Alter Ego Si Lemah

Alter Ego Si Lemah

Kepopuleran

Happy reading guys :)

•••

Rabu, 1 Oktober 2025

Warna jingga pada langit perlahan-lahan berubah menjadi biru, matahari mulai naik ke atas angkasa untuk menjalankan tugasnya menyinari dunia. Saat ini, di depan gerbang sebuah sekolah yang bertuliskan SMA GARUDA SAKTI terlihat sebuah mobil hitam berjenis MPV sedang berhenti, membuat para siswa-siswi yang hendak berjalan masuk sontak mengurungkan niat, lalu melihat ke arah mobil itu.

Pintu mobil perlahan-lahan mulai terbuka, menampilkan sosok seorang gadis cantik dengan potongan rambut medium layer, mengenakan rok lipat pendek dan sweater berwarna pink.

Gadis itu turun dari atas mobil, mengobrol sejenak dengan seorang pria yang telah mengantarkannya, lalu berjalan memasuki gerbang seraya menyapa para siswa-siswi dan security menggunakan senyuman manis.

Gadis itu menyusuri koridor sekolah yang masih terlihat cukup sepi, hingga dirinya dibuat terkejut dan berhenti berjalan kala mendengar suara teriakan seseorang memanggil namanya dari arah belakang.

“Vanessa Veronica Mahesa! Tunggu!” teriak seorang gadis yang sedang mengenakan Hoodie berwarna cream, berlari menuju tempat Vanessa berdiri.

Vanessa menoleh ke arah belakang, kembali menampilkan senyuman manis saat melihat seorang gadis yang merupakan teman sebangkunya.

“Selamat pagi, Karina,” sapa Vanessa, ketika Karina telah berada di sampingnya.

“Pagi juga, Vee.” Karina membungkukkan badan, menaruh kedua tangan di paha, dan mengambil udara sebanyak yang dirinya bisa. “Woah, gila. Padahal gue cuma lari dari ujung koridor, tapi capeknya minta ampun.”

Vanessa memijat bagian belakang leher Karina, berusaha membantu sang sahabat agar bisa mengambil udara dengan lebih mudah.

Karina menghembuskan napas panjang, menegakkan tubuhnya, menoleh ke arah Vanessa. “Thanks, Vee.”

“Iya. Gimana, udah enakan?” tanya Vanessa, menjauhkan tangannya dari leher Karina.

Karina mengangguk, tersenyum, dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie. “Udah, Vee. Ayo, ke kelas.”

Vanessa dan Karina berjalan beriringan menyusuri koridor. Mereka berdua mengobrol dan tertawa di sepanjang perjalanan. Tidak lupa, Vanessa juga beberapa kali membalas sapaan dari siswa-siswi yang berpapasan dengan dirinya.

Melihat Vanessa yang semakin populer, membuat Karina tersenyum bangga. Ia tidak pernah menyangka, siswi pindahan yang sekarang menjadi temannya itu akan cepat sekali mendapatkan penggemar di sekolah ini.

Vanessa dan Karina memasuki ruangan kelas. Mereka berdua sedikit mengerutkan kening, melihat keadaan kelas yang sudah terlihat cukup ramai.

“Ada apa, ya, Kar?” tanya Vanessa, berjalan menuju tempat duduk, menaruh tas, dan mendudukkan tubuhnya.

Karina ikut mendudukkan tubuhnya di samping Vanessa, pandangannya terpaku pada sebuah tempat duduk yang selama dua bulan ini telah kosong. Namun, sekarang terlihat segerombolan teman sekelasnya sedang mengerumuni tempat duduk itu.

Kedua mata Karina berbinar dan melebar sempurna, menangkap sosok seorang gadis yang sangat dirinya kenali sedang duduk di kursi tempat duduk itu.

“Dia udah sembuh,” ujar Karina seraya menunjukkan sebuah senyuman bahagia.

“Siapa, Kar?” tanya Vanessa, sedikit penasaran dengan seseorang yang dimaksud oleh Karina.

Karina menopangkan dagu, menoleh ke arah Vanessa dengan masih terus tersenyum. “Angel, Vee. Angelina Putri Susilo, orang yang pernah gue ceritain ke lu beberapa minggu yang lalu.”

Vanessa ber- 'oh' ria seraya mengangguk paham, mengingat cerita Karina tentang Angelina beberapa minggu yang lalu.

“Vee, lu itu mirip banget tau sama Angel,” ujar Karina, menyandarkan tubuhnya pada pohon beringin yang terletak di taman belakang sekolah, melihat Vanessa yang sedang menutup mata, menikmati sejuknya angin sepoi-sepoi pada siang hari ini.

Vanessa membuka mata, menoleh ke arah Karina, dan berjalan mendekati sang sahabat yang berada di belakang tubuhnya. “Angel? Dia siapa, Kar?”

“Teman semasa kecil gue, dia juga satu kelas sama kita, kok, Vee,” jawab Karina.

“Yang tempat duduknya selalu kosong?” Vanessa mendudukkan tubuhnya di samping Karina.

Karina menyatukan dan menekuk kedua lutut di depan dada, lalu memeluknya menggunakan kedua tangan. “Iya, Vee. Lu mau tau gak, kenapa dia gak pernah masuk sekolah.”

Vanessa dengan cepat menganggukkan kepala.

“Jadi, dua bulan sebelum lu pindah ke sekolah ini, Angel ngalamin kecelakaan, Vee.” Karina melihat ke arah langit. “Kejadiannya malam hari, waktu itu, dia baru aja selesai rapat organisasi, dan mutusin buat pulang ke rumah naik ojek, karena ayahnya gak bisa jemput gara-gara ada rapat penting di kantor. Waktu dia baru aja naik ojek, gak berselang lama, mungkin sekitar dua menit, ojek yang dia naiki ditabrak sama mobil yang melaju dengan kecepatan sangat tinggi dari arah berlawanan.”

Vanessa melebarkan mata sempurna. “Terus, keadaan dia sekarang gimana, Kar?”

Karina menoleh ke arah Vanessa. “Kakinya patah, Vee. Dan dia sekarang ada di Singapura, buat pengobatan.”

“Semoga dia cepat sembuh, dan bisa balik lagi ke sekolah,” harap Vanessa, membalas tatapan Karina dengan sebuah senyuman di wajahnya.

Karina membalas senyuman Vanessa. “Thanks, ya, Vee. Nanti kalo dia udah sembuh, gue kenalin lu ke dia, gue yakin, kalian pasti bakal cocok dan jadi sahabat baik.”

Vanessa tersenyum tipis saat mengingat percakapannya dengan Karina beberapa minggu yang lalu. Ia terus menatap ke arah tempat duduk Angelina, hingga sang pemilik menoleh ke arahnya dan Karina.

Angelina ingin beranjak dari tempat duduk. Namun, ia mengurungkan niat kala bel berbunyi, dan seorang guru perempuan memasuki kelas.

•••

Waktu menunjukkan pukul 10.00. Bel pertanda istirahat telah berbunyi, membuat seluruh siswa-siswi keluar dari dalam kelas, dan pergi menuju kantin untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan.

Di salah satu meja kantin, tepatnya di meja pojok dekat jendela, kini terlihat Vanessa dan Karina sedang menikmati makanan seraya mengobrol, dan tertawa.

“Hai, gue boleh join, gak?” tanya Angelina, membawa nampan berisi makanan yang telah dirinya pesan, melihat ke arah Vanessa dan Karina dengan menunjukkan senyuman manisnya.

Vanessa dan Karina berhenti tertawa, menoleh ke arah Angelina, lalu membalas senyuman gadis itu.

Karina bangun dari posisi duduk, berjalan mendekati Angelina, dan memeluk tubuh sang sahabat. “Angel, gimana kabar lu?”

“Gue baik, kok, Rin,” jawab Angelina.

Karina melepaskan pelukannya, memperhatikan tubuh Angelina dari atas sampai bawah. “Udah sembuh total, kan? Udah gak ada yang sakit, kan?”

“Gue udah sembuh total, Karina Eliana Rosa,” ujar Angelina, menekankan kata ‘sembuh’ agar sang sahabat tidak terlalu khawatir kepadanya. “Jadi, gue boleh gabung sama kalian gak?”

Karina mengangguk, menoleh ke arah Vanessa. “Boleh, kok. Iya, kan, Vee?”

“Iya, boleh, kok,” jawab Vanessa, melihat ke arah Karina dan Angelina.

Angelina menaruh nampan yang dirinya bawa di atas meja, mendudukkan tubuhnya di samping Vanessa. “Thanks, ya, udah bolehin gue gabung.”

“Santai aja kali, Ngel. Kayak sama siapa aja.” Karina kembali mendudukkan tubuhnya di tempat semula. “Oh, iya, Ngel. Kenalin, dia Vanessa, murid pindahan dari luar kota.”

Angelina menoleh ke arah Vanessa, menjulurkan tangan seraya menunjukkan sebuah senyuman. “Hai, salam kenal, nama gue Angelina, lu bisa panggil gue, Angel, atau Lina.”

Vanessa membalas uluran tangan dan senyuman Angelina. “Iya. Salam kenal, ya, Angel, nama aku Vanessa, kamu bisa panggil aku, Van, Ness, atau Vee.”

Karina meminum jus jeruk miliknya, menopangkan dagu, melihat Vanessa dan Angelina. “Ngel, Vee itu mirip banget sama lu tau.”

“Iya, kah?” Angelina ikut menopangkan dagu.

Karina mengangguk, melihat ke arah luar jendela, mulai menjelaskan persamaan antara kedua sahabatnya itu dengan sangat semangat dan antusias.

Vanessa dan Angelina saling pandang. Kedua gadis itu tersenyum, mulai memakan makanan milik masing-masing seraya mendengarkan Karina yang masih terus menjelaskan persamaan mereka berdua.

“Nah, itu semua persamaan kalian berdua.” Karina mengalihkan pandangan ke arah Vanessa dan Angelina, kedua matanya melebar sempurna, melihat kedua sahabatnya sudah memakan makanan milik mereka masing-masing. “Sialan, malah pada makan duluan.”

Angelina menunjukkan senyuman tanpa dosa, meminum air mineral yang sudah dirinya beli. “Sorry, Rin. Gue sama Vanessa udah laper banget, dan gak enak ganggu lu lagi cerita. Iya, kan, Van?”

Vanessa meminum jus mangga pesanannya, lalu mengelap mulut menggunakan tisu. “Iya, Kar. Sorry, ya.”

Karina menghela napas panjang, mengambil sendok dari dalam mangkuk, mulai memakan bakso yang telah ia pesan. “Ya, udah, iya, gak papa.”

Angelina menoleh ke arah Vanessa. “Oh, iya, Van. Tadi kata Karin, lu juga suka musik, ya. Lu suka musik genre apa?”

“Untuk sekarang, aku lebih suka musik Lo-Fi, sih, soalnya enak buat didengerin pas waktu santai, belajar, sama tidur,” jawab Vanessa, melipat kedua tangannya di meja.

“Ih, serius? Gue juga akhir-akhir ini lagi suka Lo-Fi, selain yang lu sebutin tadi, genre itu juga enak banget kalo dimainin pakai piano,” jelas Angelina, kembali memakan makanannya dengan menunjukkan senyum simpul.

Vanessa dan Angelina semakin dalam membahas tentang musik, sampai pada akhirnya, obrolan kedua gadis itu terhenti saat mendengar panggilan dari beberapa adik kelas yang menghampiri meja mereka.

Beberapa adik kelas itu memberikan hadiah kepada Vanessa dan Angelina, membuat Karina sontak menunjukkan sebuah senyum simpul, bahagia akan kepopuleran yang didapatkan oleh kedua sahabatnya.

Akan tetapi, tanpa Karina sadari, ada beberapa orang gadis yang sedang menatap seraya tersenyum sinis ke arah dirinya, Vanessa, dan Angelina.

To be continued :)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!