Soal keturunan memang kerap menjadi perdebatan dalam rumah tangga. Seperti yang terjadi dalam rumah tangga Hana.
Hubungan yang sudah dibangun selama 10 tahun, tiba-tiba hancur lebur dalam satu malam, saat suaminya mengatakan dia sudah menikahi wanita lain dengan alasan keinginan sang mertua yang terus mendesaknya untuk memiliki keturunan.
"Jangan pilih antara aku dan dia. Karena aku bukan pilihan." -Hana Rahmania.
"Kalau begitu mulai detik ini, aku Heri Hermawan, telah menjatuhkan talak kepadamu, Hana Rahmania, jadi mulai detik ini kamu bukan istriku lagi." -Heri Hermawan.
Namun, bagaimana jika setelah kata talak itu jatuh, ternyata Hana mendapati dirinya sedang berbadan dua? Akankah dia jujur pada Heri dan memohon untuk kembali demi anak yang dikandung atau justru sebaliknya?
Jangan lupa follow akun sosmed ngothor
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
salam anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Langkah Baru
Sebenarnya Hana tidak tahu harus pergi kemana, apalagi di hari yang sudah gelap seperti ini. Hingga tiba-tiba terlintas satu nama di otaknya, dengan terpaksa Hana menghubungi teman yang pernah satu panti dengannya, Rindy. Beruntung Rindy yang masih single bersedia untung menampung dirinya, meski belum tahu jelas apa alasan Hana pergi dari rumah.
"Aku kirim alamat kontrakanku ya sekarang ya, Han," katanya dalam sambungan telepon. Hana mengangguk dan merasa sangat bersyukur, karena Rindy mau berbaik hati padanya.
"Terima kasih banyak, Rin, sampai di sana, aku akan ceritakan semuanya," balas Hana, kemudian mematikan panggilan untuk melihat lokasi yang dikirim Rindy lewat pesan.
Sambil menatap ponselnya Hana berusaha untuk tersenyum. Sekarang dia akan menghadapi babak baru, dia pastikan semuanya akan pulih meski harus berjuang mati-matian.
"Aku anggap semuanya sudah selesai hari ini. Aku berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan menginjakkan kaki di rumah ini lagi. Aku akan lebih mencintai diriku, karena aku baru sadar selama ini aku hanya mengutamakan orang lain," gumam Hana dengan sungguh-sungguh.
Tak berapa lama kemudian taksi yang dipesan Hana datang. Wanita itu segera naik dan meminta supir untuk langsung menuju ke lokasi tujuan. Akhirnya kendaraan roda empat itu melandas, meninggalkan rumah yang memenjarakannya selama ini.
Sementara Heri tertunduk lesu, ada sedikit rasa sesal juga rasa yang menyesakkan dada, akibat tak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti apa kata ibunya.
"Jangan pikirkan wanita itu lagi, Heri! Lekas urus surat perceraian kalian ke pengadilan, supaya dia sadar bagaimana sengsaranya hidup tanpa keluarga. Mamah ingin lihat bagaimana dia ke depannya, Mamah yakin dia akan menyesal karena sudah memperlakukan keluarga kita seperti ini!" tegas Mamah Saras, menasehati putranya agar tidak terpuruk hanya karena seorang Hana.
Baginya wanita seperti Hana tidak pantas ditangisi apalagi sampai membuat Heri merasa kehilangan.
Mamah Saras memegang lengan Mayang dengan erat, meyakinkan wanita itu bahwa secepatnya Heri akan sadar dengan kebodohannya. Jadi, Mayang tidak perlu khawatir, saat ini dialah menantu satu-satunya di keluarga Hermawan.
"Sebaiknya kita kembali ke kamar, Mah," ajak Mayang tanpa menghiraukan Heri yang sedari tadi bergeming. Malam ini ia akan memberikan kelonggaran pada pria itu, tapi tidak untuk besok dan seterusnya. Karena nama Hana harus secepatnya dihapus dari kehidupan mereka.
"Ya sebaiknya Mamah kembali istirahat. Ini sudah malam," timpal Papah Aris yang sedari tadi tak banyak bicara. "May, tolong antar Mamah ya, Papah mau bicara dengan Heri sebentar."
Mayang mengangguk, dan terus menggandeng tangan Mamah Saras sampai mereka masuk ke dalam kamar. Untuk saat ini Mayang benar-benar menunjukkan perhatiannya, dengan menyiapkan bantal dan menyelimuti wanita paruh baya itu.
"May, menginaplah malam ini. Kamu juga tidak perlu mengkhawatirkan Heri, Mamah yakin dia akan cepat melupakan Hana karena ada kamu di sampingnya. Apalagi jika nantinya kamu hamil, Mamah pastikan Heri hanya akan fokus padamu dan anak kalian," ucap Mamah Saras sambil menggenggam pergelangan tangan Mayang.
Wanita itu tersenyum.
"Seharusnya Mamah yang tidak perlu khawatir. Malam ini aku akan tidur di kamar tamu," balas Mayang, sadar kalau Heri pasti akan mengabaikannya. Apalagi jika dia buru-buru tidur di kamar yang selama ini ditempati oleh Hana.
*
*
*
Sampai di rumah Rindy, Hana langsung menceritakan semua permasalahan rumah tangganya. Bukan karena ingin mengumbar aib, tapi dia juga butuh tempat untuk curhat, sekaligus menjadikannya contoh untuk Rindy yang belum pernah berumah tangga.
"Sinting sekali keluarga mantan suamimu itu, Han. Sudah selingkuh dengan orang dekat, didukung lagi. Gila sekali, aku tidak bisa membayangkan rasanya jadi kamu, pasti ini sangat berat," seru Rindy dengan menggebu untuk merespon cerita Hana. Bahkan dia sampai ikut merasa sakit hati, karena Hana yang sudah dia anggap saudara diperlakukan seperti itu.
"Jangan! Jangan sampai kamu merasakan apa yang aku rasakan, Rin. Semoga saja jodohmu kelak adalah pria yang baik," balas Hana sambil tersenyum getir.
Rindy bisa merasakan ketidakberdayaan itu, hingga dia pun memberikan pundaknya untuk Hana, supaya wanita itu bisa menguatkan dirinya.
"Ingat aku terus, Han, kalau kamu butuh apa-apa. Sejak kita masih kecil, kita sudah hidup sama-sama di panti, jadi kamu tidak perlu sungkan padaku, kita adalah keluarga," ucap Rindy sambil mengusap-usap punggung Hana yang mulai naik turun.
Wanita itu kembali terisak kencang. Bukan karena sedih bercerai dengan Heri, tapi dia sedih karena sudah memendam kebodohan selama ini.
"Aku akan berdiri di belakangmu, Han, jangan khawatir dan jangan bilang kamu tidak memiliki siapa-siapa. Di dunia ini kita akan saling menguatkan," lanjut Rindy yang membuat tangis Hana semakin pecah.
Malam ini rasanya dia ingin menghabiskan waktu untuk melepaskan semua beban di dadanya. Agar ke depannya tidak perlu ada lagi yang dia tangisi. Semua sudah habis dan terkubur bersama kenangan.
*
*
*
Hana mengirim surat lamaran ke berbagai perusahaan yang menyediakan lowongan. Meski bukan basicnya, tapi Hana akan berusaha untuk belajar, karena untuk saat ini yang penting dia bisa diterima.
Dua hari kemudian, dia kembali mendapat panggilan interview. Sehingga dia bangun dengan semangat yang menggebu, berharap bisa segera mendapatkan uang untuk membantu Rindy membayar kontrakan.
"Semangat ya, Han, semoga interview-mu lancar dan kamu diterima, kamu tidak boleh minder, oke?" ucap Rindy saat mereka sedang sarapan. Hana langsung menganggukkan kepala dengan senyum yang tak memudar.
"Terima kasih doanya, Rin. Aku memang harus percaya diri meski sainganku mungkin banyak keahlian dan pengalaman."
"Tidak masalah, umurmu masih cukup muda, Han, di negara ini kan umur lebih penting dari pada pengalaman," timpal Rindy sambil terkekeh.
Mereka menyelesaikan sarapan dengan cepat, karena Rindy juga harus pergi kerja sebagai kasir di sebuah supermarket. Mereka berpisah di salah satu halte, karena hari ini mereka menggunakan kendaraan umum.
Seperti sebelumnya Hana mengikuti sesi wawancara. Namun, baru beberapa pertanyaan wanita itu merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, dia merasa ingin muntah hingga dia menutup mulut.
"Apa yang terjadi padamu, Nona Hana?" tanya pihak HRD. Melihat wajah Hana yang memerah dan siap memuntahkan isi perutnya.
Sadar bahwa Hana mengalami mual, wanita berkacamata itu segera menginstruksikan Hana agar masuk ke dalam kamar mandi. Tanpa bicara Hana langsung berlari dan memuntahkan apa yang dia makan tadi.
"Hoek, hoek!"
Gejolak yang ada di dalam perutnya memaksa keluar. Tubuh Hana sampai berkeringat dingin, karena setelah sekian lama dia kembali mengalami hal seperti ini, apalagi di saat sesi interview.
"Aku akan panggil pihak kesehatan," ucap sang HRD, tapi Hana justru menggerakan tangannya untuk menolak. Dia tidak ingin merepotkan.
Wanita itu segera mencuci mulutnya dan mengelapnya menggunakan tisu. "Tidak perlu, Bu, sepertinya saya hanya masuk angin." ujar Hana merasa sudah membaik setelah makanan itu dimuntahkan. Tadi, mualnya dipicu oleh pengharum ruangan yang sangat menyengat.
"Kalau begitu pertemuan ini dilanjutkan nanti saja. Karena masih ada sesi yang lain yang harus kamu ikuti. Saya akan menghubungi kamu lagi, dan pastikan badanmu fit," katanya berbaik hati. Hana langsung tersenyum, karena dia diberi kesempatan.
"Terima kasih banyak, Bu, saya akan menunggunya," balas Hana, lalu segera membereskan barang-barangnya dan meninggalkan perusahaan tersebut. Meski tidak berjalan lancar, tapi setidaknya dia masih memiliki peluang untuk diterima.
🤭🤭🤣🤣🤣🤣🤣🤣🏃🏃
liat Hana d'jadikan istri oleh El...
dan kejang² pas tau klo El pemilik perusahaan...
dan saat itu terjadi., Aku akan mentertawaknmu layangan
wah ini berita bagus untuk nya bukan kah dia msh mengharap kan Hana 🤭
selamat hari Raya idul Fitri mohon maaf lahir dan batin untuk semua readers dan othor kesayangan Nita mohon maaf lahir dan batin 🙏🥰🤗
Bagus han? aku suka gaya eloo...pokoknya siapapun yang berani nyakitin kamu, bls han? lawan..jangan pernah diam saja dan mempersilahkan orang lain menginjak-injak harga dirimu.
makasih ya thor masih nyempatin buat up😁
dan buat nyonya sarah kita tunggu reaksi mu saat tau menantu yg di inginkan tak sebaik menantu yg kau sia"kan 😅😅