NovelToon NovelToon
Alter Ego Si Lemah

Alter Ego Si Lemah

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti
Popularitas:608
Nilai: 5
Nama Author: Musoka

Apakah benar jika seorang gadis yang sangat cantik akan terus mendapatkan pujian dan disukai, dikagumi, serta disegani oleh banyak orang?

walaupun itu benar, apakah mungkin dia tidak memiliki satu pun orang yang membencinya?

Dan jika dia memiliki satu orang yang tidak suka dengan dirinya, apakah yang akan terjadi di masa depan nanti? apakah dia masih dapat tersenyum atau justru tidak dapat melakukan itu sama sekali lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah Angelina

Happy reading guys :)

•••

“Mama, Angel pulang!” teriak Angelina, berjalan memasuki ruang keluarga rumahnya.

“Sayang, jangan teriak-teriak, ih,” tegur seorang wanita paruh baya, melihat ke arah Angelina yang berjalan ke arahnya.

Mendengar teguran itu, Angelina menunjukkan sebuah senyuman tanpa dosa, merentangkan kedua tangan, lalu memeluk tubuh sang mama.

“Maaf, Ma,” pinta Angelina, menghirup aroma tubuh sang mama yang sangat dirinya sukai.

Wanita paruh baya itu mengangguk, membalas pelukan Angelina, dan memberikan ciuman kasih sayang di puncak kepala sang anak.

“Iya, tapi ingat, jangan diulangi lagi,” ujar wanita paruh baya itu, mengangkat kepala, melihat ke arah dua orang gadis yang datang bersama sang anak, “Karin, apa kabar?”

Karina tersenyum simpul, berjalan mendekat dan mencium tangan kanan wanita paruh baya itu. “Kabar Karin baik, kok, Tante.”

“Syukurlah, kalau kabar kamu baik.” Wanita paruh baya itu mengalihkan pandangan, melihat ke arah gadis yang masih berdiri diam di belakang tubuh Karina. “Hai, Cantik. Nama kamu siapa?”

Vanessa melihat ke kiri dan kanan, mencari seseorang yang dipanggil ‘cantik’ oleh wanita paruh baya itu.

“Vee, lu orangnya,” kata Karina, menoleh ke arah Vanessa yang terlihat sedang kebingungan.

Vanessa berhenti melihat ke kiri dan kanan, kedua matanya melebar, seraya menunjuk ke arah dirinya sendiri. “Aku?”

“Iya, kamu. Nama kamu siapa, Cantik?” tanya wanita paruh baya itu, tersenyum manis ke arah Vanessa yang masih sedikit kebingungan.

Vanessa berjalan mendekati wanita paruh baya itu. “Vanessa, Tante. Nama aku, Vanessa Veronica Mahesa.”

“Nama kamu cantik, sama kayak yang punya,” puji wanita paruh baya itu, seraya mengulurkan tangan kanan ke arah Vanessa. “Oh, iya, nama Tante, Shinta Widya Putri.”

Vanessa membalas uluran tangan Shinta. “Makasih, Tante. Nama Tante juga cantik, sama kayak orangnya.”

“Makasih, loh, pujiannya,” kata Shinta, tersenyum manis ke arah Vanessa.

Angelina melepaskan pelukan pada tubuh sang mama, berjalan mendekati Vanessa, dan merangkul pundak sahabatnya itu.

“Ma, Mama tau gak, aku sama Vanessa banyak banget tau kesamaannya.”

Shinta menyilangkan kedua kaki, menopang dagu, seraya melihat ke arah sang anak dan Vanessa. “Masa?”

Angelina mengangguk dengan sangat antusias, mengalihkan pandangan ke arah Karina. “Iya, Ma. Kar, bisa tolong jelasin ke Mama, gak?”

“Gak,” jawab Karina singkat, menyilangkan kedua tangan di dada, “Terakhir kali gue jelasin, lu berdua malah gak dengerin.”

Mendengar dan melihat Karina yang sedang merajuk, membuat Angelina menoleh ke arah Vanessa, seraya mengedipkan sebelah mata. “Itu cewek, sekarang gampang banget marah, ya, Van?”

Vanessa tersenyum simpul, paham dengan sebuah kode mata yang diberikan oleh Angelina. Ia lalu menanggapi pertanyaan sahabat barunya itu dengan beberapa kalimat yang dapat memprovokasi kemarahan dari Karina. Dan benar saja, saat Vanessa mengeluarkan beberapa kalimat, Karina semakin terlihat merajuk, tatapannya berubah menjadi tajam, seraya memanyunkan bibir.

“Ah, kalian berdua, ngeselin. Gue balik aja, lah.”

Karina berbalik badan, melangkahkan kaki meninggalkan ruangan keluarga milik Angelina. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan, tubuhnya sontak dibuat berhenti, kala Vanessa dan Angelina menahan kedua tangannya.

“Jangan ngambek, dong, Kar. Gue sama Vanessa, kan, cuma bercanda,” pinta Angelina, memeluk pundak, dan mencubit pelan pipi Karina yang sudah menggembung.

“Iya, Kar. Aku sama Angel cuma bercanda, tapi aku minta maaf, ya, kalo kata-kata aku tadi bikin kamu marah dan tersinggung.” Vanessa menundukkan kepala, merasa sangat bersalah karena telah membuat Karina menjadi marah.

Karina tersenyum simpul, mengusap lembut puncak kepala Vanessa. “Gue gak marah, kok, sama lu, cuma agak sedikit kesel aja. Jadi, gak usah merasa bersalah gitu, Vee.”

Shinta yang sedari tadi melihat interaksi ketiga gadis di depannya tersenyum manis. “Hei. Jadi, siapa yang mau nyeritain ke Mama?”

Angelina, Vanessa, dan Karina sontak menoleh ke arah belakang.

“Biar, Angel aja, Ma, yang cerita.”

Angelina berjalan mendekati sang mama, mendudukkan tubuh di samping wanita yang telah melahirkannya itu. Ia mulai bercerita, menceritakan semua kesamaan dirinya dengan Vanessa.

Sepanjang Angelina bercerita, Shinta dengan seksama mendengarkan. Terkadang wanita paruh baya itu dibuat menggelengkan kepala dan tersenyum, kala sang anak memberikan bumbu tambahan di dalam ceritanya.

Sama seperti Shinta, Vanessa dan Karina juga dibuat tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala, saat mendengar cerita dari Angelina.

“Jadi, gitu, Ma. Ceritanya,” kata Angelina, mengakhiri cerita tentang perasaan dirinya dan Vanessa.

Shinta mengangguk paham, menatap wajah sang anak dengan sangat serius. “Kamu gak ngerasa tersaingi dengan kehadiran Vanessa?”

Angelina berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepala. “Gak, Ma. Angel malah seneng kalo Vanessa punya banyak kesamaan sama Angel. Jadi, Angel bisa punya temen yang pemikirannya sama.”

Mendengar jawaban sang anak, membuat Shinta kembali tersenyum, tangannya bergerak memberikan elusan lembut pada kepala Angelina. Shinta merasa sangat bangga, pemikiran sang anak benar-benar sudah sangat dewasa. Ia pikir, tadi Angelina akan merasa sangat tersaingi dengan kehadiran Vanessa.

Angelina menutup mata sejenak, menikmati elusan sang mama yang terasa sangat nikmat.

“Ma, Angel, Karin, sama Vanessa izin ke kamar, ya, mau main.” Angelina membuka mata, menatap sang mama dan kedua temannya secara bergantian.

Shinta mengangguk, menjauhkan tangannya dari kepala sang anak. “Ya, udah, sana, tapi ingat, kamu bersih-bersih badan dulu sebelum main, oke?”

“Iya, Mamaku yang paling cantik sedunia.”

Angelina mencium pipi kanan sang mama, bangkit dari tempat duduk, lalu berjalan menuju ke kamarnya dengan diikuti oleh Vanessa dan Karina dari arah belakang.

•••

Langit berubah menjadi sangat gelap. Matahari telah turun ke ufuk barat, menyelesaikan tugasnya menyinari dunia. Bulan dan ribuan bintang mulai hadir untuk menggantikan tugas sang surya. Namun, tampaknya kehadiran mereka tidak dapat mengalahkan lebatnya awan hitam yang sudah terlebih dahulu memenuhi angkasa.

Kilat dan suara petir mulai memenuhi angkasa, membuat siapapun makhluk hidup yang melihat dan mendengarnya akan mengalami ketakutan tiada tara.

Saat ini, di dalam ruangan OSIS SMA GARUDA SAKTI yang sudah sangat gelap, terlihat empat orang gadis sedang terlibat dalam sebuah pertemuan rahasia. Mereka berempat duduk di meja milik masing-masing, seraya mendiskusikan sesuatu yang sangat penting.

Seorang gadis bangkit dari tempat duduk, berjalan mendekati jendela ruangan, dan melihat ke arah kilatan petir yang mulai menyambar. “Jadi, menurut kalian, siapa orang yang bisa kita peralat?”

Sebuah senyuman licik terlihat dari seorang gadis yang sedang sibuk dengan sketchbook miliknya. “Angelina. Dia orang yang cocok buat kita peralat.”

“Lu yakin, Nad?” tanya gadis yang sedang melihat ke luar jendela, “Bukannya dia orang yang paling susah buat diperalat?”

Nadine menutup sketchbook, menyandarkan tubuhnya di kursi, melipat kedua tangan di dada, dan melihat ke arah dua orang temannya yang lain. “Gue tau. Tapi, gue, Chelsea, sama Cindy punya cara biar Angel bisa kita peralat.”

Gadis itu mengerutkan kening, mengalihkan pandangan ke arah Nadine, Chelsea, dan Cindy. “Caranya?”

Chelsea bangkit dari tempat duduknya, berjalan menuju sebuah kaca yang berada di dalam ruangan. “Lu gak perlu tau, Kak. Yang pasti, secepatnya lu akan jadi satu-satunya siswi paling populer di sekolah ini.”

To be continued :)

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!