Tampan, kaya, pintar, karismatik mendarah daging pada diri Lumi. Kehidupan Lumi begitu sempurna yang membuat orang-orang iri pada kehidupannya.
Hingga suatu hari Lumi mengalami kecelakaan yang membuat hidupnya berada ditengah garis sial atau beruntung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mesta Suntana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 - Kerja hari pertama
Pagi ini Lumi bangun satu jam lebih awal. Lumi sengaja melakukan hal itu, Dia ingin asisten barunya di kenal tidak kompeten dalam kerjanya. Lumi mulai tersenyum jahil. Dia mulai meregangkan badannya kemudian bangkit dan bergegas ke kamar mandi.
15 menit kemudian.
Lumi terkejut pakaian untuknya hari ini sudah tergantung rapih di ruang pakaian Lumi. Kamar Lumi memiliki walk in closet di bagian ruang yang lain. Kamar Lumi bisa di katakan ada tiga sekat ; Kamar mandi, Kamar tidur yang di lengkapi ruang tengah, dan walk in closet yang begitu luas dan mewah.
Ada satu yang terlewatkan, ada satu pintu terhubung di ujung walk in closet milik Lumi. Pintu ini terhubung dengan kamar tidur asisten yang dulu, yang mana asisten pribadi yang memiliki wewenang masuk ke dalam ruangan itu. Para pelayan yang akan membersihkan walk in closet harus ada dalam pengawasan Wakil Asisten Kepala atau asisten pribadi Lumi.
Telapak tangan Lumi mendorong dahinya sedikit keras. Mata Lumi masih membulat. Dia terus melihat pakaian yang sudah asisten itu siapkan. Lumi merasa kalah. Dia tidak ingin sekali memakai pakaian itu, tapai di sisi lain pakaian itu sesuai seleranya. Rasanya seperti dia tahu apa yang akan Lumi kenalan sekarang. Dasi itu pun terlihat cocok dengan setelan jas yang telah di siapkan. Hati Lumi enggan menerima bahwa Dia menyukai orang yang bisa memilihkan dasi yang tepat. Apalagi dasi itu sudah terikat rapih, Lumi hanya tinggal memakainya saja. Suka tak suka Lumi memakai apa yang telah di siapkan.
Setelah mulai terasa rapih, Lumi bergegas menuju ruang makan. Saat pintu terbuka, asisten baru itu sudah berdiri di depan pintu kamar Lumi. Lumi sedikit terkejut dan berteriak melihat wanita itu ada didepannya. Lana sudah berdiri rapih, pakaian pantsuit hitam dengan kemeja putih terlihat biasa saja, itu bisa tertebak oleh Lumi. Hari pertama kerja semua orang pasti memakainya.
" Maaf Tuan, saya tidak berniat mengejutkan Tuan. " Jelas Lana sedikit khawatir.
Lumi hanya bisa tercekat. Sistem saraf Lumi tiba-tiba membeku beberapa saat. Setelah itu Dia kembali ke dunianya. Lumi mulai bersikap normal. Mata Lumi mulai menangkap apa yang Lana genggam. Tas berbahan kulit hitam dengan pegangan di atasnya. Tas kerja Lumi sudah Lana siapkan.
" Pagi Tuan. " Sapa Lana ramah.
" Pagi. " Jawab Lumi singkat yang langsung meninggalkan Lana.
Melihat Lumi pergi begitu saja Lana langsung mengikuti langkahnya dari belakang. Lumi merasa aneh dan canggung. Dia mencoba untuk bersikap biasa saja.
" Tuan jadwal kantor Tuan ada perubahan dari Asisten Tuan di Kantor. Tuan akan meeting terlebih dahulu di Shimizu Hotel. Setelah itu baru meeting di Shimizu Mall. Semua berkas yang di perlukan sudah ada di dalam, dan yang lainnya akan asisten Tuan berikan di tempat. " Jelas Lana yang mencoba mengimbangi langkah Lumi.
" Baik. " Jawab Lumi kembali singkat.
Lumi kini sudah berada di ruang makan, Lana langsung mengambil Jas Lumi dari tangannya. Celah. Hati Lumi tergelitik senang. Postur tegak dan sombong Dia tunjukan.
" Lain kali saat jas itu sudah berada di dalam genggamanmu. "
Lana terkejut dengan teguran Lumi. Mata Lana sedikit tidak fokus, panik mulai mencoba menghampiri Lana. Namun, Lana dengan tengan mengusir rasa panik tersebut.
" Baik Tuan, lain kali tidak akan terulang. Saya akan memperbaikinya. "
Senyum sirik itu terekam sekelibat dalam mata Lana. Mata Lana seperti terjentik sesuatu. Senyum itu terlihat seperti meremehkan Lana. Itu membuatnya terganggu. Tapi Lana tidak menghiraukannya, Lana dengan cepat kembali memfokuskan dirinya pada Lumi.
" Ini biasa dalam pekerjaan. " Hati Lana menenangkan dirinya.
Sarapan mulai tertata di hadapan Lumi. Otak Lumi mulai mencari kesalahan lagi.
" Lana, untuk sarapan dan makanan lainnya tolong konfirmasi dulu pada saya, terkadang Tuanmu ini ingin memakan sesuatu yang ingin saya makan. " Lumi tersenyum menghadap Lana.
" Baik Tuan. " Jawab Lana.
" Senyum tadi. " Mata Lana berkedut. Sepertinya Lana menyadari akan ada banyak rintangan yang akan Dia hadapi.
Lumi dengan wajahnya yang dingin segera menyantap sarapannya. Tapi di dalam diri Lumi, Lumi merasa dirinya menang. Kesenangan yang puas memenuhi hatinya.
Ini kekanak-kanakan sekali.