyikan sesuatu.
"Nah, betul kata Kak Wira. Pikir positif aja lah, Fel. Tu anak, kan emang aneh."
Felyn pun mendengarkan apa yang dikatakan Wira dan Nadin, lalu kembali mendengarkan perbincangan penulis favoritnya di atas panggung.
************************************************
Yang sebenarnya terjadi dengan Morgan.
Pukul 15.45 Wib, apartemen Morgan…
Morgan tengah bersiap-siap untuk mengecek Felyn dan Nadin yang ternyata pergi ke acara Meet & Greet di mall, dia bahkan sudah membeli sebuah mobil untuk hal itu.
Saat ia sedang mengambil kunci mobil di atas laci kamarnya, bel pintu apartemennya berbunyi dan Morgan pun bergegas membuka kan pintu depan.
Tetapi, baru membuka pintu, seseorang mengenakan topi hitam itu langsung menyerangnya dan menyuntikkan sesuatu ke lehernya. Orang itu langsung masuk ke dalam apartemennya dan mengunci pintu, Morgan langsung terbaring tak berdaya seperti orang yang tengah sakit.
Melihat keadaan, orang itu memanggil beberapa orang lainnya, mereka menyeret Morgan dan mengikatnya di kursi dengan keadaan tak sepenuhnya sadar.
Pandangan matanya pudar, ia tidak bisa melihat siapa saja orang yang berusaha menyakitinya itu. Untuk menggerakkan tubuhnya pun ia tidak mampu, karena obat bius yang tadi berhasil disuntikkan ke tubuhnya.
Orang-orang itu mengikat tangan, kaki, dan tubuhnya dengan erat padahal Morgan tidak akan bisa melarikan diri karena kondisinya.
Bos, kita apakan lagi dia?
Bocah kayak gini, sekali pukul aja KO.
Sstt, jangan ribut! Nanti kedengaran sama orang di luar.
Morgan memang tidak berdaya, tetapi ia tidak bisa merasakan sakit. Jadi, seperti orang yang jiwanya hidup, tetapi raganya tidak (alias kayak mayat hidup).
Salah satu orang yang terlihat dominan di antara 6 orang itu maju menghampiri Morgan. "Hei, Demon lord! bangun lah, kenapa tidur? Ayo, bangun!" Orang tersebut menertawakan Morgan, mengolok-oloknya.
Hahaha, liat dia tidak bisa berbuat apapun.
Ini yang disebut 'Demon lord' oleh anak militer Australia?
Wkwk, mereka salah mengira orang.
Bocah kayak gini, dibangga-banggakan.
"...Aku tidak fokus, ini kesalahan." batin Morgan.
Jadi, sekarang tugas kita apa bos?
"Tugas kita? Tunggu sampai waktunya habis, barulah kita tinggalkan dia."
************************************************
Kembali ke Felyn, Nadin, dan Wira …
"Saya menetap di Korea sudah 2 tahun, sekarang ini adalah kesempatan saya kembali ke kampung, mana mungkin saya tidak senang." ucap Sisin sambil tersenyum.
"Oh, iya. Saya juga melihatnya sekarang, Anda sudah jauh lebih cantik, Sisin."
"Terima kasih, Kak Widia. Kakak juga cantik!"
"Kalau begitu, apa rencana selanjutnya setelah launching karya terbaru kamu Get Married To Karina?"
"Emm, untuk saat ini saya akan sedikit berlama-lama di Indonesia, bertemu keluarga. Setelah itu saya akan mengunjungi sekolah-sekolah saya, untuk melihat kenangan lagi." jawab Sisin jelas.
"Wah, sepertinya seru ya. Bakal ketemu dengan adik-adik kelas, dan fans tersembunyi."
Di tengah acara, Felyn terus menerus tidak bisa berhenti memikirkan tentang Morgan. Ia merasa ada yang ganjal dengan Morgan yang tiba-tiba menghubunginya dan dengan nada suara yang sedikit melemah.
Ia berusaha menghubungi Morgan lagi, tetapi tidak ada balasan dari Morgan. Hal itu malah semakin membuat batinnya terganggu.
"Morgan, kenapa gak diangkat?!" batinnya.
Wira terus memperhatikan gerak gerik Felyn, ia pun mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang.
Jam sudah menunjukkan pukul 17.15 Wib…
Karena hatinya sudah merasa ada yang tidak beres dengan Morgan, ia pun beranjak dari tempat duduk.
"Gak bisa gini. Din, Kak Wira kita pulang yuk! Aku mau ke suatu tempat." ajak Felyn tiba-tiba.
"Loh, mau ke mana emangnya? Kan acaranya belum selesai, kamu juga belum dapat tanda tangan penulisnya." tanya Nadin seraya menarik tangan Felyn.
Wira pun ikut berdiri, "Fel, kamu mau ke mana?"
"Kak, aku harus ke rumah seseorang. Aku khawatir, gak tahu kenapa."
"Siapa sih? Morgan?" tanya Nadin.
Felyn mengangguk. "Iya, aku ngerasa Morgan gak baik-baik aja."
Wira sontak terkejut dan langsung menggenggam erat tangan Felyn, ia berusaha menghalangi Felyn supaya tidak keluar dari acara.
"Jangan, Fel. Kalau emang ada apa-apa, kamu nanti terluka gimana? Kan kamu masih sakit." ucap Wira terlihat panik.
Nadin mengangguk. "Iya, betul tuh. Kamu ngapain sih? Dekat banget akhir-akhir ini sama tu anak."
Felyn tidak mau mendengarkan Wira dan Nadin lagi. Kali ini dia bersikeras untuk pergi menemui Morgan apapun yang terjadi.
BERSAMBUNG….