Adrian adalah seorang pemuda yang tanpa sengaja mendapatkan kekuatan mata yang super hebat. Selain dapat menembus setiap benda, mata itu juga memberikan Adrian kemampuan medis legendaris dan juga bela diri kuno.
Seketika nasib Adrian berubah dan banyak di sukai oleh para wanita cantik.
Sekilas cahaya keemasan terlintas di mata Adrian.
"Apa ini, mataku mampu menembus pakaiannya," ucap adrian.
Bagaimana kelanjutannya bisa langsung di baca di novel ini ya !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 19 RASA CEMBURU
Adrian mulai membuka pakaian Vanesa dengan cepat dan langsung mengganti menggunakan pakaian miliknya.
"Aku harap kamu tidak marah, aku juga hanya memiliki pakaian pria saja," ucap Adrian.
"Huh..." Adrian menghela nafasnya sambil menyelimuti tubuh Vanesa
Sambil terduduk Adrian mengusap keringat di keningnya. Adrian tidak menyangka hanya mengganti pakaian saja terasa begitu berat.
Ardian mulai menggelar tikar dan hendak tidur di lantai. Namun tiba-tiba suara ponsel berdering dengan keras.
"Sudah larut malam begini, siapa yang menelpon," ucap Adrian.
Ternyata bunyi ponsel itu berasal dari milik Vanesa. Adrian segera mengambil ponsel Vanesa dan melihat panggilan itu berasal dari Kakek Setiawan.
"Ternyata kakeknya yang menelponnya, kakek mungkin tidak menemukan Vanesa di rumah sehingga khawatir, aku akan menjelaskan..." pikir Adrian.
"Halo, Kakek Setiawan, ini aku Adrian," ujar Adrian menjawab panggilan telepon milik Vanesa.
"Oh Adrian, kebetulan sekali, beberapa hari nanti aku ada urusan untuk mencari mu," balas Kakek Setiawan di telepon.
"Kakek apa yang bisa aku bantu?" tanya Adrian.
"Tunggu kita bertemu baru berbicara," jawab Kakek Setiawan.
Tapi Kakek Setiawan mulai menyadari bahwa ada yang salah. Dia menelepon ponsel milik Vanesa cucunya tapi mengapa justru Adrian yang menjawabnya, pikirnya.
"Eh tunggu, ini sudah begitu malam, kamu memegang ponselnya, mana orangnya?" tanya Kakek Setiawan dengan nada keras.
"Kakek tenang, Vanesa sudah tidur," jawab Adrian.
"Apa... sudah tidur..." ujar Kakek Setiawan semakin keras suaranya.
Seketika Adrian terlihat panik karena Kakek Setiawan sepertinya sudah salah sangka terhadapnya.
"Tidak-tidak, kakek jangan salah paham, aku dan Vanesa tidak melakukan apapun," jelas Adrian dengan panik di telepon.
"Sudah, urusan kalian aku tidak akan ikut campur, jika aku tahu kamu menyakiti Vanesa, aku tidak akan melepaskan mu," ujar Kakek Setiawan.
"Sudah malam, sekarang itu dulu..." sambung Kakek Setiawan.
Kemudian panggilan itu di akhiri oleh Kakek Setiawan.
Pagi hari tiba-tiba saja terdengar suara teriakan dari Vanesa yang begitu keras sehingga membuat Adrian terbangun.
"Vanesa, ada apa, apa terjadi gempa?" tanya Adrian sambil mengucek matanya dan mengumpulkan rohnya.
"Plak," sebuah tamparan di lakukan oleh Vanesa kepada Adrian.
"Adrian kamu bajingan," teriak Vanesa.
Seketika Adrian langsung tersadar dan Vanesa kembali menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Adrian kamu bajingan... kenapa kamu melakukan seperti itu..." ujar Vanesa sambil tertunduk.
"Vanesa kamu tenang dulu, aku tidak melakukan apapun kepadamu, aku hanya melepaskan pakaian kotor mu saja," Adrian mencoba menjelaskan.
Vanesa melihat pakaiannya di atas meja yang memang kotor karena terkena muntahan.
"Walaupun kamu tidak menyerang ku, tapi pasti kamu melihatnya dan menyentuhku," ujar Vanesa dengan tertekan.
"Saat melepaskan baju aku mematikan lampu, aku juga bersumpah tidak menyentuhmu," balas Adrian.
Jika ingin melihat bentuk tubuhmu, aku bisa melakukannya dengan mudah. Hanya saja aku tidak ingin membuatmu malu, pikir Adrian.
"Benarkah, kamu tidak sedang menipuku," ujar Vanesa dengan wajah tidak berdaya.
"Benar, aku tidak berbohong, apa kamu menganggap aku orang seperti itu," balas Adrian meyakinkan.
"Hehe, hanya menyentuh sedikit, itu di anggap tidak sengaja bukan," pikir Adrian.
Vanesa sungguh tidak habis pikir bahwa Adrian tidak melakukan apapun kepadanya. Apakah tubuhnya masih kurang sempurna, sehingga Adrian tidak tertarik kepadanya, pikirnya.
"Kring..." ponsel Adrian tiba-tiba saja berdering.
Adrian mengambil ponselnya dan melihat bahwa panggilan itu berasal dari Angel. Adrian merasa penasaran sudah lama sejak hubungan mereka berakhir Angel tidak pernah menelponnya.
"Halo," ujar Adrian.
Adrian mendengar suara Angel yang sedang panik dan meminta bantuan kepadanya. Angel mengatakan bahwa sekelompok preman berada di depan rumahnya dan hendak mendobrak pintunya jika dia tidak keluar.
"Baik aku akan segera ke sana," ujar Adrian mematikan telepon.
"Adrian ada apa?" tanya Vanesa yang penasaran.
"Temanku ada masalah, aku pergi dulu," jawab Adrian dengan terburu-buru.
Sikap Adrian yang terburu-buru dan panik ini membuat Vanesa menjadi penasaran. Sehingga Vanesa memutuskan untuk membuntuti Adrian secara diam-diam.
Sementara itu di depan rumah Angel beberapa preman berbadan besar sedang menggedor-gedor pintu rumahnya. Di dalam rumah Angel tentu saja sangat ketakutan.
Para preman itu adalah suruhan dari Doni untuk menangkap Angel. Angel yang mengundurkan diri dari perusahaan dan juga di tambah masalah sebelumnya membuat Doni sangat marah. Doni berniat menangkap Angel dan memberinya pelajaran.
Selama beberapa menit Angel tidak membuka pintu rumahnya, alhasil para preman itu kehilangan kesabarannya dan mendobrak pintu rumahnya.
"Brak," pintu rumah Angel terbuka dengan satu kali tendangan.
Hal itu menunjukkan bahwa para preman itu sangat kuat. Seketika Angel menjadi sangat panik dan ketakutan. Angel hendak melarikan diri lewat pintu samping, tapi langsung di tangkap oleh salah satu preman.
"Dasar jalang, kamu jangan mempersulit pekerjaan kami," ujar salah satu preman menangkap Angel.
"Lepaskan aku!" teriak Angel mencoba terus memberontak.
Namun Angel sama sekali tidak bisa bergerak, kekuatan preman itu bukan lawan untuk dirinya yang merupakan seorang wanita. Tubuh Angel mulai di panggul dan di bawa pergi.
Angel terus memukul tubuh preman, namun pukulan Angel terlalu pelan sehingga preman itu sama sekali tidak bergeming.
"Hentikan... turunkan dia!" teriak seseorang yang baru saja tiba di sana.
Orang itu adalah Ardian yang tiba di sana dengan tepat waktu.
"Ardian kamu sudah datang," ujar Angel dengan bersemangat.
"Brengsek siapa kamu?" tanya salah seorang preman sambil menurunkan tubuh Angel.
"Beraninya kamu ikut campur urusan kami," sambungnya.
Tapi kemudian Adrian langsung bergerak dengan begitu cepat. Bola mata Adrian seolah seperti api yang berkobar mengalir energi spiritual keseluruhan tubuhnya.
"Buk," dalam sekejap saja seluruh preman sudah berjatuhan ke jalan dalam kondisi tidak sadarkan diri terkena serangan dari Adrian.
Setiap pukulan dari Adrian terlihat begitu cepat dan bertenaga, sehingga para preman tidak sempat meresponnya.
"Siapa dia sebenarnya, aku bahkan tidak bisa melihat pergerakannya, apa dia masih manusia?" ujar satu preman yang tersisa.
Preman ini adalah preman yang memanggul Angel sebelumnya. Preman itu mulai merasakan takut melihat kekuatan Adrian sekarang.
"Buk," tiba-tiba sebuah terjangan dari Adrian menghantam tubuh preman yang tersisa itu.
"Brak," tubuh preman itu terpental dengan keras dan jatuh menghantam sebuah tembok.
Seketika preman itu juga langsung pingsan dan tidak sadarkan diri.
"Keren sekali," pikir Angel dalam diam melihat aksi Adrian ini.
Angel selama ini tidak mengetahui bahwa Adrian sangat jago berkelahi. Hal barusan ini membuat Angel semakin mengagumi sosok Adrian.
"Angel, kamu tidak apa-apa?" tanya Adrian.
Angel dengan spontan langsung memeluk Adrian. Adrian juga hanya bisa menerimanya karena berpikir Angel pasti sedang ketakutan atas kejadian barusan.
"Adrian aku takut sekali, untung saja kamu datang tepat waktu, kalau tidak aku tidak bisa membayangkan apa terjadi," ujar Angel.
"Tenang saja, semua sudah baik-baik saja," balas Adrian.
Adrian sangat mengenal Angel, walaupun Angel terlihat begitu kuat di luar, tapi sebenarnya dia juga rapuh. kejadian barusan pasti membuat Angel ketakutan, pikirnya.
"Ehem...," suara batuk dari belakang mereka.
Ternyata suara batuk yang di buat itu berasal dari Vanesa yang tiba-tiba muncul di dekat mereka.
Ardian yang mengetahui kemunculan Vanesa ini membuatnya terkejut dan segera melepaskan pelukan dari Angel.
"Vanesa kamu kenapa ada di sini?" tanya Adrian mulai sedikit panik.
"Kenapa memangnya, apa aku mengganggu kalian," balas Vanesa dengan nada dingin.
"Eh..." Adrian mulai merasakan udara di dekatnya mulai menipis.