Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 11
Mina terbangun pagi-pagi sekali dan merasa seluruh tubuhnya kelelahan. Ia duduk dan menatap sekeliling kamar. Ah, ini kamarnya yang ada di rumah kakak iparnya. Gadis itu lalu memegangi kepalanya yang masih terasa pening. Ia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Lalu Mina menutupi mulut dengan kedua tangannya.
Astaga! Apa yang sudah kau lakukan Mina? Kau dan kak Foster ...
Ya ampun, Mina sangat malu. Tapi semalam ia sungguh tidak tahan. Dia ingat dirinya membalas ciuman panas sang kakak ipar. Setelah itu ...
Mina tidak ingat lagi apa yang terjadi setelahnya. Sepertinya Foster tidak menyentuhnya sama sekali. Buktinya ketika ia bangun dirinya berada di kamar dan tak ada rasa sakit di area ke w a n i t a annya.
Hufftt ...
Aman. Gadis itu bernapas lega. Ia pikir Foster akan mengambil keuntungan di saat dirinya mabuk. Ternyata laki-laki itu masih ada hati. Mina lalu mengingat nasibnya lagi yang menyedihkan. Ia baru saja putus cinta, menyedihkan sekali. Dia pikir selama ini Paul sering bicara padanya karena pria itu menyukainya juga, ternyata gadis itu salah besar.
"Mina, kamu sudah bangun belum?" ketukan pintu berbunyi dari luar kamarnya diiringi dengan suara kakaknya.
"Udah kak," sahut Mina langsung.
"Kalau begitu keluar sarapan dulu, nanti dingin sarapannya." seru Iren lagi dari luar.
"Baik kak,"
Lalu dengan langkah malas Mina turun dari kasur menuju lantai bawah.
Di meja makan sudah duduk Foster dengan pakaian lengkapnya. Pria itu menatap sekilas ke Mina tapi Mina terus menunduk. Ia malu akan kejadian yang terjadi semalam. Ia bersalah. Berani mencium kakak iparnya sendiri. Gadis itu merasa berdosa pada kakaknya. Foster didepannya tersenyum menyeringai.
"Dek, ceritain kenapa kamu sampai mabuk semalam?" Mina menaikkan wajahnya menatap Iren.
"Itu, a ... Semalam ada pesta sama temen-temen, jadi aku minum sedikit kak," jawab Mina bohong. Jelas ia minum di bar, bukan di pesta. Dan dia minum karena patah hati.
Foster tersenyum miring mendengarnya. Tentu karena tahu adik iparnya sedang berbohong.
"Mina, lain kali kamu harus jaga diri. Jangan sampai mabuk kayak semalam lagi. Untung Foster yang bawa kamu pulang. Kalo pria hidung belang gimana? Mereka pasti sudah ambil keuntungan dari kamu." kata Iren lagi blak-blakan.
Mina terdiam. Tapi menurutnya kak Foster juga bukan tipe pria baik, malah pria itu yang paling berbahaya. Buktinya semalam terjadi adegan panas antara keduanya. Meski nggak sampai keterusan. Beberapa hari yang lalu juga pria itu menyentuh tubuhnya dengan berani, membuatnya melayang dan membuat sekujur tubuhnya bergetar karena sentuhannya. Itu adalah sentuhan pertama dari seorang pria pada dirinya yang tidak akan pernah dia lupakan.
Mina bingung kenapa kakaknya bisa mau menikah dengan laki-laki seperti kak Foster ini. Padahal wanita seperti kakaknya masih bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik. Ia akui kak Foster tampan, sangat tampan malah. Dan memiliki segalanya. Tapi pria itu adalah jenis pria yang nggak setia. Dari caranya memperlakukan kakaknya dan dirinya sendiri, Mina bisa tahu. Sayangnya gadis itu tidak bisa bilang pada sang kakak tentang keburukan Foster, karena dia sendirilah yang sudah mengkhianati kakaknya memiliki hubungan terlarang dengan sang kakak ipar. Apa jangan-jangan kak Foster juga berhubungan dengan wanita lain diluar sana?
"Ayo makan. Kakak buatin sop buat kamu, biar pusingmu hilang." ucap Iren kemudian.
Mina menggangguk lalu meneguk SOP ayam buatan kakaknya. Matanya tidak mau memandangi Foster karena kejadian memalukan semalam. Ia tahu laki-laki itu tengah memperhatikannya, tapi ia tidak peduli dan terus berpura-pura cuek.
"Setelah ini kamu mandi dan ke kantor bareng Foster." mata Mina sukses melebar mendengar perkataan Iren.
"Nggak usah, aku bisa naik taksi kok." gadis itu menolak halus.
Tapi Iren menggeleng,
"Nggak bisa Mina. Kakak udah janji sama mama bakalan jagain kamu selama kamu tinggal di sini. Lagian tujuan kamu dan Foster sama. Kalian sekantor, apa salahnya naik mobil dia. Kalau kamu nggak mau jadi perhatian orang-orang, kamu bisa turun dekat kantornya, biar nggak ada yang curiga macam-macam," kata Iren panjang lebar. Pandangannya berpindah ke Foster yang tampak tersenyum puas. Semua ini adalah kemauan lelaki itu, Iren hanya membantunya saja. Demi kelancaran rencana mereka.
Menurut Iren, Foster memang sudah gila. Cara berpikirnya sangat ribet. Bisa saja laki-laki itu langsung bilang pada Mina kalau pernikahan mereka hanyalah pernikahan kontrak dan dia bisa mengejar Mina dengan bebas. Tapi laki-laki itu malah ingin bermain-main. Tapi ya sudahlah, Iren tidak bisa berbuat apa-apa dengan keputusan pria yang menjadi salah satu investor utama di perusahaan keluarganya itu.
Bagi Iren, Foster adalah mesin uang. Sebenarnya beruntung menikah dengan pria itu sekalipun hanya pernikahan kontrak, sayangnya Iren tidak menyukai Foster sama sekali. Ia sudah memiliki tambatan hatinya sendiri. Tak kalah keren dari Foster. Meski dalam banyak bidang Foster jauh lebih unggul.
Iren berharap hubungan Foster dan adiknya bisa berjalan dengan lancar, sayang sekali kalau tidak. Foster adalah sosok laki-laki yang sangat langka. Kualitasnya berbeda jauh dengan beberapa pria mapan lainnya. Iren berani jamin, karena sudah cukup lama ia mengenal pria itu.
"Tapi kak aku belum siap dan kak Foster sudah." ucap Mina beralasan.
"Aku bisa menunggu," ujar Foster mengangkat suara lalu menatap Mina lurus-lurus dengan alis naik turun. Mina meringis pelan. Kenapa susah sekali menghindari laki-laki ini sih.
Habis makan Mina mandi secepat kilat. Nggak enak juga membuat suami kakaknya menunggu.
"Kamu tidak mengeringkan rambutmu dengan baik Mina," ucap Foster menatapi Mina. Pria itu berdiri sambil bersandar di mobil hitam mewah miliknya.
Mina memutar bola matanya malas. Memangnya kenapa? Toh nanti bakal kering sendiri juga.
"Nanti juga kering sendiri kak." katanya lalu masuk mobil. Ketakutannya terhadap kakak iparnya entah kenapa perlahan-lahan memudar. Tapi rasa malu akan kejadian semalam belum bisa hilang. Ciuman pertamanya ...
Saking sibuknya memikirkan kejadian semalam, Mina sampai-sampai tidak menyadari Foster telah berada didekatnya. Ia kaget setelahnya.
"Kak Foster ngapain?" serunya kuat, terdengar agak panik. Dia pikir kakak iparnya akan menciumnya lagi.
"Membantumu pasang seatbelt. Aku sudah memanggil-manggilmu tadi tapi kau terus melamun. Katakan, apa yang sedang kau lamunkan, apa tentang kejadian semalam?"
"Nggak! Aku nggak ingat apa-apa tentang kejadian semalam!" seru Mina kuat. Foster tersenyum miring.
"Berarti aku benar. Kau mengingatnya, ciuman panas kita." kata pria itu. Mina langsung menunduk malu.
"Kalau kak Foster bahas itu terus, aku akan keluar sekarang dan naik taksi saja." ancamnya kemudian. Foster meliriknya lagi.
"Oh mulai berani mengancam ya, nona kecil." ia melihat Mina mengangkat dagu tinggi-tinggi balas menatapnya. Pria itu tertawa. Ingin sekali ia gigit bibir itu, tapi ditahan.
"Baiklah manis, sekali-kali aku akan mendengar apa maumu." katanya kemudian sembari mengacak-acak rambut Mina.