NovelToon NovelToon
Airin & Assandi

Airin & Assandi

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: DewiNurma28

Airin dan Assandi adalah pasangan suami istri muda yang dijodohkan oleh kakek Assandi. Namun Assandi sangat tidak suka dengan perjodohan ini. Dia merasa ini adalah paksaan untuk hidupnya, bahkan bisa bersikap dingin dan Kasar kepada Airin.

Tetapi Airin tetap sabar dan setia mendampingi Assandi karena dia sudah berjanji kepada kakek Assandi untuk menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Hingga suatu hari ungkapan kenyataan pahit dan kejadian yang tidak terduga memisahkan mereka begitu lama.

Akankah rumah tangga mereka bisa bertahan selamanya? Ataukah hubungan mereka putus begitu saja setelah ada kejadian itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DewiNurma28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langkah Sunyi

Pukul satu pagi, Airin merasakan demam yang tinggi di tubuhnya.

Dia terbangun karena susah untuk tidur, tubuhnya menggigil terus-menerus.

Airin mencoba mencari obat yang bisa meredakan demamnya.

Tetapi di persediaan obat pribadinya, dia tidak menemukan obat yang cocok untuk di minum.

Dia berusaha meraih gelas berisi air putih, diteguknya air itu sekali habis.

Tangannya merapatkan jaket yang dia kenakan. Kakinya gemetar melangkah pelan menuju pintu kamar.

Sebelum keluar, langkahnya terhenti karena melihat kotak obat yang berisi perlengkapan obat luka.

Dia meraih itu, dahinya mengeryit bingung. Karena kotak tersebut bukanlah miliknya.

"Kok ada ini? Milik siapa ini?" Gumamnya masih gemetar.

Dia meletakkan kembali kotak itu dan berjalan menuju kamar Assandi. Berusaha menaiki anak tangga yang membuat dirinya kelelahan.

Tangannya mengeratkan pegangan di tepi tangga agar tidak terjatuh.

Pandangannya sedikit buram karena rasa sakit ditubuhnya semakin menjadi.

Dia menelan ludah mengatur perasaannya sebelum mengetuk pintu kamar Assandi.

Mentalnya semakin menciut saat tangannya sudah meyentuh pintu itu.

Dia takut jika Assandi memakinya karena menganggu tidur malamnya.

Tok...

Tok...

Tok...

Ketuknya pelan agar tidak menganggu keluarganya yang lain.

Tok...

Tok...

Tok...

Airin mencoba mengetuknya sekali lagi. Tapi, laki-laki itu tidak kunjung keluar.

"Mas Sandi, ini saya Airin mas." Ucapnya pelan.

Tok...

Tok...

Tok...

Dia mengetuk sekali lagi, tetapi tetap sama tidak ada orang yang membuka pintu itu.

Tangannya mencoba meraih handle pintu untuk dibukanya.

Cklekk...

Suara pintu terbuka, Airin tersenyum senang. Karena Assandi tidak mengunci kamarnya.

Biasanya laki-laki itu selalu mengunci pintu kamarnya. Tapi hari ini dia tidak menguncinya dan membuat Airin merasa senang.

Karena dia bisa masuk pertama kali ke kamar suaminya.

Airin melangkah pelan memasuki kamar Assandi. Dia sangat kagum dengan kamar laki-laki yang bersih dan rapi.

Bahkan tidak ada baju, buku, maupun aksesoris yang berantakan disana.

"Dia sangat menjaga kerapian." Gumamnya.

Airin berjalan kembali menuju ranjang yang terdapat Assandi masih tidur pulas.

Dia menepuk lengan Assandi pelan untuk membangunkannya.

"Mas..."

"Mas Sandi..."

Tapi laki-laki itu tidak berkutik sama sekali. Airin menghela napas pelan.

Dia bingung harus bagaimana, karena hanya dia yang bisa di mintai pertolongan.

Dia ingin Assandi mengantarnya pergi ke rumah sakit untuk berobat.

"Mas Sandi..."

"Ini saya Airin mas, saya ingin minta tolong mas untuk mengantarkan ke rumah sakit." Ucapnya pelan.

Tapi, Assandi masih terlelap tidak mendengarkan Airin sama sekali.

"Mas." Panggil Airin sekali lagi.

Namun nihil, suaminya itu tidak meresponnya. Malah dia mendengkur halus menikmati tidurnya.

Airin merasa kasihan dengan hidupnya malam ini. Dia terpaksa harus berjuang sendiri menuju rumah sakit.

Karena rasa sakit ditubuhnya sudah tidak bisa dia tahan. Jika dibiarkan maka dirinya akan jatuh tidak sadarkan diri cukup lama.

Airin berdiri meninggalkan kamar Assandi. Dia berjalan menuju kamarnya untuk mengambil keperluan menuju rumah sakit.

Dia keluar kamar dengan langkahnya yang lemas. Kaki yang diseret sebelah dan mata berkunang-kunang.

Airin mencoba sekuat tenaga berjalan menyusuri trotoar di kesunyian malam.

Tidak ada seorangpun yang melintas melewati jalanan. Hanya ada dia seorang ditemani dengan udara malam yang dingin akibat hujan lebat kemarin.

Airin terus berjalan pelan, memeluk tubuhnya sendiri dengan mengeratkan jaket yang dia kenakan.

"Hhhhh, dingin sekali." Gumamnya gemetar.

Dia mengedipkan kelopak matanya agar bisa melihat dengan jelas. Karena pandangannya sudah mulai buram akibat rasa pusing di kepalanya.

Airin meringkuk menatap bawah agar mendapatkan kehangatan di tubuhnya.

Saat kepalanya mendongak, pandangannya menatap sebuah mobil yang berhenti dengan mesin masih menyala.

Dia melangkahkan kakinya lebih cepat, siapa tahu dirinya bisa meminta pertolongan kepada orang di dalam mobil tersebut.

Airin menunduk menatap kaca mobil, dia melihat ada satu orang laki-laki sedang tidur di dalam.

Tangannya mencoba mengetuk kaca tersebut untuk membangunkannya.

Tuk...

Tuk...

Tuk...

Tetapi laki-laki itu tetap sama, dia tidak membuka matanya.

Airin semakin khawatir, karena dia teringat berita yang memberitahu ada orang meninggal di dalam mobil karena kehabisan oksigen.

Dia berputar menuju pintu kemudi, tangannya mengetuk dengan keras kaca mobil itu.

Tuk, tuk, tuk...

Tuk, tuk, tuk...

"Pak, eh maksud saya mas, anda bisa mendengar saya."

Tuk, tuk, tuk...

Tuk, tuk, tuk...

Airin terus mengetuk-ketuk kaca tersebut. Tetapi laki-laki itu tidak membuka matanya.

Dia semakin panik melihatnya, dirinya takut jika terjadi sesuatu dengan laki-laki di dalam.

"Tolong!!!!" Teriak Airin meminta pertolongan.

"Tolong!!!! Ada orang pingsan disini!!!"

Tapi tidak ada orang satu pun yang mendengarnya. Dia baru tahu jika sekarang jam tengah malam, dimana semua orang masih tertidur lelap di rumah masing-masing.

Hanya dia sendirian yang berada disana dengan seseorang tidak sadarkan diri.

Tangan Airin mencoba mengutak ati handle pintu mobil. Dia berhasil, pintu itu terbuka dengan mudah.

Airin menepuk pipi laki-laki itu, dia terkejut suhu badannya sangat panas. Bahkan panasnya melebihi panas di tubuhnya.

Tangan Airin gemetar, bingung harus melakukan apa. Karena laki-laki itu sudah tidak sadarkan diri.

Sedangkan dia juga sedang sakit dan ingin menuju ke rumah sakit.

Jika dia bawa ke rumah sakit, tapi dirinya juga bingung harus membawanya bagaimana.

Karena dia tidak bisa mengemudikan mobil. Apalagi yang ditumpangi laki-laki itu adalah mobil mewah.

Airin semakin bingung, "Bagaimana ini, badannya panas banget."

Dia terpaksa harus melepaskan jaket yang dikenakan. Karena di dalam mobil, laki-laki itu tidak membawa jaket maupun pakaian berlengan panjang.

Dia hanya mengenakan kaos dan celana panjang saja. Sehingga Airin memberikan jaketnya menutupi tubuh laki-laki asing itu.

Saat kepalanya mendekat menyelimuti tubuh laki-laki itu. Dia mengeryit bingung dengan wajah yang tidak asing baginya.

Airin seperti mengenal laki-laki itu, tapi dia lupa pernah menemuinya dimana.

"Kenapa wajahnya aku seperti mengenalinya ya." Gumam Airin.

Saat dirinya akan keluar dan menghindar, tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal erat oleh laki-laki itu.

Airin terkejut melihatnya, dia berusaha melepaskan tetapi tidak bisa.

"Airin..."

Laki-laki itu mengigau memanggil namanya. Mata Airin membulat, orang asing ini mengetahui namanya.

"Airin, maafkan aku Rin."

"Maafkan aku..."

Laki-laki itu terus meracau menyebut namanya. Airin menjadi penasaran dengan laki-laki ini.

Dia meraba saku celana laki-laki itu untuk mencari identitasnya.

Dia berhasil menemukan dompet milik laki-laki itu. Dibukanya dompet tersebut untuk melihat siapa nama asli orang asing ini.

Airin membulatkan matanya tidak percaya, bahwa laki-laki ini adalah kakak angkatnya saat di panti asuhan.

Mata Airin berkaca-kaca melihat nama yang tertera di kartu identitas itu.

Dia akhirnya bisa menemukan kakak angkatnya yang dulu selalu bersamanya saat masih kecil.

Kakak yang selalu menemaninya disaat susah maupun senang. Bahkan dia dengan rela mengorbankan nyawanya untuk Airin saat dirinya divonis sakit ginjal.

Airin sangat senang, dirinya sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan laki-laki yang sudah dia anggap sebagai kakak kandungnya.

"Hiks, hiks, Mas Nando. Ini benar kamu mas?"

Airin sudah tidak bisa lagi menahan air matanya. Dia terlalu bahagia bisa melihat kakaknya dari panti asuhan dulu.

Sekarang, hidupnya sangat beruntung karena bisa bertemu kembali dengan laki-laki yang dulu pernah dia cintai.

1
DewiNurma28
Sudah di up, ditunggu ya karena baru aku upload.
Mong Imach
kapan up lagi thour udah gk sabar nunggu kelanjutan nya
DewiNurma28
siappp kak, terima kasih supportnya 🥰
DewiNurma28
Coba di Refresh kak.
xiao xiao bai
sumpah thorr aku baca dari awal sampai saat ini nyesek pokoknya lanjut lagi thorr dan tetap semangat update nya
DewiNurma28: Authornya juga nyesek pas ngetik 😭

terima kasih supportnya kak, ditunggu bab selanjutnya ya 🥰😍
total 1 replies
Marifatul Marifatul
😭😭😭
risa Muawenah
lanjut thorr
DewiNurma28: siapp, ditunggu updatenya ya.

Terima kasih sudah menyukai karyaku 😍🥰
total 1 replies
DewiNurma28
Karya yang sangat luar biasa.
Kisah cinta yang cuek tetapi sebenarnya dia sangat perhatian.
Alurnya juga mudah dipahami, semua kata dan kalimat di cerita ini ringan untuk dibaca.
Keren pokoknya.

The Best 👍
Elain
Terima kasih penulis, masterpiece!
DewiNurma28: Terima kasih kak 🙏 ditunggu part selanjutnya ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!