Jika benar yang dikatakan jodoh adalah cermin diri, bolehkah aku meminta mendapatkan jodoh yang lebih dari diriku?, karena aku adalah insan yang fakir ilmu,aku ingin mendapatkan seorang imam yang bisa menuntunku sampai ke surga Nya nanti.
pernikahan selalu di ibaratkan sebuah kapal, keselamatan penumpangnya di gantungkan pada Nahkoda nya, mampukah Nahkoda nya membawa kapalnya selamat hingga ke dermaga yang di tuju?.
Lalu bagaimana jadinya jika sebuah pernikahan yang terjadi karena sebuah keterpaksaan karena sebuah permintaan? apakah pernikahan itu akan bertahan? sedangkan yang berada di dalam nya tak saling kenal?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
selamat jalan Abang
Dan disinilah mereka,di sebuah pemakaman yang terletak tak jauh dari kampus mereka, sedikit di pinggiran kota,di sebuah pemakaman umum yang terlihat cukup terawat,Kiara yakin biayanya pasti tidak main-main,tapi tak apa,semoga tabungan nya masih cukup untuk mengganti semua nya, setelah nya ia akan berusaha untuk mencari pekerjaan part time setelah pulang kuliah.
Kiara masih bersimpuh di hadapan makan Angga, menatap dalam gundukan tanah masih basah dan di penuhi taburan bunga.
Kiara tak terlihat menangis,namun air matanya terus mengalir deras, sesekali ia mengusap wajahnya, menyingkirkan air yang membasahi pipinya.
" Abang.... selamat jalan ya,doakan Ara selalu berada dalam lindungan Allah SWT di sini,selalu berjalan di jalan yang di Ridhoi" ucap Kiara sendu.
Bibirnya tak henti melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, hatinya terus beristigfar agar di berikan kesabaran dan ketekunan untuk mampu menghadapi semua cobaan yang tengah ia rasakan,Kiara percaya Tuhan tau yang terbaik untuk Umat Nya.
" Kiara kami izin duluan ya,ada sedikit keperluan" pamit putri pada Kiara.
Kiara mengangguk, menunjukkan sedikit senyuman lembut" Terimakasih mbak,sudah mengantarkan Abang sampai di sini,sekali lagi Ara mohon maafkan segala salah dan khilaf Abang Kiara" ucap Kiara tulus.
Putri dan Moli mengangguk seraya tersenyum tipis, keduanya meninggalkan pemakaman,kini tinggal Aldo, Andre dan Aldizar, ketiganya masih berdiri menatap gundukan tanah,tak menyangka salah satu dari mereka telah pergi meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
" Kakak-kakak kalau ingin pulang silahkan,Kiara masih ingin di sini, kakak-kakak pasti punya kesibukan, terimakasih telah menolong Abang dan Kiara juga, tentang biaya semuanya bisa hubungi no Abang,Kiara akan aktifkan no itu" ucap Kiara sendu.
" Kalian duluan aja,gue belakangan,ada yang perlu gue omongin sama dia" ucap Aldizar pada kedua sahabatnya.
Aldo dan Andre mengangguk,mana mungkin Mereka berani pada Aldizar,sang ketua geng yang ngak mengenal kata ampun.
" Kami duluan bro,masih lugu itu jangan di apa-apain" ucap Andre sebelum meninggalkan pemakaman Angga,bisikan terakhir nya membuat Aldizar menatapnya tajam.
Sedangkan Aldo tertawa kecil melihat tatapan maut Aldizar pada keduanya,mereka menggeleng seraya mengangkat kedua tangan,tanda menyerah.
Akhirnya Aldo dan Andre meninggalkan Al dan Kiara, keduanya masih saling diam,Al berdiri tak jauh dari Kiara,gadis cantik itu masih berjongkok di samping makam Angga.
" Udah mendung,lebih baik Lo gue antar pulang,Lo bisa tinggal di cafe tempat biasa Angga tinggal selama ini" ucap Al tiba-tiba, wajahnya menatap datar punggung Kiara yang terlihat bergetar.
Kiara berdiri,sesaat ia menatap wajah datar Al,tapi setelah nya ia kembali menunduk" Ara akan tinggal di asrama, Minggu depan sudah mulai orientasi di kampus tempat Ara kuliah,dan Ara mendapatkan Asrama" ucap Kiara sopan.
Alis Aldizar berkerut mendengar ucapan Kiara,kuliah? Ternyata gadis belia itu calon mahasiswi,tapi ia tak bertanya di kampus mana Kiara akan kuliah,toh baginya itu tidak penting.
Aldizar melangkah meninggalkan Kiara,namun dengan cepat gadis cantik itu menyusulnya,berjalan tanpa ada yang bersuara, hingga keduanya tiba di sebuah mobil.
Saat Al akan memasuki mobilnya, Kiara bersuara,membuat gerakan pria tampan itu terhenti " Boleh Ara minta tolong untuk di antarkan ke tempat tinggal Abang selama ini? Ara ingin mengambil barang-barang pribadi milik Abang?" tanya Kiara sopan.
Aldizar tak menjawab,ia terlihat melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya,membuat Kiara paham mungkin pria yang berstatus sahabat Abang nya,juga berstatus sebagai suami siri nya itu sedang terburu-buru.
" Maaf jika sudah merepotkan,Ara belum tau alamat nya,atau bisa tolong tuliskan alamatnya di sini,Ara akan naik taksi saja" ucap Kiara cepat,kedua tangannya menyodorkan ponselnya yang telah terbuka sebuah aplikasi catatan.
" Masuk" perintah Aldizar dingin.
" Hah?" bingung Kiara,ia masih belum paham dengan apa yang pria di depannya itu ucapkan.
" Mau ke tempat tinggal Angga kan? Masuk" ucap Aldizar lagi dengan wajah datar dan suara yang lebih tegas, bahkan terkesan meninggi.
Barulah Kiara paham,ia menggeleng cepat" tidak usah kak,Ara bisa sendiri,cukup tolong tulis alamatnya saja" tolak Kiara sopan.
Namun dengan suara yang lebih keras Aldizar memerintah Kiara untuk segera masuk ke mobilnya" GUE BILANG MASUK...GUE GA SUKA PEREMPUAN MUNAFIK YANG BERSANDIWARA NOLAK KEBAIKAN ORANG..PAHAM..?" ucap Aldizar kasar.
Deg..
Ucapan nya cukup membuat Kiara terkesiap dan terkejut, sekaligus juga sakit,jantung dan hatinya berdenyut saat mendengar ucapan cewek munafik dari bibir Al yang di pastikan di tujukan untuk dirinya.
Tak ingin membuat keributan lebih parah,Kiara menuruti perintah Al,tapi mungkin hanya untuk kali ini saja, karena ia memang belum tau alamat sang Abang,ia baru tau alamat asrama kampusnya, karena memang ia sudah di beritahukan oleh pihak kampus,bahkan barang-barang pribadi milik nya sudah di antarkan ke asrama sebelum tadi Kiara ke rumah sakit,tapi ia hanya menitipkan nya di pos sekuriti.
Kiara memundurkan tubuhnya saat secara tiba-tiba Aldizar mendekat ke arah nya,Kiara sampai memejamkan matanya erat,dan kedua tangannya meremas sisian dress nya.
Klik..
Suara seal beat terpasang,Kiara menghembuskan nafasnya dalam seraya membuka matanya perlahan,ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil.
Sedangkan Aldizar mulai memutar stir mobil nya, melajukan kendaraan roda empat nya meninggalkan pemakaman,mobil melaju membelah jalanan kota jakarta,tak ada yang bersuara,hanya kesunyian yang terasa begitu hampa dalam mobil mewah tersebut.
Mobil berhenti di parkiran sebuah cafe,cafe yang terlihat ramai di kunjungi para anak muda, Aldizar turun tanpa mengatakan apapun,Kiara yang paham juga ikut turun, mengikutinya dari belakang,hari sudah mulai sore,Kiara ingat ia belum melaksanakan kewajiban empat rakaat nya.
" Kak...boleh tau dimana letak mushalla cafe ini? Ara belum shalat ashar,dan saat ini Ara tidak bawa mukena" tanya Kiara pelan, membuat Aldizar menghentikan langkahnya, lagi-lagi ia tak menjawab.
" IDa.." panggil nya pada salah seorang pelayan cafe.
" Ya Mas" jawab wanita yang mengenakan seragam cafe tersebut.
" Antarkan dia ke ruang sholat dan setelah nya antar dia ke ruangan pribadi Angga" perintah Al pada wanita tersebut.
" Baik mas,ayo dik" jawab wanita yang di panggil Ida tersebut,ia membimbing Kiara menuju suatu tempat.
Kiara mengangguk patuh, mengikuti langkah Ida, matanya melihat suasana cafe yang terlihat begitu nyaman,bersih dan elegan, pantas jika banyak pengunjungnya.
" Saya Kiara mbak, adiknya bang Angga" ucap Kiara memperkenalkan dirinya, membuat wanita itu melihat ke arah Kiara.
" Adik mas Angga? " tanya pelayan wanita itu seakan tak percaya.
Kiara mengangguk mantap" Sebagai adiknya saya mewakili Abang saya meminta maaf atas segala kesalahannya" ucap Kiara sendu.
Wanita bernama Ida itu mendekati Kiara, mengusap lembut punggung gadis muda itu" mas Angga itu sangat baik,dan tidak pernah marah, almarhum orang yang tegas dan bijaksana,kami disini semua sangat merasa kehilangan atas kepergian nya,mengapa orang baik selalu diambil lebih cepat,kamu yang sabar ya " ucap Ida tulus.
Kiara mengangguk seraya tersenyum tipis" terimakasih mbak, Alhamdulillah jika bang Angga baik pada semuanya,mbak sudah lama bekerja di cafe ini?" tanya Kiara.
" Sudah sekitar dua tahunan,sejak pertama cafe ini di buka,saya tinggal tak jauh dari tempat ini,kamu tinggal di mana?" tanya Ida.
" Saya akan tinggal di asrama mbak, kebetulan saya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan saya di Alexander university,andai saja saya tau bang Angga akan pergi,mungkin saya tidak akan mengambil kuliah di kota ini mbak" jawab Kiara.
" Oh kamu sudah akan kuliah,hebat kamu bisa dapat beasiswa di kampus elit seperti itu" puji Ida.
" Alhamdulillah mbak,saya datang ke sini ingin mengambil barang-barang pribadi milik bang Angga " ucap Kiara.
Ida mengaguk paham,ia menunggu Kiara yang akan shalat' Cantik banget ternyata adiknya mas Angga, pantas sih,mas Angga nya juga tampan banget,beda tipis dengan mas Al' batin Ida bermonolog sendiri.
Sekitar sepuluh menit kemudian,Kiara keluar dengan wajah yang terlihat lebih segar,kedua wanita beda usia itu menuju samping cafe, menaiki tangga menuju lantai dua yang terdapat cafe outdoor di bagian kanan, sedangkan di bagian kiri terdapat beberapa ruangan yang di pisah-pisahkan oleh taman mini.
" Ini ruangan pribadi mas Angga,dan ini kunci cadangan nya, silahkan,maaf saya tinggal ya,saya harus lanjut kerja lagi" ucap Ida.
Kiara mengangguk sopan" terimakasih banyak ya mbak atas bantuannya,maaf merepotkan" balas Kiara sopan.
Ida hanya tersenyum seraya mengangguk,ia meninggalkan Kiara setelah mengusap lembut punggung gadis muda tersebut.
Kiara memasuki ruangan tersebut dengan hati yang pilu, matanya memindai sekeliling ruangan yang terlihat begitu rapi,dan bersih,tidak terlalu luas namun juga tidak sempit,Kiara melihat ada sebuah single bed dan lemari dua pintu, terdapat juga meja kerja,tv lcd dan kulkas mini.
Kiara membuka jendela kaca, menyingkap tirai nya,Kiara melihat ada foto dirinya dan Angga saat mereka masih kecil,ada juga foto kedua orang tua mereka dan juga foto keluarga mereka.
Kiara mengusap pelan wajahnya yang basah oleh air mata,ia menatap lama foto kebersamaan ia dan keluarganya " Ara rindu kalian semua, katanya kalian semua sayang Ara? tapi mengapa tega meninggalkan Ara seorang diri di dunia ini?" Kiara menumpahkan tangisnya,saat sendiri ia akan rapuh.
Hingga sekitar tiga puluh menit kemudian,Kiara menuju sebuah ruangan yang ia tau adalah kamar mandi,Kiara membersihkan dirinya dan ia merapikan semua barang-barang pribadi milik Angga ke dalam sebuah koper yang terdapat di dalam lemari.
Setelah selesai Kiara menyeret koper berukuran lumayan besar tersebut, Angga memang tak memiliki begitu banyak barang, kehidupan mereka sudah terbiasa sederhana,Kiara meninggalkan ruangan tersebut setelah menguncinya kembali,ia menuruni tangga hingga tiba di lantai dasar cafe.
Kiara memasuki cafe setelah melakukan pemesanan taksi,ia meletakkan koper milik Angga di parkiran, menitipkan nya sebentar pada tukang parkir.
" Mbak... terimakasih ya atas bantuannya,ini kunci ruangan nya, sampaikan maaf bang Angga pada rekan mbak yang lain ya" ucap Kiara sopan.
" loh sudah selesai? Mana barang nya?" tanya Ida heran.
" Itu mbak,saya titip di parkiran sebentar,sambil nunggu taksi pesanan saya datang " ucap Kiara.
" Langsung pergi? Ga makan dulu?" tanya Ida merasa sangat heran, bukankah cafe itu milik Angga dan rekan-rekan nya, apakah Kiara tidak tau,itulah pertanyaan Ida.
Kiara tersenyum seraya menggeleng " tidak usah mbak,saya takut kemalaman dan ga di izinkan lagi masuk asrama" alasan Kiara, padahal ia berusaha agar tak lagi bertemu dengan Aldizar.
Ida yang memang tidak tau menahu soal peraturan yang berlaku di sebuah asrama akhirnya hanya mengangguk saja" Sebentar" ucap Ida pada Kiara.
Belum sempat Kiara menjawab Ida sudah lebih dulu berjalan cepat meninggalkan nya dan kembali dengan membawa sebuah paper bag.
" Bawa ini,ini salah satu menu andalan di cafe ini" ucap Ida memberikan sebuah paper bag, berlogo cafe tersebut, yang isinya beberapa kotak brownies aneka rasa dan beberapa bungkus cemilan kering.
" Terimakasih mbak, maaf merepotkan" ucap Kiara.
Ida menggeleng seraya tersenyum" tidak apa,ini tidak sebanding dengan kebaikan Abang kamu saat kami membutuhkan pertolongannya " jawab Ida lembut.
Beberapa pekerja lainnya melihat interaksi antara Ida dan Kiara, mereka penasaran dengan wajah wanita yang di katakan oleh Ida adalah adik dari salah satu bos mereka,yaitu Angga.
Kiara meninggalkan Ida setelah mengucapkan banyak terimakasih,ia juga meminta no ponsel Ida, sebagai pertemanan,Kiara merasa bahwa Ida adalah wanita yang baik dan tulus.
Sedangkan Ida saat ia kembali pada teman-teman nya langsung mendapatkan interogasi oleh mereka yang sangat penasaran.
" Lo beneran Da itu adik nya mas Angga? sumpah cantik banget ya" ucap seorang pelayan perempuan.
" Cocok sih,mas Angga kan juga tampan,jadi wajar kalau adik nya juga cantik " tambah yang satunya.
" Gue kira tadi pas masuk bareng big boss,itu pacar barunya,cantik banget sih,cocok banget sama big boss " ucap yang lainnya lagi,big boss yang di maksud adalah Aldizar, karena dialah pemilik saham terbesar di cafe tersebut.
Ida tertawa mendengar komentar-komentar rekan-rekan nya,ternyata sama seperti apa yang ia pikirkan saat pertama melihat Kiara yang datang bersama Aldizar sang big bos mereka.
Sedangkan Kiara sudah menaiki taksi online yang ia pesan, meninggalkan cafe menuju asrama yang akan menjadi tempat tinggalnya selama menempuh pendidikan di kota tersebut.
Kiara tak mau memikirkan tentang pernikahan nya dengan sahabat Abang nya, yang bahkan namanya saja ia tak tau,ia akan meminta waktu pada Al untuk bicara saat pikiran nya sudah merasa lebih tenang.
Kiara akan meminta pada Al untuk mengakhiri pernikahan mereka, karena hanya Al yang bisa melakukan itu,agar pria itu terbebas,Kiara sudah memutuskan untuk tidak akan menjadi beban untuk orang lain, sekalipun itu para mantan sahabat almarhum Abang nya Angga.