Seorang gadis bernama Sheritta yang bekerja di sebuah toko pastrynya bersama dengan kedua orang temannya yaitu Ethelia dan Vienna yang juga membantunya untuk membuka toko itu sampai akhirnya sekarang dapat berjalan dengan beberapa karyawan lainnya.
Ia menyadari pria yang lebih tua darinya 2 tahun yang merupakan langganan toko pastrynya itu ternyata adalah orang yang sama yang dulu pernah menyelamatkannya dari sebuah musibah.
Pria itu bekerja di perusahaan kosmetik yang di mana terdapat suatu rahasia yang selalu ditutup oleh perusahaan kosmetik yaitu portal yang berada di sebuah ruangan diskusi dipercaya pada zaman dulu portal itu selalu terbuka lebar dan tidak pernah tertutup.
Apakah isi dari portal itu? Bagaimana bisa terdapat portal rahasia di sana? Dan apakah kehidupannya Sheritta berubah total setelah kejadian aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carmellia Amoreia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 16 - EXCHANGE OF SOULS
Saat di ruangannya Rashilla, terdapat seorang bapak manajer umum yaitu bapak Marvin sedang berada di dalam ruangannya Rashila dan berdiri tepat di samping Rashilla yang sedang tertidur pulas di kasurnya itu.
Ia melihatnya dengan ekspresi mukanya yang menunjukkan perasaan kesal dan marah karena ia tidak terima fakta bahwa cermin yang ada di ruangannya bapak CEO pecah dan energi yang ada di dalamnya tidak kembali kepadanya. Ia pun menyalahkan Rashilla karena saat di ruangan CEO itu, ketika ia menusuk perutnya Rashilla justru energi di dalam tubuhnya bapak Marvin keluar meninggalkannya semua.
"Dasar perempuan gila, kamu pikir kamu bisa mengambil energiku!!"
Bapak Marvin pun mengelus rambutnya Rashilla dengan pelan lalu tersenyum menyeringai sambil menatap ke arah matanya dan berlanjut sampai ke lehernya, setelah itu ia pun langsung mencekik menggunakan kedua tangannya dengan erat dan kuat leher Rashilla yang sedang tertidur di kasurnya itu.
Tak lama kemudian, terlihat kondisi Rashilla yang tadinya sedang dalam keadaan tidak sadar itu pun mulai perlahan memberontak dan berusaha untuk bangun lalu melepaskan tangan orang tersebut dari lehernya namun saat ia sudah sadar dan berusaha menghentikan orang itu dengan kedua tangannya tiba-tiba ia merasa pusing dan kehabisan udara juga oksigen untuk bernapas.
Perlahan gerakan otot tangannya terasa sangat lemas sehingga kedua tangan Rashilla yang tadinya memberontak akhirnya terlepas dari tangan orang itu lalu bibirnya mulai berubah warna menjadi kebiruan karena kekurangan oksigen dengan pandangannya Rashilla yang juga mulai berubah menjadi warna hitam yang artinya perlahan ia mulai tidak sadar dengan sekitarnya dan pingsan
Lalu beberapa saat setelah itu, ia pun kehilangan pernapasannya dan detak jantungnya juga dengan perlahan mulai menghilang dengan tampilan di layar monitor di sampingnya yang menunjukkan kondisi jantungnya yang sudah berhenti berdetak.
Beberapa saat setelah kejadian itu, tiba-tiba ada seorang wanita yang ternyata adalah Lithia itu masuk dengan buru-buru ke dalam ruangannya Rashilla dan melihat bapak Marvin sedang mencekiknya sampai meninggal. Bapak Marvin yang menyadari hal itu dengan mendengar langkah kaki orang yang sedang mendekatinya pun dengan cepat menghentikan apa yang barusan ia lakukan kepada Rashilla itu dan kabur ke dalam ruangannya sendiri.
Namun sebelum ia kabur ke ruangannya sendiri, ia sempat bertatapan dengan wajah Lithia sebentar. Lithia yang melihat wajah bapak Marvin itu merasa sangat marah dan kecewa karena ia tidak menduga ternyata orang yang bekerja di tempat yang sama dengan mereka bisa dengan teganya membunuh rekan kerjanya sendiri.
Lithia pun bergegas mendekati Rashilla dan memberikan pedang dari jiwa peri itu yang dari tadi sedang dipegangnya kepada Rashilla. Tak berapa lama, pedang itu pun menghilang dan masuk ke tubuhnya Rashilla. Bersamaan dengan hal itu, dokter dan perawat pun masuk ke ruangan itu dan melakukan tugasnya masing-masing untuk merawat dan menyelamatkan nyawa Rashilla itu.
Lalu tak lama setelah itu, Lithia teringat akan perkataan dari jiwa peri itu yang menyatakan jika ia akan bertukar dengan satu jiwa manusia untuk pergi ke dunia peri itu. Ia pun merasa sangat sedih karena melihat kenyataan yang ada di depan matanya yaitu kondisinya Rashilla yang tidak kunjung membaik dan setelah beberapa menit.
Saat ia melihat ke arah dokter dan perawat itu, tiba-tiba mereka berdua sudah menyelesaikan tindakan penyelamatannya itu lalu menutup seluruh tubuhnya Rashilla dengan menggunakan sebuah kain putih. Hal ini dilakukan walaupun masih tidak ada tanda-tanda bahwa Rashilla masih hidup alias sudah meninggal.
Meskipun begitu, ini semua sesuai dengan dugaannya yaitu Rashilla dinyatakan meninggal dunia karena jiwa peri itu sudah terlebih dulu bertukar dengan jiwa seorang manusia. Namun ia masih tidak menyangka jika jiwa seorang manusia itu ternyata adalah Rashilla, rekan kerjanya sendiri.
Beberapa saat setelah dokter dan perawat itu datang menghampiri Lithia hanya untuk mengabari bahwa kondisinya Rashilla tidak bisa diselamatkan kembali dan sudah dinyatakan meninggal, Lithia pun menghampiri rekan kerjanya itu dan menangis di sampingnya.
...***...
Pada jam 11.30 siang dan tepat di RS itu juga, Sheritta yang mengenakan kaos berwarna merah muda dengan corak bunga anggrek serta celana panjang berwarna coklat tua itu pun akhirnya sudah bisa pulang setelah menjenguk Miyura untuk beberapa menit. Elio saat itu sedang mengenakan kemeja hitam dan bawahan celana panjang jeans dengan wangi parfum khasnya yaitu wangi bunga lavender dicampur vanilla.
Namun sebelum mereka dapat pulang, Sheritta dan Elio kembali ke ruangannya terlebih dahulu untuk bersiap-siap dan membereskan semua barang-barang milik mereka terlebih dulu.
Sesampainya di ruangan Sheritta, tiba-tiba Sheritta mendapat pesan email dari bapak CEO nya itu terkait pelatihan ballet yang akan dijalani minggu depan. Sheritta pun langsung mengecek jadwalnya itu dan ternyata latihannya tidak setiap hari, hanya setiap Selasa, Kamis, dan Jumat. Selain itu semua jadwalnya dimulai dari jam 1 siang sampai jam 6 sore.
Setelah Elio membereskan semua barang mereka untuk dibawa pulang, mereka akhirnya berjalan keluar dari ruangan itu untuk pulang. Tidak lama kami berjalan, tiba-tiba aku melihat Nemilia sedang berjalan ke arahku, mungkin sedang ingin menjenguk temannya. Nemilia pun menatapku kembali dan melambaikan tangannya padaku sambil tersenyum. Lalu aku pun kembali melambaikan tanganku padanya dan berjalan menghampirinya.
“Kamu mau jenguk siapa lia?” tanyaku penasaran.
“Aku dapat kabar tadi, teman dekatku baru saja meninggal” jawabnya dengan ekspresi muka yang sedih.
Warna suaranya sedikit biru tua, kuning dan coklat. Aku pun agak terkejut melihat warna suara itu ketimbang mendengar berita darinya, karena arti dari warna itu adalah dia sedang merasa sedih namun bahagia juga dan disertai rasa bersalah. Aku merasa bahwa kematian teman dekatnya ini disebabkan olehnya karena tidak mungkin dia merasa senang di hari kematian teman dekatnya ini.
Aku pun merasa sedih mendengar berita itu lalu bertanya kembali kepadanya sambil menatap ke arahnya, “Siapa teman dekatmu itu?”
“Namanya Karline, oh iya aku harus cepat. Aku pergi terlebih dulu ya, kamu mau pulang ya?” tanya Nemilia dengan buru-buru sambil menoleh ke arahku.
Aku baru mengetahui ternyata dia masih temenan dengan Karline, anak yang pernah didoakan kritis oleh Nemilia saat masih kecil. Elio pun terlihat kaget dan tidak percaya bahwa tetangganya itu telah meninggal, ia pun terlihat sangat sedih.
Aku pun melihat warna suaranya abu-abu dan jingga tua yang artinya dia sedang kebingungan dan panik juga terhadap sesuatu, menurutku ini karena akibat perbuatan jahatnya semenjak kecil yang selalu diam-diam menjahatinya di belakang sedangkan di depan ia menjadi teman dekatnya
Aku pun menjawabnya sambil tersenyum kepadanya, “Iya nih, aku baru boleh pulang hari ini”
“Owalah, hati-hati ya di jalan” kata Nemilia kepadaku, lalu setelah itu ia pun segera berjalan dengan cepat ke ruangannya Karline.
Setelah dia meninggalkan kami, tiba-tiba Elio bertanya kepadaku setelah ia melihat wajahku yang masih terlihat sedih mengetahui kabar duka itu hanya untuk menghiburku saja padahal dirinya sendiri juga sedang sedih.
“Rit, kamu mau sekalian makan siang di luar kah sebelum pulang? Kebetulan aku tahu satu tempat makan yang enak dan sehat banget buat kita, murah banget lagi” Ajak Elio dengan nada suara yang antusias dan ekspresi wajah yang dipaksakan bahagia serta senyuman kecilnya sambil menoleh ke arahku.
Aku yang bisa melihat warna suaranya pun hanya bisa tertawa kecil, karena aku tahu kalau sekarang ia sedang merasa sedih dan bahkan masih kaget dengan berita itu namun warna yang dikeluarkannya tidak ada unsur perasaan sedih sama sekali.
Ia menutupi perasaannya dengan sangat hebat, warna jingga dan merah muda itu yang ditunjukkan olehnya memiliki arti bahwa dia sangat antusias dan merasa sangat sayang kepadaku, maka itu ia langsung mengajakku untuk makan siang terlebih dahulu di luar sebelum pulang ke rumahku dan mengajariku cara menghitung pajak.
Aku pun menjawabnya dengan senang dan antusias juga sambil tersenyum kecil kepadanya, “Iya aku mau, tempat makannya tidak jauh dari sini kan?”
Elio pun tertawa kecil lalu menatap ke arahku dan menjawab, “Tidak jauh banget kok, kira-kira tidak sampai setengah jam lah kalau tidak macet”
“Oke siap lio” jawabku dengan senang, lalu kami pun berjalan keluar dari RS itu sambil bergandengan tangan dan pergi menuju tempat makan yang telah Elio usulkan tadi.
Warna suaranya Elio yaitu putih dan biru langit, maka dari itu aku bisa memercayai kata-katanya karena pasti apa yang ia katakan adalah benar dan sungguh-sungguh.
yuk mampir kenovel aku