Akibat trauma masa lalu, Chaby tumbuh menjadi gadis yang sangat manja. Ia hidup bergantung pada kakaknya sekaligus satu-satunya keluarga yang peduli padanya.
Di hari pertamanya sekolah, ia bertemu dengan Pika, gadis tomboi yang mengajaknya loncat pagar. Kesialan menimpanya, ia tidak tahu cara turun. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Disaat yang sama, muncul pria tampan bernama Decklan membantunya turun.
Decklan itu kakaknya Pika. Tapi pria itu sangat dingin, dan suka membentak. Tatapan mengintimidasinya selalu membuat Chaby menunduk takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Sudah seminggu berlalu, akhirnya dengan bujukan Pika berkali-kali ditelpon, Chaby memutuskan untuk sekolah lagi. Danzel bahkan sampai keheranan bagaimana Pika bisa membujuk adiknya itu sedang dirinya sendiri di bantu Galen sudah berkali-kali memaksa tapi gadis itu tetap menolak.
"Kalau nggak nyaman dan pengen pulang langsung telpon kakak atau kak Galen ya." ucap Danzel lembut sambil mengatur rambut Chaby yang agak berantakan. Gadis itu mengangguk lalu turun dari mobil memasuki gerbang sekolah.
Ia melambai ke kakaknya dengan wajah ceria, tidak seperti sebelumnya. Danzel tertawa pelan, sepertinya ada manfaat juga Chaby berteman dengan Pika. Gadis itu tampaknya membawa pengaruh baik pada adiknya.
"Hwaaa..."
Teriak Chaby karena Pika mengagetkannya dari balik gerbang masuk sekolah. Ia memasang ekspresi sebal ke temannya yang sekarang sedang tertawa kencang dengan tangan yang memegangi perut.
"Jangan lupain janji kamu ya." kata Chaby mengingatkan.
Ia mutusin masuk sekolah hari ini karena janji yang dibuat Pika pada dirinya. Pika berjanji akan membelikan semua makanan kesukaannya dikantin selama sebulan penuh kalau dia masuk sekolah. Gadis itu juga akan membantunya mengerjakan semua PRnya tiga bulan penuh. Karena tawaran menggiurkan itu, Chaby menerimanya tanpa pikir panjang. Urusan lain belakangan, ia bisa sembunyi dari kak Bara, pria yang paling ditakutinya sekarang ini.
Sebenarnya ia tidak mau ke sekolah karena takut ketemu sama pria itu. Semenakutkannya kak Decklan, ternyata kak Bara jauh lebih menakutkan menurutnya, tapi ia tetap tidak mau cerita pada kakaknya dan kak Galen kalau sebenarnya Bara menamparnya. Kalau mereka tahu mereka pasti akan marah dan melampiaskannya pada kak Bara, dan bisa saja kak Bara dendam lalu balas melabraknya lagi. Chaby menggigil ngeri, hihh... bisa-bisa ia ditampar lagi nanti, ia takut. Jangan sampai deh pokoknya.
"Mikir apaan lo?" suara Pika mumbuyarkan pikiran gadis itu. Ia cepat-cepat menggeleng kuat dan tersenyum lebar, menunjukkan deretan giginya yang berbaris rapi membuat Pika menatapnya aneh. Ia tidak mau berlama-lama di dekat gerbang itu lagi dan menggandeng tangan Chaby berjalan menuju kelas.
"Lo belum cerita sebenarnya apa yang terjadi sama lo waktu gue tinggalin diruang osis." ujar Pika setelah mencapai bangkunya didalam kelas. Chaby sampai kaget dibuatnya.
"Nggak kenapa-napa kok." jawabnya. Pika menyipitkan mata curiga dan mendekatkan wajahnya ke gadis itu.
"Nggak kenapa-napa tapi lo nggak mau masuk sekolah sampe berhari-hari?" katanya tidak percaya. Nggak mungkin nggak ada pemicunya. Dasar pembohong besar, ia terus menatap Chaby.
"Jangan-jangan lo di bentak kakak gue ya?"
Chaby menggeleng cepat.
"Nggak kok." ucapnya benar.
"Bener?
Chaby mengangguk. Kejadian sebenarnya lebih parah sih bukan cuman dibentak doang, batinnya. Tapi pelakunya bukan kak Decklan.
"Nggak boong?"
Chaby mengangguk lagi. Setelah itu Pika memutuskan untuk berhenti bertanya. Nggak seru, pikirnya. Padahal ia mau mencari kesalahan kakaknya biar ada.
"Liat tuh sih cewek sok manja udah masuk sekolah lagi, ngerusak pemandangan aja." seru Nindy dengan nada mengejek ke Chaby. Pika yang mendengarnya mendelik ke gadis itu ikut merasa kesal.
"Yuk kekantin aja By, nggak asyik di kelas banyak yang sirik sama wajah imut lo." sindir Pika dengan suara keras biar yang lain dengar. Nindy juga teman-temannya yang lain merasa kesal mendengarnya. Rasain, tidak enakkan rasanya kalau menjelek-jelekkan orang.
***
"Kok kantin kelas dua belas lagi?" tanya menatap Pika ketika menyadari mereka sudah ada dilantai dua tepat didepan pintu kantin kelas dua belas.
"Gue udah nyaman makan disini. Nggak apa-apa yah? Yuk masuk!"
ucap Pika menarik tangan Chaby, mau tak mau Chaby ikut masuk meski sebenarnya ia sudah tidak mau menginjakan kakinya di kantin itu lagi. Alasannya jelas, ia tidak mau bertemu dengan kak Bara, cowok yang membuatnya ketakutan setengah mati.
Tuhkan,
Chaby melihat di sudut kiri kantin itu duduk tiga pria yang sangat tidak ingin ia lihat sekarang ini. Yang satunya bahkan pernah menampar dia. Gadis itu menundukan kepalanya takut-takut, ia berharap mereka tidak melihat keberadaannya, Pika sih pake bawa-bawa dia kesini lagi, rutuknya sebal. Dia kan tidak mau bertemu mereka lagi.
"PIKA, duduk disini aja."
Suara itu muncul dari seseorang di sudut kantin, dari salah satu diantara tiga pria itu. Jantung Chaby mendadak berdetak kencang, rasa takut itu makin bertambah, ia menghentikan langkahnya sebentar, menahan Pika yang hendak berjalan kearah panggilan itu.
Pika berbalik menatapnya bingung.
"Kenapa berhenti?" tanyanya heran.
"Kita duduk disitu aja yah. Pleasee." pinta Chaby dengan wajah memelas. Pika malah menertawainya, merasa gemas dengan wajah memelas sahabatnya itu, ia yakin kalau ia laki-laki dirinya bakalan langsung jatuh hati pada wajah polos nan manis itu.
"Kenapa? Lo takut sama kakak gue? Nggak apa-apa kok, kan ada gue. Gue bakal lindungin lo, yuk." katanya tak menghiraukan permintaan Chaby. Ia malah menariknya ke sarang singa itu. Chaby hanya menunduk pasrah, tidak bisa berbuat apa-apa.
***
Decklan ikut melirik ke arah pintu masuk kantin saat mendengar Andra memanggil nama adiknya dan mengajaknya duduk bersama mereka. Ia tidak senang dengan ajakan Andra itu tapi pandangannya tiba-tiba berhenti pada seseorang yang berjalan bersama Pika, seorang gadis yang belum pernah dilihatnya lagi selama seminggu ini. Ada rasa senang dihatinya ketika melihat gadis itu sudah mau sekolah lagi.
Decklan terus melihat gadis itu dan mengamati setiap gerak-geriknya. Pertama-tama gadis itu mengangkat kepalanya dan melihat kearah mereka lalu menunjukkan ekspresi kagetnya kemudian menunduk lagi.
Dahi Decklan berkerut samar, gadis itu tampak ketakutan, bahasa tubuh dan ekspresinya tak bisa berbohong. Gadis itu mencoba menghentikan Pika dan bicara sesuatu, Decklan melihat ekspresinya, ekspresi memelas yang malah terlihat lucu dimata cowok itu.
Nanti Chaby sama siapa 😭😭😭😭
aku nggak rela Thor 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭