Rubia adalah putri seorang baron. Karena wajahnya yang cantik dia dipersunting oleh seorang Count. Ia pikir kehidupan pernikahannya akan indah layaknya novel rofan yang ia sering baca. Namun cerita hanyalah fiksi belaka yang tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Rubia yang menjalani pernikahan yang indah hanya diawal. Menginjak dua tahun pernikahannya suaminya kerap membawa wanita lain ke rumah yang ternyata adalah sahabatnya sendiri.
Pada puncaknya yakni ketika 3 tahun pernikahan, secara mengejutkan suami dan selingkuhannya membunuhnya.
" Matilah, itu memang tugasmu untuk mati. Bukankah kau mencintaiku?" Perion
" Fufufufu, akhirnya aku bisa menjadi countess. Dadah Rubi, sahabatku yang baik." Daphne
Sraaak
Hosh hosh hosh
" A-aku, aku masih hidup?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan 23
" Sylvester, ada undangan untuk apa tidak? Aah ya, orang itu sudah tidak berada di mansion ini. Arghhh sialan, Rubia si jalangg itu benar-benar membuatku kesulitan seperti ini. Sial, ku pikir dia wanita bodoh yang dengan mudahnya dimanfaatkan, tapi ternyata dia lebih pinter dari yang aku kira. Bedebah, sekarang aku jadi kehilangan Butler ku!
Kresss
Perion meremass kertas yang ada di tangannya. Ia juga mengusap wajahnya dengan sangat kasar. Rasanya sungguh menjengkelkan, itu lah yang saat ini ada dalam diri Perion. Bagaimana bisa semuanya berubah dengan begitu cepat.
Dia memang menginginkan Rubia menghilang dari hidupnya, namum tentu tidak secepat ini. Dia harus memanfaatkan Rubia hingga akhir dan bukannya ditinggalkan begini.
Siapa sangka Rubia mengetahui triknya, ia rasa Rubia tidak sepintar itu. Entah mengapa wanita itu menjadi begitu berubah. Agaknya Perion baru merasakan perubahan tersebut sekarang.
Brak!
" Per~ ah tidak maaf, Tuan Count. Apa yang sebenarnya terjadi? Bercerai, Anda benar-benar bercerai dari Rubia?"
Daphne muncul tanpa dipanggil dan tanpa diundang. Sungguh sebuah tiba-tiba yang terencanakan. Bagaimana tidak, dia pasti sudah mendengar dari mata-mata yang ia susupkan di mansion Gordone ini. Ketika sebuah keributan terjadi, Rubia mendeklarasikan perceraian, lalu Rubia pergi dari mansion, semua itu langsung diketahui oleh Daphne.
Tentu saja Daphne merasa senang, akhirnya dia benar-benar bisa menjadi istri seorang Count. Akhirnya penantiannya selama ini datang juga. Ia berpikir akan membutuhkan waktu lama untuk membuat Rubia tersingkir, tapi ternyata tidak demikian. Semua ini terjadi lebih cepat dari apa yang ia pikirkan.
Akan tetapi ada sesuatu hal yang mengganjal yang dirasakan Daphne saat melihat Perion. Wajah Perion tidak menunjukkan rasa senang sama sekali. Sebaliknya, wajah pria iyu kesal, marah dan entah apa lagi yang sedang dirasakan. Yang pati Daphne merasa bahwa saat ini atmosfernya sedang tidaklah baik.
Daphne yang sebenarnya sangat bersemangat langsung mengubah wajahnya. Dia merasa harus tahu lebih dulu situasi apa saat ini sehingga bisa melakukan apa yang harus ia lakukan.
Padahal jika bisa dia akan berteriak kegirangan dan mengadakan pesta untuk merayakan kepergian Rubia yang kembali ke rumahnya. Ia juga sudah tidak sabat untuk menunjukkan dirinya sebagai nyonya rumah yang baru. Namun saat ini Daphne harus menahan semua keinginannya itu.
" Tuan Count, ada apa ini sebenarnya. Saya sangat terkejut saat datang kemari. Saya mendengar bahwa Rubia sudah pergi dan bercerai dengan Anda. Saya lihat situasinya sangat kacau di mansion ini."
Fyuuuuh
Perion membuang nafasnya kasar. Dia yang tadinya duduk kini berdiri dan berjalan ke arah jendela. Seolah tengah melihat sesuatu, namun di luaran sana tidak ada apapun yang bisa dilihat dengan tatapan yang demikian.
Daphne yang tadinya berdiri dengan jarak yang jauh kini perlahan mendekat. Dia berjalan dengan begitu pelan hingga membat Perion tidak sadar. Perion baru menyadarinya ketika lengannya didekap oleh Daphne.
" Dari tadi saya tanya Anda hanya diam saja. Saya sungguh khawatir Tuan, saya menjadi sedih melihat Anda seperti ini."
" Haah, benar-benar hanya kau yang mengerti aku Daphne. Saat ini aku sungguh bingung. Rubia si jalangg itu pergi dengan membawa Sylvester, itu membuatku kesulitan untuk mengurus rumah dan wilayah. Selama ini Sylvester sudah jadi butler sekaligus asisten ku. Tidak adanya dia tentu membuat semua keperluan wilayah ini kacau. Rubia, dia benar-benar menjengkelkan. Sialan!"
Perion berkata dengan penuh kekesalan yang berkobar-kobar. Dan Daphne menyunggingkan senyum seringai. Ia senang sekali melihat reaksi Perion yang seperti itu terhadap Rubia. Daphne semakin yakin bahwa ia tidak lama lagi menguasai semua yang ada di depan matanya.
" Tuan, saya akan membantu Anda untuk mengurus rumah. Dan untuk wilayah, saya akan mencarikan orang yang kompeten. Saya yakin Sylvester tidak ada apa-apanya dibanding orang yang akan saya pekerjakan. Berilah saya wewenang untuk melakukan itu. Saya berjanji bahwa saya mampu melakukan lebih baik dari Rubia."
" Benarkah begitu? Baiklah aku mengandalkan mu Daphne. Mulai besok kau datanglah ke mansion dan mulai melakukan apa yang kamu katakan tadi."
Greb
Perion memeluk Daphne, tentu saja wanita itu sungguh senang. Dia bahkan mengeratkan dekapan tersebut. Ia juga tersenyum lebar karena merasa apa yang diinginkannya benar-benar terwujud.
Namun sepertinya perasaan Daphne saat ini berbeda dengan Perion. Pria itu sama sekali tidak tersenyum. Bahkan wajahnya juga tidak menunjukkan rasa senang barang sedikitpun.
" Lihat saja Rubia, aku akan membuatmu menyesal karena telah meninggalkanku."
Perion berkata demikian tidak dengan mulutnya melainkan ia bicara dalam hati. Sebenarnya ini sedikit menggelikan. Dia lah yang berusaha mengeluarkan Rubia dari kehidupannya dengan bahkan sampai menyetujui cara Daphne untuk memberi Rubia racun. Tapi sekarang setelah Rubia benar-benar tidak lagi dalam pandangannya, pria itu merasa sangat risau. Bahkan sepertinya dia berusaha untuk membuat Rubia menyesal karena meninggalkannya.
Mungkin Perion saat ini sama sekali tidak sadar tentang perbuatan yang sudah ia lakukan terhadap Rubia. Tak acuh, berselingkuh, tidak menghormati Rubia, tidak mempedulikan istrinya, melimpahkan semua kewajibannya kepada sang istri, dan banyak lagi hal-hal minus yang dilakukan Perion baik sebagi suami maupun pemimpin wilayah.
" Kalau begitu malam ini saya akan tidur di sini menemani Anda, Tuan Count."
" Oh maaf Daphne, saat ini banyak hal yang harus aku urus. Aku juga harus segera ke Istana. Dan aku tidak bisa membiarkanmu tinggal sendirian di mansion, sebaiknya kamu untuk hari ini pulang saja dulu. Besok datanglah kemari dan kau bisa mulai tinggal di sini."
" Aah begitu, baiklah Tuan Count. Saya akan melakukan seperti apa yang Anda katakan."
Cup!
Daphne mencium bibir Perion sekilas. Namun agaknya dia harus kecewa. Biasanya jika ia melakukan itu maka Perion akan membalasnya, tapi kali ini tidak. Perion hanya diam saja dan tersenyum simpul.
Daphne pun pamit untuk undur diri. Selama perjalanan kembali ke kediaman, Daphne memikirkan sikap Perion yang menurutnya berbeda dari biasanya. Namum Daphne tak acuh, ia mengusir kekhawatirannya terebut dan meyakinkan bahwa Perion tidak mungkin berubah.
" Setidaknya sekarang dia sudah sendiri, bukan suami seseorang. Dan besok aku juga sudah mulai tinggal di mansion. Ya sedikit lagi, sedikit lagi aku akan mengukuhkan posisiku sebagai Nyonya Rumah dan juga Countess. Countess Daphne Gordone, huh memang nama Gordone lebih pantas untukku ketimbang Rubia. Fufufu, aku yakin saat ini Rubia sedang menangisi kondisinya. Aku yakin dia pasti sangat menyesal karena menanggalkan gelar Countess. Ya memang seharusnya begitu Rubia, menangislah dan terpuruk lah."
TBC