Devina Putri Ananta berusaha menata hati dan hidupnya setelah bercerai dari suaminya, Arthur Ravasya Barnett. Perceraian yang terjadi lima tahun yang lalu, masih menyisakan trauma mendalam untuknya. Bukan hanya hati yang sakit, namun juga fisiknya. Terlebih ia diceraikan dalam keadaan hamil.
Devina dituduh berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Akibat kejadian malam itu, saudari kembar Devina yakni Disya Putri Ananta harus meninggal dunia.
"Menikahlah dengan suamiku, Kak. Jika bersama Kak Arthur, kakak enggak bahagia dan terus terluka. Maafkan aku yang tak tahu jika dulu Kak Reno dan kakak saling mencintai," ucap Disya sebelum berpulang pada Sang Pencipta.
Bayang-bayang mantan suami kini kembali hadir di kehidupan Devina setelah lima tahun berlalu. Arthur masih sangat mencintai Devina dan berharap rujuk dengan mantan istrinya itu.
Rujuk atau Turun Ranjang ?
Simak kisah mereka yang penuh intrik dan air mata 💋
Merupakan bagian dari novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Dijodohkan Orang Tua
Di pesta, Reno dan Lisa tengah kebingungan mencari pasangan masing-masing.
"Mas Arthur ke mana ya?" batin Lisa yang tengah sibuk mengedarkan pandangannya di pesta tersebut guna mencari Arthur.
Sedangkan di sudut lain, Reno yang cemas karena Devina tak kunjung kembali dari toilet, ia memutuskan mencari wanita itu. Ada petugas yang sempat melihat Devina pergi ke arah toilet yang berada di luar venue acara. Reno bergegas ke sana, namun hasilnya nihil. Toilet sepi dan Devina sudah tidak ada di sana.
"Ke mana dia pergi?" batin Reno. "Enggak mungkin dia pulang sendiri tanpa memberitahuku,"
Arthur dan Devina mendadak tidak diketahui keberadaannya. Lisa berusaha menghubungi Arthur, namun ponsel sang tunangan mendadak tidak aktif.
"Ah, iya G P S." Reno baru teringat dengan G P S di ponsel Devina yang sengaja ia pasang diam-diam beberapa hari yang lalu. Reno memasangnya hanya untuk mengetahui keberadaan Devina sekaligus melindungi wanita yang ia cintai itu.
Di lorong yang sepi, Reno mencoba untuk melacak ponsel Devina. Akan tetapi, kondisinya tidak aktif.
"Sial!" umpat Reno yang gagal melacak lokasi Devina dari G P S ponsel.
☘️☘️
The Langham Residence, Jakarta.
Arthur membawa Devina ke apartemen pribadinya. Salah satu apartemen kategori hunian mewah di Jakarta Selatan itu pernah menjadi saksi bisu bahwa keduanya pernah tinggal di sana ketika masih menjadi sepasang suami-istri.
Tubuh Devina yang masih dalam kondisi tak sadarkan diri, direbahkan oleh Arthur di atas ranjang secara pelan nan lembut bak porselen mahal yang takut terjatuh atau lecet. Padahal tubuh itu pernah ia lukai karena gelap mata bercampur emosi beberapa tahun silam.
Arthur membersihkan jejak air mata di wajah Devina sekaligus membenahi selimutnya. Bahkan Arthur mengatur suhu pendingin kamar utama agar mantan istrinya itu merasa nyaman walaupun dalam kondisi pingsan.
Tangan itu terulur menata helai anak-anak rambut Devina yang berjatuhan ke depan. Lalu, Arthur merapikannya di belakang telinga Devina. Tak lupa ia juga mengelus pipi lembut sang mantan istri yang namanya masih bertahta di hatinya.
"Kamu kenapa, Sayang? Kenapa kamu begitu takut melihatku?" batin Arthur.
Ia tak tahu jika K D R T yang ia lakukan beberapa tahun silam memberikan efek yang luar biasa pada Devina terutama secara batin. Kala menanti Devina siuman, Arthur kembali teringat dengan perjalanan cintanya pada Devina hingga pernikahan.
Delapan tahun yang lalu, Jakarta.
"Mom, gimana?"
"Sudah," jawab Rara singkat.
"Sudah apanya?"
"Ya sudah sesuai yang kamu pengin. Tadi Daddy dan Mommy sudah datang ke rumah orang tua Devina buat melanjutkan pembahasan tentang perjodohan kalian berdua sekaligus kami melamarnya,"
"Terus?" tanya Arthur yang terdengar begitu antusias.
"Dua bulan lagi kalian menikah," jawab Rara.
"Yang bener, Mom?"
"Ya beneran dong. Masa lamar anak gadis orang, main-main." Rara yang gemas melihat tingkah Arthur seketika meraup wajah tampan putra sulungnya itu.
"Makasih, Mom." Arthur memeluk ibunya dengan penuh bahagia. Ia tak sabar menanti untuk menjadi suami dari Devina, cinta pertamanya.
Arthur sendiri baru saja pulang ke Indonesia setelah sibuk menggeluti bisnis sekaligus menyelesaikan pendidikan pasca sarjana di London. Namun cintanya sejak dulu hingga saat ini hanya untuk Devina Putri Ananta.
Keluarga besar Devina menerima lamaran Arthur. Tentu saja mereka sudah lama saling mengenal dengan baik. Kala itu Disya sudah menikah dengan Reno. Alhasil keluarga besar menyarankan Devina untuk segera menikah juga.
Menurut pihak keluarga, lamaran yang datang dari Arthur untuk Devina adalah hal yang baik dan tepat.
"Terima ya, Kak. Papi dan Mami sudah menjawab iya pada keluarga Arthur," tutur Dion.
Devina hanya mampu terdiam mendengarnya. Ia berbeda dengan Disya. Jika semisal Disya yang dibegitukan, pasti saudari kembarnya itu akan merengek sekaligus memberontak tak mau jika hatinya berkata tidak.
"Arthur anak yang baik, Kak. Keluarga kita juga sudah lama kenal dengan mereka. Kakak mau tunggu apalagi? Disya sudah menikah. Papi dan Mami pengin kakak juga segera menikah dan bahagia," desak Binar.
Ya, pada akhirnya pernikahan Arthur dengan Devina pun terjadi karena perjodohan kedua orang tua mereka. Walaupun Arthur sendiri memang sangat mencintai Devina. Akan tetapi, keduanya tidak melakukan pacaran sebelum menikah.
Sejujurnya kala itu Arthur masih kurang percaya diri untuk mengungkapkan secara langsung perasaannya pada Devina. Alhasil dia memaksa orang tuanya untuk membuat acara perjodohan antara dirinya dengan Devina.
Disya pun yang lalu menikah dengan Reno karena dijodohkan orang tua kedua belah pihak. Bedanya, Disya memang sangat dekat dengan orang tua Reno. Akhirnya Disya memberanikan diri dengan mengutarakan kalau dia mencintai Reno. Kedua keluarga besar Reno dan Disya pun menyetujui perjodohan tersebut tanpa tahu bahwa Reno saat itu berpacaran dengan Devina.
Dengan berat hati, Devina merelakan cintanya untuk Disya kala itu karena ia tak ingin merusak kebahagiaan saudari kembarnya yang sangat dicintainya. Orang tuanya dan juga kedua orang tua Reno serta keluarga besar mereka tampak sangat bahagia dengan perjodohan antara Reno dengan Disya. Tak mungkin ia menjadi duri yang membuat banyak orang akan patah hati atau bersedih. Lebih baik ia yang mengalah. Itulah yang terjadi.
Terkadang apa yang diinginkan oleh orang tua belum tentu hal itu yang juga diinginkan oleh sang anak. Apa yang terbaik versi orang tua, juga belum tentu baik menurut sisi anak.
☘️☘️
Setelah kata 'SAH' terucap dari bibir para saksi, Arthur dan Devina resmi menjadi sepasang suami-istri. Pesta mewah dan meriah digelar di salah satu ballroom hotel bintang lima, Jakarta.
Disya begitu bahagia melihat saudari kembarnya telah menikah, terlebih dengan Arthur. Disya yakin jika Arthur adalah lelaki yang baik dan sangat pantas untuk berjodoh dengan sang kakak.
"Selamat ya, Kak. Jangan lupa kadoku dipakai malam ini biar Kak Arthur makin klepek-klepek," cicit Disya seraya membantu Devina untuk melepas hiasan yang ada di rambut. Keduanya saat ini tengah berada di dalam kamar pengantin di hotel yang sama dengan tempat resepsi berlangsung.
Devina hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Disya barusan.
"Apa kamu bahagia dengan Reno, Dek?" tanya Devina tiba-tiba seraya melihat raut wajah Disya dari pantulan cermin di meja rias.
"Tentu saja aku bahagia, Kak. Buktinya perutku sudah ada isinya begini," ujar Disya seraya tersenyum sumringah di depan Devina sambil mengelus perutnya.
Ya, beberapa bulan Disya menikah dengan Reno, wanita ini tak memakan waktu lama untuk dinyatakan positif hamil.
"Kak Devi sama Kak Arthur pasti sebentar lagi juga cepet dapat momongan. Pokoknya gasss terus di kasur. Haha..." kelakar Disya seraya tertawa di depan Devina.
Ceklek...
Pintu kamar pengantin mendadak terbuka, Arthur berjalan masuk ke dalamnya.
"Wah, baru jam satu malam nih. Masa pengantin pria sudah tidak sabar masuk ke kamar. Mau mendaki gunung ya," ledek Disya seraya terkekeh di depan Arthur. Sontak hal ini justru membuat semburat merah di pipi Devina bermunculan. Ia semakin gugup menghadapi malam pertama.
"Ditunggu Reno tuh di kamar. Katanya kamu mau diajak main ular tangga di kasur," balas Arthur meledek Disya.
"Haha... pastinya. Tenang saja, aku tidak akan mengganggu acara pemersatu bangsa pengantin baru. Kak Devi sudah siap kok. Untung palang merah tidak datang menggangu acara kalian berdua malam ini. Hanya saja_" ucapan Disya seketika terpotong oleh Arthur.
"Hanya saja kenapa?" sela Arthur. Disya pun berjalan perlahan guna mendekati Arthur.
"Tolong pelan-pelan mainnya. Maklum anak pera_wan masih sangat tegang. Jangan sampai dia pingsan gara-gara lihat naga terbang, cucunya megalodon." Disya berbisik lirih seraya terkikik. Namun kalimat itu jelas terdengar di telinga Devina. Arthur tersenyum lucu mendengarnya.
"Cepat keluar, Dis!" usir Devina.
Ia memutar bola matanya jengah mendengar celetukan Disya tentang malam pertama. Terlebih ada Arthur bersama mereka. Pastinya Devina begitu malu. Rasanya ia ingin sekali menenggelamkan wajahnya ke dalam kubangan air atas obrolan Disya yang berbau dewasa tersebut di depan Arthur yang telah resmi menjadi suaminya.
"Bye, pengantin baru. Ganbatte !" seru Disya seraya memberi kode semangat untuk sepasang pengantin baru tersebut yang akan melakukan penjelajahan cinta malam ini.
Bersambung...
🍁🍁🍁
bikin kita ngarang cerita sendiri...eehhh tak taunya ...👍👍👍