Bidadari Yang Ternoda
Bab 1
Mata Malaika yang terpejam, tiba-tiba terbuka ketika merasakan ada yang memeluknya dari belakang. Embusan napas yang hangat terasa di pucuk kepala.
Hal pertama dilihat adalah kamar yang terasa asing. Dia yakin sedang berada di kamar hotel. Dengan gerakan cepat Malika menoleh ke belakang.
"Kyaaaaa!" jerit Malika ketika melihat ada pria asing yang sedang tidur di samping kiri. Dia pun menjauh darinya.
"Astaghfirullahal'adzim. Apa yang sudah aku lakukan?"
Tubuh Malaika bergetar saat sadar kalau dirinya dan laki-laki itu tidak memakai busana. Dia lalu membungkus seluruh tubuhnya dengan kain selimut. Perempuan itu melemparkan bantal untuk menutupi tubuh laki-laki yang tubuhnya memelihara.
"Berisik!" Laki-laki itu kesal karena tidurnya terganggu. Dia pun membuka mata. "Kamu siapa? Kenapa ada di kamar ku?"
Bibir Malika bergetar tidak mampu bicara. Dia merasakan bagian inti tubuhnya sakit. Air mata jatuh bercucuran dan hatinya hancur seketika. Dia bukan wanita bodoh yang tidak tahu apa yang sudah terjadi kepadanya.
Laki-laki berwajah dingin itu menatap Malika dan berkata, "Aku Pradipta. Kamu siapa? Kenapa kamu ada di sini?"
Malika sendiri tidak tahu kenapa dia bisa berada di sini. Semalam dia menghadiri pesta pernikahan temannya. Setelah itu dia tidak bisa mengingat apa-apa lagi.
"A-ku ... Ma-lika," balas Malika tergagap menahan isak tangis. "A ... ku, tidak tahu kenapa bisa ada di sini."
Pradipta mengambil celana miliknya dan kimono handuk. Lalu, dia menelepon seseorang.
"Kirimkan satu set pakaian muslimah. Ukuran
...." Pradipta menoleh ke arah Malika. "Sedang."
Malika sendiri bingung ketika melihat pakaiannya berceceran dan dalam keadaan sobek. Ketika melihat jilbab pashmina miliknya, dia merasa dadanya tertusuk sembilu. Rasanya sangat sulit baginya untuk bernapas. Hadiah pemberian dari sang pujaan hati ketika dia ulang tahun.
"Airlangga, maafkan aku," batin Malika.
Malika sudah tidak suci lagi dan merasa kotor. Dia jijik pada dirinya sendiri. Selama ini dia selalu menjaga diri dan kehormatannya. Hanya laki-laki yang menjadi suaminya, lah, yang berhak menyentuh tubuhnya.
Kepulangannya pun untuk memenuhi janji kepada sang kekasih yang akan melamar dirinya. Malika dan Airlangga sudah berjanji akan menyatukan cinta mereka setelah tiga tahun berpisah demi mewujudkan impian masing-masing.
"Kamu mau mandi?"
Malika tersadar dari lamunannya. Dia melihat Pradipta sudah selesai mandi. Wangi sabun menguar dari tubuhnya yang atletis.
Ketika Malika berdiri, dia merasakan sakit dan perih. Dia meringis dan mencoba melangkah. Tanpa diduga Pradipta membopong tubuhnya.
"Apa yang kamu lakukan?" teriak Malika panik.
"Aku hanya membantu kamu. Bukannya kamu tidak bisa jalan," balas Pradipta.
Malika di dudukkan di pinggir buthub. Pradipta mengisi bak itu dengan air hangat dan memberi cairan aroma terapi.
"Mandilah. Aku juga sudah memesankan baju untuk kamu," ucap Pradipta menatap Malika yang masih menggulung dirinya dengan selimut.
Malika hanya bisa menundukkan kepala ketika ditatap oleh laki-laki itu. Dia marah, benci, dan ingin berteriak meluapkan apa yang sedang dirasakan olehnya. Namun, dia tidak tahu semua itu harus ditujukan kepada siapa.
Dengan kuat, Malika menggosok seluruh bagian tubuhnya sampai memerah dan ada yang lecet. Wanita itu ingin menghilangkan jejak yang ditinggal Pradipta. Dia tidak bisa membayangkan pergumulan seperti apa yang dilakukan mereka semalam sampai meninggal banyak jejak pada tubuhnya.
***
Malika pulang ke rumah dengan langkah gontai. Kebetulan dia menempati rumah yang dahulu ditinggali sama kedua orang tuanya sewaktu baru menikah. Sekarang mereka tinggal di rumah utama keluarga Wijaya. Rumah ini memang ada yang mengurus, kadang-kadang dikunjungi oleh orang tuanya juga.
Air mata Malika kembali jatuh ketika melihat foto dirinya dengan Airlangga sewaktu di wisuda. Laki-laki yang diam-diam mencintai dirinya dan baru mengungkapkan perasaannya ketika hari kelulusan. Dia yang merupakan gadis pendiam dan pemalu, tidak menyangka bisa membuat ketua BEM waktu itu jatuh cinta kepadanya.
Namun, kisah cinta mereka harus terhalang ketika Malika memutuskan untuk mengabdi di sebuah desa pedalaman yang ada di kawasan Indonesia Timur. Dia berjanji hanya pergi selama tiga tahun dan akan menerima lamaran dari Airlangga ketika sudah pulang.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Malika menangis tergugu. Dia merasa dirinya tidak pantas untuk Airlangga. Wanita itu juga merasa sudah jahat kepada laki-laki yang setia menunggu dirinya.
"Maafkan aku. Maafkan aku, Airlangga!"
Entah berapa lama Malaika menangis sambil memeluk foto dirinya bersama Erlangga. Kedua matanya memerah dan bengkak.
Suara dering telepon membuat dirinya bangkit dari peraduan. Terlihat nama sang kekasih di sana. Malika ragu untuk menerima panggilan itu. Terlebih lagi, dia yakin suaranya sekarang serak dan bisa membuat Airlangga khawatir kepadanya.
Beberapa kali ponsel milik Malaika berdering. Sang pemilik hanya memegang sambil memandangi foto profil yang bergambar bunga edelweiss. Katanya itu melambangkan cinta Airlangga untuk dirinya. Akhirnya panggilan itu berhenti juga, mungkin laki-laki itu mengira dirinya sedang beristirahat.
"Aku harus mengompres mataku biar Airlangga tidak bertanya macam-macam," gumam Malika.
Nanti malam Malika sudah membuat janji dengan Airlangga. Laki-laki itu mengajak makan di Restoran Kabita, tempat pertama kali mereka bertemu.
***
"Ayo, Malika! Kamu pasti bisa," batin Malika sambil menatap bangunan yang penuh dengan kenangan indah dirinya.
Dengan perasaan tidak menentu, Malika memasuki restoran. Gugup, malu, takut, dan rindu semua bercampur menjadi satu.
Beberapa orang pelayan lama mengenal dirinya sebagai anak pemilik tempat itu, menyapa dengan ramah. Tidak banyak yang tahu kalau Malika adalah putri dari pasangan Andromeda dan Aisyah, salah satu keluarga konglomerat di ibu kota.
Malika berjalan ke ruang khusus yang sudah dipesan oleh Airlangga. Dia sempat berdiri beberapa saat menyiapkan diri sebelum membuka pintu.
Jantung Malika mencelos ketika melihat Airlangga menatap penuh kerinduan dan tersenyum lebar kepadanya. Laki-laki itu memakai pakaian semi formal dan memegang buket bunga mawar merah, karena tidak ada bunga edelweiss dijual di toko bunga.
"Assalamualaikum," salam Malika dengan mata berkaca-kaca penuh kerinduan kepada sang pujaan hati.
"Wa'alaikumsalam, humaira-ku," balas Airlangga dengan mesra dan itu malah membuat Malika semakin sakit serta merasa bersalah.
"Ya Allah, aku mohon. Berikan kebahagiaan untuk Airlangga. Dia pantas mendapatkan wanita baik dan terhormat," batin Malika yang tidak bisa menahan air matanya lagi.
"Malika, ada apa? Apa yang terjadi? Apa aku sudah melakukan kesalahan?" tanya Airlangga dengan panik.
Pria itu bingung ingin menghapus air mata sang kekasih, tetapi lupa bawa saputangan. Di meja juga tidak ada tisu. Jadi, dia menggunakan lengan bajunya untuk menghapus cairan bening itu. Namun, Malika malah mundur beberapa langkah.
"Airlangga, kita akhiri hubungan ini!" ucap Malika dengan tatapan terluka.
***
Assalamualaikum, semua. Kembali aku buat karya terbaru. Novel ini spin off dari 2 novel yang berjudul: "Bidadari Yang Diabaikan" dan "Mendadak Nikah Dengan Mantan Calon Kakak Ipar"
Semoga suka. Ambil nilai baiknya dan jangan tiru hal buruknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
sepertinya harus baca yang judul Bidadari dulu nih, soalnya belum tahu siapa mereka
2025-02-02
3
❤️ Nurul Qolbi ❤️
Baru bab 1 sudah buat sedih dan sakit hati. Kasihan sekali kisah percintaan Airlangga 🤧
2025-02-01
2
sryharty
oowh si Airlangga adenya Rumi ya ka ini,,
duuuh kasihan bang Airlangga
2025-02-02
2