Setelah patah hati, untuk pertama kalinya Rilly mendatangi sebuah club malam. Siapa sangka di sana adalah awal mula hidupnya jadi berubah total.
Rilly adalah seorang nona muda di keluarga Aditama, namun dia ditawan oleh seorang Mafia hanya karena salah paham, hanya karena Rilly menerima sebuah syal berwarna merah pemberian wanita asing di club malam tersebut.
"Ternyata kamu sudah sadar Cathlen," ucap seorang pria asing dengan bibir tersenyum miring.
"Siapa Cathlen? aku Rilly! Rilly Aditama!!" bantah gadis itu dengan suara yang tinggi, namun tubuhnya gemetar melihat semua tatto di tubuh pria tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSM Bab 19 - Terasa Berbeda
Keluar dari ruangan Liam, Rilly tersenyum kecil, membenarkan apa ucapan Liam tadi. Berhenti untuk menggunakan perasaan dan mulai menggunakan otak.
Jika Liam mengirimnya ke markas Zeon untuk mencuri data Darkness dan mendapatkan kelemahannya, kenapa Rilly tidak melakukan itu juga di markas ini? menggoda Liam hingga dia bisa masuk sesukanya di dalam ruang pribadi pria tersebut.
Mendapatkan kelemahannya black Vemon dan menghancurkannya juga.
Murid yang mengalahkan guru.
Menyadari itu senyum di bibir Rilly jadi terlihat semakin lebar, sampai seseorang yang melihatnya menatap aneh. Dia adalah Dansel dan langsung menghampiri Cathlen.
"Hei, kenapa senyum-senyum seperti itu setelah keluar dari ruangan tuan Liam?" tanya Dansel langsung, dia tidak suka menebak-nebak jadi langsung bertanya saja.
dan ditanya seperti itu Rilly justru tersenyum semakin lebar.
bahkan sebelum menjawab pertanyaan Dansel, Rilly lebih dulu berdehem dengan bangga ...
"Ehem, mulai sekarang aku akan menggoda tuan Liam," ucap gadis itu, lalu tertawa merasa lucu sendiri.
Dansel mengerutkan dahi, "Apa itu misi baru mu?" tanya Dansel dan Rilly mengangguk.
"Berarti kamu akan segera pergi ke markas Zeon," timpal pria itu lagi dan mendadak tawa Rilly mereda.
"Kamu tau tentang hal ini?" kini Rilly yang bertanya dan Dansel mengangguk.
"Hem, karena itulah tuan Liam merekrut seorang wanita. Sudah lah, ayo makan, sarapannya sudah siap," balas Dansel, tujuan awalnya memang hendak mencari Cathlen untuk diajak sarapan bersama.
"Ayo," balas Rilly tak kalah antusias, bersikap seolah biasa saja, tak menjadikan tugas ini sebagai beban.
Selesai sarapan, Rilly bergegas lari menuju ruangan Liam. Pria itu belum keluar juga, belum sarapan. Jadi Rilly akan mengambil langkah pertamanya sebagai wanita penggodda. Memberikan perhatian tulus.
Tok tok tok! Rilly mengetuk pintu.
"Liam! ini aku!" ucap Rilly dengan manja dan suara tinggi, dia bahkan tidak memanggil dengan sebutan Tuan, langsung pada namanya. Seolah mereka begitu dekat.
Liam di dalam sana bahkan langsung membuang nafasnya dengan kasar, menutup layar laptopnya dan melihat pintu yang terbuka.
Cathlen masuk dengan senyum yang terkembang lebar, wanita itu berlari kecil hingga berdiri di sampingnya.
Di samping, bukan di hadapan.
"Kenapa belum keluar? ku pikir kita akan sarapan bersama," ucap Rilly, nada bicaranya begitu manja, tak ada dingin-dinginnya sedikit pun seperti selama ini.
Sampai membuat Liam tanpa sadar berdesir hatinya.
"Ayo keluar, aku akan temani kamu sarapan," ajak Rilly, dia memberanikan diri untuk menyentuh lengan Liam.
Jantungnya pun berdegup, tak pernah selama ini dia mengambil aksi lebih dulu untuk menyentuh seorang pria.
Di dalam hatinya Rilly terus memohon ampun pada Tuhan, dia tak punya pilihan lain.
Dan jantung Rilly makin tak karuan saat Liam akhirnya bangkit dari duduknya, membuat mereka jadi saling berhadapan dengan jarak yang dekat seperti tadi.
Tapi entah kenapa, Sekarang hawanya jadi terasa berbeda.
Rilly hanya bisa diam saat Liam bergerak dan membuatnya terpojok, entah bagaimana ceritanya tiba-tiba Rilly jadi bersandar di meja kerja itu, sementara Liam mengurungnya menggunakan kedua lengan.
Tanpa banyak kata, Liam pun mengikis jarak dan menjangkau bibir merah milik Cathlen. Dia paling malas basa basi, dan hal yang paling diinginkan oleh pria dewasa adalah sentuhan seperti ini.
Cup! ciuman yang begitu lembut dan membuat Rilly mendelik sampai matanya seperti mau keluar.
Rilly tak bisa mendorong pria itu untuk menjauh, dia hanya mampu meremat dengan kuat kedua lengan Liam.