Sinopsis "Alien Dari Langit"
Zack adalah makhluk luar angkasa yang telah hidup selama ratusan tahun. Ia telah berkali-kali mengganti identitasnya untuk beradaptasi dengan dunia manusia. Kini, ia menjalani kehidupan sebagai seorang dokter muda berbakat berusia 28 tahun di sebuah rumah sakit ternama.
Namun, kehidupannya yang tenang berubah ketika ia bertemu dengan seorang pasien—seorang gadis kelas 3 SMA yang ceria dan penuh rasa ingin tahu. Gadis itu, yang awalnya hanya pasien biasa, mulai tertarik pada Zack. Dengan caranya sendiri, ia berusaha mendekati dokter misterius itu, tanpa mengetahui rahasia besar yang tersembunyi di balik sosok pria tampan tersebut.
Sementara itu, Zack mulai merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya—ketertarikan yang berbeda terhadap manusia. Di antara batas identitasnya sebagai makhluk luar angkasa dan kehidupan fana di bumi, Zack dihadapkan pada pilihan sulit: tetap menjalani perannya sebagai manusia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35: Momo Jadi Takut
Sesampainya di depan rumah Zack, mobil pun berhenti perlahan. Pak Andi menoleh ke arah Zack dengan senyum penuh arti.
"Nah, sudah sampai, Tuan Zack. Tapi saya penasaran, kapan nih saya bisa antar kalian kencan lagi?" godanya dengan nada bercanda.
Zack tertawa kecil, membuka pintu mobil, lalu menoleh dengan senyum jahil. "Pak Andi, jangan bilang-bilang Elly kalau ini kencan. Dia bisa ngamuk."
Pak Andi tertawa lepas. "Hahaha! Siap, Tuan Zack. Tapi saya rasa nona Elly sudah tahu kok. Tadi waktu pulang, dia senyum-senyum sendiri sambil meluk snowball itu erat-erat. Kayaknya dia nggak mau lepas, deh."
Zack mengangkat alis dengan ekspresi puas. "Oh? Menarik. Berarti dia menyukainya, ya?"
"Jelas!" Pak Andi mengangguk semangat. "Saya malah takut itu snowball jadi korban pelukannya terus meletus, hahaha!"
Zack terkekeh, lalu turun dari mobil sambil membawa tasnya. "Terima kasih, Pak Andi. Hati-hati di jalan!"
Pak Andi mengacungkan jempol. "Siap, Tuan Zack. Besok kalau ada hadiah lain buat nona Elly, jangan lupa beli dua ya. Biar saya juga kebagian."
Zack tertawa. "Lihat nanti, Pak."
Mobil pun melaju meninggalkan Zack yang masih tersenyum sendiri di depan rumahnya.
---
Sementara itu, di kamar Elly…
Elly masih duduk di atas kasurnya, memandangi snowball dalam genggamannya. Wajahnya merah padam, dan senyumnya terus muncul tanpa bisa dikontrol.
"Kenapa sih aku jadi begini?! Ini cuma boneka salju kecil, Elly! Bukan sesuatu yang spesial!" gerutunya sendiri. Tapi tangannya tetap memeluk benda itu erat, seolah itu adalah harta karun termahal di dunia.
Di sudut ruangan, kucing peliharaannya, Momo, menatap Elly dengan ekspresi penuh keheranan—dan mungkin juga kelelahan karena majikannya makin lama makin aneh.
"Miau?"
Elly menoleh ke arah kucingnya yang sedang duduk sambil menyipitkan mata. Seolah berkata, "Kamu ini kenapa sih? Gila ya?"
Elly mendesah panjang. "Kamu tahu nggak, Momo? Aku bingung… Apa aku benci Zack? Atau aku… suka dia?"
Momo tetap diam, tapi wajahnya jelas-jelas menyiratkan "Itu sih udah jelas, manusia tolol."
Elly menghela napas dan berguling di kasurnya, menutup wajah dengan bantal. "Aaaarghh! Kenapa dia begitu menyebalkan tapi juga baik?! Kenapa dia perhatian?! Kenapa dia harus kasih aku hadiah kayak gini?!"
Momo perlahan berdiri, mendekat ke arah Elly, lalu dengan santainya… menepuk kepala Elly dengan cakar kecilnya.
Puk!
"Aww! Momo!" Elly mengusap kepalanya. "Kenapa mukul aku?! Aku lagi curhat tahu!"
Momo menatapnya lama. Lalu pelan-pelan, kucing itu berbalik dan berjalan menuju pintu. Dengan tenang, ia mengangkat satu kakinya dan… tok tok tok, mulai mengetuk pintu kamar dengan cakarnya.
Elly mengerutkan dahi. "Momo… Kamu mau ke luar?"
Momo menoleh dengan wajah penuh keputusasaan. "Ya iyalah! Gue udah nggak kuat sama manusia gila ini!"
Elly melipat tangan. "Enggak. Kamu harus di sini nemenin aku!"
Momo kembali mengetuk pintu dengan lebih keras, bahkan kini menambahkan sedikit drama dengan menjatuhkan diri ke lantai, seolah berkata "Tolong, bebaskan aku dari manusia aneh ini!"
Elly akhirnya berdiri dan membuka pintu. "Ya udah, ya udah, pergi sana! Dasar pengkhianat!"
Begitu pintu terbuka, Momo langsung kabur dengan kecepatan penuh ke luar kamar, seolah sedang dikejar setan. Elly hanya bisa mendesah sambil menutup pintu kembali.
Ia kembali duduk di kasur dan memandangi snowball dalam genggamannya. "Kenapa Zack bikin aku jadi kayak gini, sih…?"
Malam itu, meskipun tubuhnya lelah, pikirannya terus berputar-putar. Zack, snowball, tatapan hangatnya, kata-kata lembutnya…
Dan Elly pun tersadar.
Ia tidak membenci Zack.
Ia… mulai menyukainya.
…Dan itu membuatnya semakin panik.
---
Sementara itu, di rumah Zack…
Zack baru saja masuk ke dalam rumahnya ketika ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak asing baginya.
Rina: "Hei, jadi gimana kencan gak resmimu sama Elly?"
Zack tersenyum jahil dan mengetik balasan.
Zack: "Yah, dia masih malu-malu. Tapi… perlahan-lahan pasti luluh juga."
Rina langsung membalas.
Rina: "Wuihh percaya diri banget! Jangan-jangan kamu suka beneran, Zack?"
Zack berhenti mengetik. Pandangannya sedikit berubah saat ia mengingat wajah Elly saat tadi menerima snowball darinya.
Setelah beberapa detik, Zack mengetik balasannya.
Zack: "Entahlah. Tapi melihat dia tersipu seperti itu… rasanya menyenangkan."
Rina yang membaca pesan itu langsung tersenyum puas.
"Aha! Ini semakin seru!"
---
Elly duduk di sofa ruang tamu sambil memeluk erat snowball pemberian Zack. Senyumnya lebar, pipinya memerah, dan matanya terus berbinar-binar seperti lampu LED.
Di sebelahnya, Momo, si kucing putih berbulu lebat, menatap tuannya dengan ekspresi curiga. Ekor Momo bergerak-gerak gelisah, kedua telinganya tegak, dan ia mulai merapat ke ujung sofa seolah ingin menjaga jarak.
Elly menatap bola salju itu penuh cinta. “Indah banget... Zack itu perhatian banget ya...”
Momo berkedip. Zack? Itu siapa? Oh, manusia yang sering bikin tuanku bertingkah aneh?
Elly terkikik sendiri, masih menatap snowball. “Apa dia suka sama aku?”
Momo langsung memicingkan mata. Oh tidak. Penyakitnya kambuh lagi.
“Bisa jadi dia suka sama aku… atau mungkin ini kode kalau dia mau aku selalu ingat dia?”
Momo makin mundur. Aduh, tolong. Aku cuma kucing biasa, bukan tempat curhat! Jangan lihat aku begitu!
Elly tiba-tiba menatap Momo dengan penuh harap. “Momo, kamu ngerti perasaan aku, kan?”
Momo langsung kaku di tempat. TIDAK! AKU TIDAK MENGERTI! AKU CUMA MAU TIDUR!
Elly semakin mendekat. “Kamu tahu nggak rasanya jatuh cinta?”
Momo membelalak. AKU KUCING, ELLY! AKU CUMA NGERTI RASA LAPAR DAN NGANTUK!
Melihat Momo tidak merespons, Elly malah semakin semangat. “Momo, bayangin kalau kamu suka sama kucing betina di luar sana! Kamu pasti juga bingung kan?!”
Momo mengedip. Apa-apaan ini? Aku bahkan belum siap punya pasangan!
Elly berbaring di sofa sambil memegang dadanya dramatis. “Momo, aku takut! Aku takut kalau aku jatuh cinta sama Zack!”
Momo langsung berdiri. OKE, CUKUP. AKU HARUS PERGI DARI SINI.
Dengan kecepatan tinggi, Momo melompat turun dari sofa dan lari ke arah pintu.
Elly langsung duduk lagi. “Eh, mau ke mana kamu?”
Momo mulai mencakar-cakar pintu. BUKAIN PINTUNYA! AKU GAK MAU DI SINI LAGI!
Elly bangkit, mendekati Momo sambil membawa snowball-nya. “Jangan pergi dulu! Aku belum selesai curhat!”
Momo makin panik, cakarnya bekerja dua kali lipat lebih cepat. TOLONG! TOLONG! ADA MANUSIA GILA DI SINI!
Untungnya, seorang pembantu rumah datang dan membukakan pintu. Begitu pintu terbuka, Momo langsung melesat keluar seperti roket.
Elly hanya bisa terdiam, menatap kepergian kucingnya. “Huh… kok dia panik banget sih? Padahal aku cuma curhat.”
Di luar kamar, Momo duduk dengan napas terengah-engah. Matanya menatap pintu ruang tamu dengan penuh waspada. Mulai sekarang, aku harus lebih hati-hati. Jika dia mulai berbicara tentang Zack, aku akan segera kabur!
---
Jam Tidur
Elly berjalan menuju ke kamarnya dengan Momo dalam gendongannya. Kucing malang itu hanya bisa menerima nasib, meskipun hatinya menjerit.
Setibanya di kamar, Elly langsung melompat ke kasur sambil tetap memeluk Momo erat. “Aaaah! Hari ini capek banget!”
Momo, yang sudah dalam posisi terjepit di pelukan Elly, hanya bisa mengeluarkan suara pasrah. Tolong… aku butuh udara…
Elly memejamkan matanya, tapi beberapa detik kemudian membukanya lagi. Ia menatap Momo yang kini terbaring di sebelahnya, wajahnya tampak bingung.
“Momo…”
Momo menatapnya dengan ekspresi penuh kecurigaan. Jangan bilang kamu mau curhat lagi…
“Aku beneran bingung.”
Oh tidak…
Elly menghela napas, lalu berbalik menatap langit-langit. “Aku pikir, Zack itu cuma ngeselin yang sok cool. Tapi kenapa dia jadi perhatian banget akhir-akhir ini?”
Momo berkedip pelan. Mungkin karena kamu selalu lupa ngerjain PR dan dia kasihan?
Elly menghela napas lagi. “Terus kenapa aku senang waktu dia kasih aku snowball? Kenapa aku malah jadi deg-degan?”
Momo mulai memejamkan matanya, mencoba pura-pura tidur. Aku kucing… Aku nggak peduli dengan masalah romansa manusia…
Elly kembali menggulingkan badannya menghadap Momo dan mencubit pipinya pelan. “Hey, jangan tidur dulu! Aku lagi curhat!”
Momo membuka matanya sedikit, menatap Elly dengan ekspresi penuh penderitaan. Kenapa aku? Kenapa bukan manusia lain saja?!
Elly tertawa kecil, lalu menarik Momo lebih dekat. “Momo, kalau kamu bisa bicara, kira-kira kamu bakal bilang apa?”
Momo berpikir sejenak, lalu menguap besar. Aku bakal bilang: ‘Tolong berhenti menyeretku dalam drama cintamu dan biarkan aku tidur dengan damai!’
Tapi tentu saja, yang keluar dari mulutnya hanya suara "Meong~" yang terdengar malas.
Elly menatap Momo dengan curiga. “Hmmm… dari ekspresimu, aku bisa tebak kalau kamu muak, ya?”
Momo menatap kosong ke depan. Akhirnya, dia sadar juga…
Elly tertawa kecil, lalu membelai kepala Momo dengan lembut. “Baiklah, baiklah… Aku nggak akan ganggu kamu lagi malam ini.”
Momo menghela napas lega. Akhirnya…
Tapi sebelum ia bisa benar-benar menikmati ketenangan, Elly kembali berbicara.
“Tapi Momo…”
Momo langsung membuka matanya lebar-lebar. TIDAK! KENAPA MASIH ADA TAPI?!
“Aku harus bagaimana kalau Zack benar-benar menyukaiku?”
Momo hanya bisa menatap Elly tanpa ekspresi. Lalu, perlahan-lahan, ia memejamkan matanya kembali dan berpura-pura mati.
Elly tertawa. “Hahaha! Ya ampun, Momo! Kamu tuh lucu banget sih!”
Momo tetap diam. Kalau aku tidak bergerak, mungkin dia akan berhenti bicara…
Elly akhirnya membalikkan badan, menatap langit-langit dengan senyum kecil di wajahnya. Sementara Momo, dengan hati yang penuh penderitaan, hanya bisa berdoa agar malam ini cepat berlalu tanpa lebih banyak drama.
Bersambung...