Menjadi sasaran cinta seorang gangster?
Gaby harus melewati cobaan yang lebih besar lagi ketika seorang gangster tertarik kepadanya. Namun dibalik ketertarikan Jax, si gangster kejam dan berpengalaman itu ternyata memiliki alasan lain, yaitu menuntaskan pekerjaannya dengan membawa Gaby ke pemimpin mafia bernama Salvatore Conti atas pengkhianatan yang ayah Gaby lakukan.
Jax yang diperintahkan untuk membunuh Gaby dengan diberi hadiah setimpal. Pria itu justru terjebak dalam cintanya sendiri sehingga membuat nya harus lari sejauh mungkin bersama Gaby untuk menghindari kejaran Salvatore dan anak buahnya. Dan melindungi wanita itu dari maut meski harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TDK — BAB 31
TIDAK ADA LAGI SELAIN KAMU
“Forever (Selamanya).”
Ucapan Jax seketika membuat keadaan di sana menjadi canggung dan hening.
Gaby mencoba mencerna ucapan itu, namun dia berfokus ke arah hati. Tentu, dia seorang wanita dan pasti mengikutkan hatinya. Sementara tatapan Jax yang sangat lekat dan serius membuat semuanya jelas.
Pria itu meraih tangan kanan Gaby, sehingga degupan kencang mulai menjalar di tubuhnya saat itu juga.
“Aku sudah memutuskannya. Bahwa aku ingin menikahi mu. Menikahlah denganku Gabriella Bon.” Ucap Jax begitu serius dan langsung, tanpa basa-basi.
Sedangkan Gaby rasanya tak bisa bernapas.
“Hffuuu— maafkan aku, ini— ini membuatku ... terkejut!” Gaby tersenyum dan mencoba menenangkan dirinya yang benar-benar berdebar.
Jax hanya tersenyum tipis, dan tangannya masih memegang tangan Gaby di atas meja.
“Kau memiliki banyak waktu untuk keputusan mu. Santai saja!” balas Jax benar-benar terlihat tenang walaupun sebenarnya dia juga sama berdebar.
Gaby meneguk wine nya sekali lagi, mencoba menenangkan dirinya agar tidak terlihat merona di hadapan Jax.
Oh yang benar saja! Dia sedang di lamar oleh mantan gangster yang saat ini menjadi mafia? Menjadi seorang pembunuh? -‘Rasanya seperti mimpi!’ pikir Gaby.
...***...
Moscow Russia — Mansion Vladimir Pushkin
Tok! Tok! Tok!
Tiga ketukan di pintu hingga seorang pria masuk dengan wajah tegas saat menghadap ke bosnya. Sosok pria berusia 50-an yang saat ini duduk santai dia sofa singelnya seraya menikmati cerutu dan segelas beer usai bekerja.
“Tuan! Salvatore dalam perjalanan. Dan soal keadaan di Mansion Martinez, itu benar. Ada seseorang yang meninggalinya saat ini.” Jelas pria berkulit putih dengan brewok dan kumis keemasan.
“Bagaimana soal kematian Martinez? Aku menginginkan dokumen lengkapnya, cari sekarang dan berikan kepadaku.” Pinta Pushkin berwajah garang yang saat ini tengah menghisap cerutunya.
Hingga keadaan ruangannya kembali hening. Pria itu menatap tajam ke arah lurus, terdiam dan mengingat sesuatu akan kejadian di masa lalunya.
“Meski sudah mati kau masih meninggalkan separuh darimu Martinez. Ini membuatku tidak nyaman hidup tenang setelah 8 tahun.” Gumam Pushkin meletakkan cerutunya dan bangkit dari sofa putihnya itu.
Siapa yang tidak kenal dengan nama Vladimir Pushkin? Di dunia kepolisian hingga kriminal dan bisnis, pria itu sangat terkenal. Dia pemilik bisnis ilegal terbesar setelah kepergian Martinez si rekan kerjanya yang dulu juga setara dengannya.
Namun kini sudah tidak ada lagi Martinez, dan itu membuat Pushkin tenang menjalankan bisnis nya.
Tit! [“Masuk Mr. Pushkin!”]
[“Kirimkan satu kotak kokain ke New York. Mereka harus merasakan kokain baru.”] Pinta Pushkin.
Ya! Dia melakukan panggilan jarak jauh, jauh di luar pulau. Pulau yang bernama Lotre. Pusat perdagangan ilegal yang menjadi incaran dari para mafia lain termasuk Pushkin sendiri yang ingin menguasai seorang.
...***...
“Hik!” Gaby tersenyum menahan rona di pipinya ketika dia cegukan akibat terlalu banyak minum wine.
“Sorry! Perutku sedikit kembung karena air wine!” ucapnya saat ia meraih tangan Jax dimana kini mereka berdua saling berhadapan dengan alunan musik yang siap menemani dansa mereka.
Tangan kiri Jax menekan punggung bawah Gaby sehingga tubuh mereka semakin merapat. Wajah Jax yang begitu dekat membuat Gaby sekilas tertunduk ketika pria itu menatapnya dan keningnya hampir saja menyentuh kepalanya.
“Kau selalu menghindari kontak mata kita.” Sindir Jax hingga Gaby memberanikan diri menatapnya.
“Aku hanya memastikan degupan ku dulu! Kau membuatku terkejut.” Sindir balik Gaby tersenyum sehingga pria tampan itu ikut tersenyum tipis saat mereka sudah mulai bergerak perlahan ke kanan dan kiri.
Senyuman mereka perlahan memudar saat menjadi tatapan serius dan dalam.
Mata cokelat Jax mulai bergerak menyusuri wajah hingga bibir peach Gaby. Tentu itu sebuah tanda-tanda bukan.
“Can I? (Bolehkah)?” tanya Jax dengan suara berat nan seraknya yang terdengar lembut.
Gaby mengangguk kecil. “Yes!” jawabnya pelan dengan tatapan gugup saat tangan Jax yang tadinya saling bergenggaman dengan tangannya kini beralih menelusup ke pipinya.
Sure! Pria itu mendekatkan bibirnya, mencium bibir Gaby yang masih terasa sama dan berbeda dari yang lain. Mungkin karena pengaruh dari perasaannya terhadap wanita itu.
Merasakan gerakan perlahan dari bibir Jax, Gaby yang memejamkan matanya, kini ia ikut menggerakkan bibirnya hingga ciuman pelan dan santai mereka menjadi panas dan menggebu.
Suara cecapan hingga napas memburu mulai terjadi saat keduanya tak bisa mengendalikan diri dari hawa nafsu birahi mereka.
“That is enough! (Itu sudah cukup)!” ucap Jax saat dia melepaskan ciuman mereka yang kini nampak menetralkan napas masing-masing setelah hampir kehabisan oksigen.
“I don't think it's enough! (Aku rasa belum cukup)!” balas Gaby tersenyum malu hingga Jax berkerut alis mendengarnya.
“Not enough? (Belum cukup)?”
Gaby menatapnya dengan malu-malu tapi mau. Wanita itu salah besar karena sudah memancing birahi Jax. Pria mana yang tidak akan tergoda jika mendapat akses seperti itu.
Gaby bergerak mencium bibir Jax, mencoba mengikuti gerakan pria itu setiap kali menciumnya lebih dulu. Tentu saja Jax tersenyum dalam ciuman tadi hingga pria itu meriah tubuh Gaby dan menggendongnya bak koala.
Tanpa melepas ciuman mereka, ketika kedua kaki Gaby melingkar di pinggang Jax sampai pria itu membawanya ke atas kasur, menindihi tubuh Gaby dan sejenak melepaskan ciumannya.
“Kau yang memintanya, jadi aku harap tidak ada penundaan.” Goda Jax sembari melepaskan jas dan kemeja putihnya yang membuat dia bertelanjang dada menunjukkan tatto di dadanya.
Gaby tak menjawabnya namun dia merespon setiap gerakan Jax pada tubuhnya.
Cup! Ciuman yang tanpa henti hingga turun ke leher, dimana Jax mulai melepaskan dress bagian atas Gaby dan menurunkannya saat kain tersebut menghalangi leher jenjangnya.
“Ahhh~ ” desah Gaby ketika Jax mulai menggigit leher putihnya penuh gairah.
Puas bermain di leher hingga pundak dan tulang selangka. Kedua tangan Jax menurunkan dress pink itu hingga lepas dari tubuh seksi Gaby.
Pria itu menatap mata indah Gaby dan membelai wajahnya hingga wanita itu memejamkan matanya saat merasakan sentuhan Jax yang lembut di wajahnya.
“Berapa wanita yang sudah kau tiduri Jax?!” goda Gaby tersenyum tipis saat dia kembali membuka mata.
“One and one!” Jawab Jax yang masih menatapnya.
Gaby berkerut alis dan tersenyum bingung, sampai Jax berbisik sensual. “One, just one last one. That's you. (Satu, hanya satu yang terakhir. Yaitu kau)!”
Jax kembali menatap Gaby hingga akhirnya dia mulai turun ke payudaranya dan bermain di sana. Tentu gerakan itu membuat Gaby refleks membuka mulutnya saat desahan keluar ketika ia terangsang.
“Jax~ ”
“Ya! Panggil namaku, sayang!” balas Jax Enang sendiri saat ia perlahan mulai menunjukkan jati dirinya seperti dulu, tentunya hanya kepada Gaby seorang
...°°°...
Hai guyss!!!! Maaf ya kalau ceritanya kurang menarik. Saya hanya mengikuti apa yang ada di otak kecil saya 😌😁
Semoga saja kalian betah dengan ceritanya walaupun, sedikit membosankan 😬 Tapi tenang... Seperti biasa akan ada dag-dig-dug dan plot twist serta TTS (Teks Teki Sialannya )😅
So... jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya selalu!!!!
Thanks and See Ya ^•^