Karena hutang ayahnya, Ervina terpaksa menikah dengan seorang CEO yang terkenal dingin, kejam dan tak tersentuh. Kabarnya sang CEO tidak bisa melupakan mantan istri pertamanya.
Narendra Bimantara, Seorang CEO yang membenci sebuah pernikahan karena pengalaman buruk di masa lalu. Namun, karena putri semata wayangnya yang selalu meminta Ibu, Naren terpaksa menikahi Ervina sebagai pelunas hutang rekan kerjanya.
Namun, Naren tak pernah berfikir menjadikan Ervina istri sungguhan, dia berfikir akan menjadikan Ervina baby sister putrinya saja.
Dan membuat perjanjian pernikahan dengan Ervina.
Ikuti kisah IPHMDK
karya Roro Halus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roro Halus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Surat Perjanjian
Sontak Ervina kembali menatap Naren dan tatapan itu masih tertuju padanya, "Saya, Tuan?" tanyanya.
"Siapa lagi?" ketusnya.
Glek!
Ervina hanya bisa menelan salivanya lagi dan lagi, saat berhadapan dengan manusia kulkas didepannya itu. Tanpa banyak kata lagi, Ervina memilih langsung mengambil sendok nasi dan menyendokkan Naren dengan dua sendok besar.
Membuat Naren mengernyit, "Kamu sengaja?" ketusnya.
Membuat Ervina diam sebentar saat mengambil daging ikan untuk Naren dan menatap laki-laki itu, "Maksudnya?" jawabnya sambil meletakkan daging ikan tim di piring Naren.
Tanpa banyak kata Naren hanya melirik nasi yang ada di piringnya sangat penuh, "Kamu pikir aku kuli bangunan!" ketusnya.
Astaghfirullah! batin Ervina beristighfar dengan kelakuan suaminya itu, tak pernah ada benarnya dia melayani si manusia kulkas itu, padahal Ervina mengambilkan dua sendok nasi karena kemarin sore satu sendok nasi dan Naren nambah satu lagi. Ervina hanya tidak ingin repot, karena itu dia akhirnya mengambilkan dua sendok nasi langsung saja.
Namun tetap salah!
Ervina hanya bisa menetralkan jantungnya dan menarik piring Naren untuk dikurangi nasinya, Ervina tak ingin banyak bicara atau berdebat dengan Naren.
Namun tiba-tiba ditahan oleh Naren!
"Apa lagi, Tuan?" ucap Ervina sedikit jengah.
Naren tiba-tiba menarik piring itu dan langsung melahap nya walaupun dengan porsi seperti kuli bangunan di pagi hari.
Melihat itu Ervina hanya terbengong, 'Kalau akhirnya dimakan kenapa tadi protes! Dasar manusia Kulkas!' batin Ervina aneh sekaligus kesal.
Ervina kemudian menyendokkan makanan untuknya sendiri setelah Calisha dan Naren makan dengan lahap, benar-benar lahap, bahkan beberapa kali Calisha meminta nambah lauk atau nasi.
Naren yang protes nasinya sebanyak kuli bangunan di pagi hari nyatanya habis tak tersisa, tandas!
"Masakan Mommy Na emang paling enak sedunia! Luas biasa!" seru Calisha setelah meletakkan sendoknya.
Hal itu membuat Ervina bersemu, "Sha bisa aja, Mommy Na hanya masak makasan rumahan, lebih enak di restoran!" ucapnya.
"No, Mommy! Masakan Mommy Na sangat enak, sampai-sampai Sha ingin makan terus!" puji gadis kecil itu.
Ervina hanya tertawa dan berdiri akan membereskan sisa makanan dan piring kotor milik mereka, namun belum sempat membereskan, suara Naren membuat Ervina tak berkutik.
"Biarkan maid yang membersihkan!" dinginnya.
"Ya, Tuan!" jawab Ervina datar kemudian memilih membawa Calisha dalam gendongannya, "Adudu, anak Mommy, waktunya ke sekolah!" ucap Ervina.
Sontak Calisha mengalungkan tangannya, "Mommy Na nanti antarkan Sha seperti biasa 'kan?" tanyanya.
"Tentu, Sayang!" jawab Ervina.
"Horee! Akhirnya Sha bisa merasakan diantar sekolah oleh Mommy Na dan Daddy! Sha senang sekali!" sorak gadis yang membuat Naren di belakangnya sedikit terharu.
Hingga suara sorak dan ceria gadis kecil itu di telah oleh pintu kamarnya, membuat Naren bergegas ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian.
Naren sudah berjanji akan mengantar putrinya sekaligus berangkat ke kantor!
Setelah menyelesaikan mandi dan bersiap, Naren mulai turun dan berfikir akan menunggu putrinya di ruang keluarga.
Tentu saja dua wanita itu akan lebih lama bersiap, mereka kaum yang mementingkan keindahan, namun ternyata prasangka Naren salah besar, karena Calisha dan Ervina sudah duduk di ruang tamu menunggu dirinya.
Mana mungkin! Padahal Ervina menyiapkan Calisha dan dirinya, pasti butuh waktu lebih lama dari dirinya! pikir Naren.
"Daddy lama sekali!" keluh Calisha.
"Tidak, kalian saja yang mandi bebek!" jawab Naren dingin sambil berjalan menuju luar dan dengan cepat Calisha mengekor, "Enak saja! Mommy Na dan Sha mandi bersih!" kesal Calisha.
Naren tersenyum tipis dan berbalik, menyambar Calisha dengan cepat dan dia dudukkan di pundaknya, "Arkhh, Daddy!" pekik Calisha.
Naren hanya tersenyum tipis melihat putri cantiknya terkejut!
"Daddy, bisa tidak bilang dulu, Sha kan jadi kaget!" omel gadis itu.
"Cerewet!" ucap Naren, "Mirip sekali dengan Ibumu, ngomel tiada henti!" lanjut Naren protes pada putri kecilnya.
Tanpa dia sadari membuat Ervina yang mengekori mereka menjadi sesak nafas seketika, paru-paru rasanya menghimpit dadanya.
Mau bagaimanapun Ervina meng-afirmasi dirinya, meyakinkan jika dirinya hanya istri yang dibeli untuk baby sister Calisha, tetap saja hatinya mencelos saat suaminya dengan terang-terang memikirkan mantan istrinya.
Perasaan itu muncul tanpa bisa Ervina kendalikan, hatinya tetap sakit saat seseorang yang berstatus sebagai suaminya tengah mengenang wanita lain.
Apakah Ervina salah?
Apa Ervina keterlaluan?
Bukankah Ervina tidak mencintai Naren? Kenapa harus sakit saat suaminya mengenang mendiang ibu Calisha?
Ervina tidak tau, yang dia tahu tiba-tiba hatinya tetap mencelos dan sesak saat mendengar itu, 'Dasar hati tak tau diri, kau hanya baby sister, kau dilarang berfikir yang tidak-tidak! HANYA BABY SISTER, Na! Ingat itu!' batin Ervina mengingatkan dirinya sendiri.
Mengingatkan perasaannya yang tak tau diri!
Hingga mereka sampai didalam mobil dan Naren melajukan mobilnya dengan tenang, sedangkan Ervina yang tengah memangku Calisha duduk di sebelah Naren, dilanda pikiran yang sangat berisik.
Pikirannya terbang jauh!
Berisik sekali otaknya memikirkan kemungkinan demi kemungkinan bisa memiliki Naren seutuhnya, membuat Naren jatuh hati padanya dan menjalani bahtera rumah tangga yang bahagia, seperti pesan mendiang ibunya dulu.
Namun, ketika melirik Naren, rasanya itu semua tidak akan terjadi, Naren tidak akan pernah mencintai dirinya.
Sadar diri! pikir Ervina.
Ervina menyadari cinta Naren masih penuh untuk mendiang ibu Calisha dari amarahnya saat dirinya memakai baju putih bersejarah mereka, dan dari cara Naren terus mengenang dan mengingat tingkah cerewet nya.
'Berarti apa maksud pelukan semalam?' batin Ervina.
"Na!"
"ERVINA!" panggil Naren penuh penekanan.
Deg!
"Oh, ada apa?" tanya Ervina gelagapan karena terkejut dengan suara Naren sambil melihat wajah kesal Naren.
"Mommy Na banyak pikiran? Kenapa melamun? Kita sudah sampai, Mommy Na!" beritahu Calisha pada Ervina.
Ervina kemudian menatap di depan dan benar, mereka sudah sampai di parkiran, "Oh, Ayo turun, Sayang! Maafkan Mommy Na ya!" ucapnya.
Calisha mengangguk dan turun bersamaan dengan Naren yang juga turun, mengantarkan putrinya sampai ke gerbang sekolah.
Setelah itu kembali ke mobil, Ervina tampak bingung dan canggung jika hanya berduaan dengan Naren di dalam mobil, dia takut membeku karena bersebelahan dengan manusia kulkas itu.
Namun Ervina tak ada pilihan dan kemudian masuk!
Naren menoleh sebentar pada Ervina, kemudian mengambil berkas di sebelahnya dan dia lemparkan ke arah Ervina.
Bruk!
"A—apa ini, Tuan!" tanya Ervina berdebar saat tubuhnya terhantar selembar kertas itu.
"Surat perjanjian!"
Glek!
Bersambung...
Dahlah, author gak tau lagi sama Naren!
Lope - lope sekebon pete semua😍
pasti kelakuan nya si Candra itu