Airin & Assandi

Airin & Assandi

Kotak Bekal

Airin berjalan menyusuri lorong sekolahannya. Dia mencari tempat untuk beristirahat.

Karena dirinya sudah membawa bekal sendiri dari rumah. Sehingga dia tidak pergi ke kantin untuk membeli makan.

Uangnya akan dia tabung untuk memulai kuliah tahun depan.

"Nah disana saja." Gumamnya.

Dia berjalan menuju bangku taman di dekat lapangan basket.

Sampai disana, dia terkejut melihat kotak bekal yang tidak asing baginya.

Kotak itu seperti milik Assandi suaminya. Dia mengambil kotak bekal yang masih terasa berat.

"Kenapa ini ada disini ya."

"Apa Mas Sandi lupa membawanya, terus ketinggalan disini." Gumamnya lagi.

Airin membuka kotak bekal itu, isinya masih lengkap sama seperti miliknya.

"Ini masih utuh, mending aku cari Mas Sandi. Takutnya dia tidak bisa makan siang."

Airin memunguti kotak bekalnya dan berjalan mencari Assandi.

Dia mencoba mencari di dalam kelas, tetapi disana tidak ada sosok suaminya.

Airin berjalan lagi mencari di perpustakaan. Biasanya disana Assandi selalu nongkrong dengan para buku.

Tetapi tetap sama, di perpustakaan Assandi juga tidak ada.

"Kemana ya dia."

Airin berjalan lagi menuju kantin. Dan benar saja, disana dia menemukan Assandi yang duduk di bangku paling pojok.

"Akhirnya ketemu."

Airin berjalan menghampirinya, disana Assandi sudah menikmati makanannya sambil membaca jurnal di ponselnya.

"Mas, maaf ini kotak bekalnya tadi ketinggalan di taman."

Airin mengulurkan tangannya yang terdapat kotak bekal berbentuk bola.

Namun Assandi hanya diam tidak menjawabnya. Dia tetap asik menikmati makanannya dan pandangannya masih fokus membaca jurnal.

Airin duduk di depan Assandi, dia menatap suaminya itu dengan lembut.

Matanya juga beralih menatap makanan yang di makan suaminya.

Hati Airin sangat sedih melihat Assandi sudah makan makanan dari Kantin.

Padahal dirinya sudah memasakkan untuknya persis seperti masakan yang sekarang dia makan.

"Mmm, mas ini bekalnya bagaimana?"

Assandi menoleh menatap tajam Airin. Perempuan itu terkejut melihat Assandi menatapnya begitu.

Dia menunduk takut jika Assandi sudah berwajah serius seperti itu.

Assandi membereskan barang bawaannya dan berdiri meninggalkan Airin sendirian.

Airin menatap nanar kepergian Assandi. Dia sangat sedih sikap dingin suaminya itu tidak pernah berubah.

Ini makanannya bagaimana ya, sangat mubazir jika di buang. - Batinnya.

Airin mengedarkan pandangannya untuk mencari solusi.

Dia menatap kakak kelas yang pernah membantunya saat jatuh di depan gerbang.

Airin menghampiri laki-laki itu untuk membagikan bekal Assandi yang tidak dimakan.

"Permisi kak, apakah saya boleh duduk disini?" Tanya Airin pelan.

Laki-laki itu menatap Airin sebentar, "Ya."

"Terima kasih kak."

Airin menatap kakak kelasnya itu sangat menikmati makanan yang di pesan dari Kantin.

"Kakak tidak makan nasi?" Tanya Airin yang melihat seniornya itu hanya memakan mie instan.

"....."

Tetapi kakak kelasnya itu tidak menjawab, dia terus menikmati makanannya.

Airin meremas jemarinya grogi, dia takut kakak kelasnya itu akan menolak tawaran baiknya.

"Mm, Kak Mario saya ada dua bekal. Ini sangat banyak saya tidak bisa memakannya sendiri."

"Kalau satunya lagi saya kasih ke kakak mau?" Lanjutnya.

Mario kakak kelasnya itu menoleh menatap datar Airin. Dia meletakkan garpu yang dipegangnya.

"Kalau tau makannya sedikit, kenapa harus bawa banyak-banyak."

"Buang-buang makanan saja." Lanjut Mario sambil kembali memakan mie instannya.

Airin menunduk sedih, karena kenyataannya bekal satunya lagi bukan miliknya.

"Ini untuk kakak saja, saya masih ada satu. Jangan makan mie terus kak, tidak baik untuk kesehatan." Jelas Airin.

Mario menghela napas kesal, dia meletakkan garpunya di meja dengan keras.

Brakkkk....

Airin terlonjak kaget, semua siswa yang ada di kantin juga ikutan kaget.

Semua mata menatap bingung ke aran Airin dan Mario.

"Denger ya, nggak usah kamu sok menasehati aku, ini adalah tubuhku dan hidupku. Jadi jangan sekali-sekali berkata begitu lagi di depanku."

"I-iya kak, ma-maaf."

Mario berdiri sambil meraih salah satu kotak bekal yang dibawa Airin.

Dia berjalan menjauhi Airin menuju tempat sampah. Dibuangnya kotak bekal itu ke dalam sana.

Airin terkejut dengan perlakukan seniornya. Dia mengira Mario adalah seniornya yang baik seperti saat dia menolong dirinya yang jatuh di depan gerbang.

Tapi ternyata dia sama saja seperti semua siswa yang ada di sekolahan.

Tidak ada yang mau berdekatan dengannya. Bahkan menyapanya saja tidak ada satupun.

Mata Airin berkaca-kaca ingin menangis. Dia menunduk untuk menyembunyikan air matanya yang sudah menetes.

Semua orang menghindariku tanpa sebab. Aku bahkan tidak tau kenapa alasannya. - Batin Airin.

Dia kemudian berdiri berjalan menuju tempat sampah yang ada kotak bekalnya.

Diambilnya kotak bekal itu dan diusapnya pelan. Karena sudah tercampur dengan kotoran dari dalam tong sampah.

Airin mengusap pipinya pelan karena air matanya sudah mengalir begitu saja.

Dia menarik napas dalam agar tidak terlihat habis menangis saat di dalam kelas.

sedangkan di balik dinding pintu masuk kantin, ada seseorang yang mengawasinya.

Orang itu siswa laki-laki bertubuh atletis, tinggi dan memiliki raut wajah yang tampan.

Dia melihat sedih ke arah Airin yang memungut kembali kotak bekalnya dari tong sampah.

Kakinya ingin berjalan mendekati tetapi tidak bisa. Dia masih merasa gengsi jika bertemu Airin dan dilihat banyak siswa disana.

"Kamu yang sabar ya Rin." Gumamnya.

Dia kemudian berbalik badan meninggalkan kantin dan Airin yang masih merasa sedih menatap kotak bekal miliknya.

Terpopuler

Comments

Elain

Elain

Terima kasih penulis, masterpiece!

2025-01-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!