NovelToon NovelToon
Laila

Laila

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Janda / Anak Yatim Piatu / Keluarga
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kuswara

Di usianya yang baru menginjak 17 tahun Laila sudah harus menjadi janda dengan dua orang anak perempuan. Salah satu dari anak perempuan itu memiliki kekurangan (Kalau kata orang kampung mah kurang se-ons).

Bagaimana hidup berat yang harus dijalani Laila dengan status janda dan anak perempuan yang kurang se-ons itu?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Seorang diri Arman menghadap kepala sekolah di rumahnya. Karena Laila harus menemani Salwa yang tidur pulas di mobil. Setela beberapa lama bicara empat mata, pertimbangan keinginan Salwa yang begitu gigih ingin sekolah. Laila juga yang pernah mendatanginya beberapa kali meminta kebijakan untuk Salwa.

Bapak kepala sekolah pun akhirnya mengizinkan Salwa untuk sekolah di sana. kalau selama tiga bulan dalam masa percobaan Salwa ada kemajuan maka sekolahnya akan berlanjut. Tapi kalau tidak ada perubahan, maka dengan terpaksa Salwa harus berhenti sekolah.

Wajah sumringah Arman tunjukkan saat masuk ke dalam mobil menatap Salwa yang masih pulas. Kemudian beralih pada Laila.

"Senin besok Salwa sudah bisa sekolah."

"Alhamdulillah, bagaimana kamu meyakinkan Pak kepala sekolah?."

"Sudah jalannya. Tapi selama tiga bulan ini kita harus bantu Salwa juga belajar di rumah. Supaya bisa mengikuti pelajaran yang ada di sekolah. Itu kesempatannya."

"Iya, biar dibantu guru les saja."

"Boleh-boleh."

Mobil Arman melaju lagi menuju tujuan terakhir, rumah Laila. Tiba di rumah Laila, Arman pun segera pamit karena hampir satu hari ini menemani Laila.

"Kakak mau sekolah, Bu?." Halwa bergelayut pada Ibu Laila yang sedang menyiapkan buku pelajaran Salwa.

"Iya, sayang."

"Kalau aku belum sekolah 'kan, Bu?."

Laila mengusap rambutnya Halwa. "Belum, tapi nanti sekolah juga."

"Iya."

"Aku mau belajar lagi" Halwa bangkit lalu mengambil buku pelajarannya.

Lelah sebenarnya, tapi pesanan harus segera dibuatnya karena sudah mau diambil. Laila pun sibuk di dapur dengan Teh Linda, karena Teh Yayuk melayani pembeli.

Pesanan telah diantar semua, Laila membersihkan teras karena sudah tidak ada kue yang tersisa.

"Maaf Laila."

Laila menghentikan aktivitasnya, lalu menghampiri Bapak yang selalu menjual pisang padanya.

"Ada apa, Pak?."

"Pisangnya sudah habis, jadi saya mau mengembalikan uangnya."

Laila menerima uangnya. "Habis sama sekali ya, Pak?."

"Iya."

"Tidak apa-apa, nanti coba saya cari di tempat lain."

Bapak itu pergi dengan perasaan bersalah. Karena kenyataannya anak dari Bapak itu ingin membuka usaha yang sama dengan yang telah Laila bangun. Jadi semua pisang kini dikuasai oleh anaknya.

Laila segera ke dapur guna mengecek persediaan pisangnya ternyata kurang untuk memenuhi semua pesanannya. Laila cukup kelimpungan mencari tukang pisang yang memiliki pisang siap panen.

Kini Laila menghubungi Teh Yayuk setelah Teh Linda sedang mengantar Ibu mertuanya berobat. Dan Teh Yayuk pun tidak bisa mengantarnya karena sedang ke rumah saudaranya di kampung sebelah. Laila pun menatap kedua anaknya yang sedang belajar. Mau tidak mau harus membawa kedua anaknya mencari tukang pisang.

Hari semakin gelap, Laila dan ketiga anaknya berjalan menuju kampung tetangga. Katanya di sana ada penjual pisang. Sampai di tempat yang dituju, Laila harus bersabar karena ternyata sudah habis karena untuk acara hajatan. Laila pun ditunjukkan dua kampung dari tempatnya, di jamin di sana selalu ada pisang yang dibutuhkan Laila.

"Bu, aku capek." Halwa menahan tangan Ibunya.

Geluduk sudah terdengar, langit semakin gelap, sebentar lagi pasti turun hujan.

"Ya sudah kita berhenti dulu di Musala, lalu kita lanjut lagi."

Halwa mengangguk. Langkah mereka pun tertuju pada Musala yang ada di depan mereka. Laila melaksanakan shalat dulu dengan pakaiannya yang serba panjang. Sebelum Halwa mengantuk, Laila mengajak anak-anaknya untuk melanjutkan perjalanan.

Setelah berjalan kurang lebih satu jam Laila dan anak-anak tiba di rumah tukang pisang. Keadaan mereka sudah basah kuyup. Karena hujan turun dengan sangat deras. Perjuangan Laila berbuah manis ketika apa yang dibutuhkannya tersedia.

Tidak tanggung-tanggung Laila membeli semua pisang yang ada di sana dan untungnya si tukang pisang memiliki mobil pick up untuk mengantarnya sampai rumah. Istri si tukang pisang berbaik hati memberikan kain yang baru pada Laila untuk menutupi tubuhnya yang basah kuyup.

Laila kembali tiba di rumah sekitar pukul satu malam. Pisang sudah aman berada di tempatnya, Laila pun berulang kali meminta maaf pada kedua putrinya yang kedinginan. Air hangat sudah Laila taruh di baskom besar, kedua anaknya berendam sebentar sebelum dimandikan bersih.

Air mata Laila jatuh deras, menyaksikan kedua anaknya tidur. Pasti mereka sangat kelelahan menemaninya sejauh ini. Laila mengecup kening mereka, sangat berharap kedua anaknya baik-baik saja setelah kena hujan cukup lama.

Handphone Laila berdering, nama Arman yang muncul.

"Apa susahnya kamu minta tolong sama aku, Laila?."

"Kenapa lebih senang menyiksa dirimu sendiri dan anak-anak?."

"Kenapa senang banget hidup susah padahal ada banyak kemudahan di depan mata kamu?."

"Kalau pun kamu mau menderita, setidaknya jangan bawa anak-anak. Kamu bisa menitipkan anak-anak padaku atau pada yang lain."

"Dengar aku, Laila??!!."

Laju air matanya semakin deras tidak terbendung. Seluruh tubuhnya sangat sakit, matanya berat dibarengi rasa perih, perutnya sangat lapar, kepalanya pusing, sekarang hatinya tambah sakit dengan ucapan Arman yang sebenarnya sudah bercokol di dalam dadanya. Dirinya pun telah puluhan kali menyampaikan permohonan maafnya secara langsung pada kedua putrinya.

Sambungan telepon terputus, di tengah rasa sakit yang mendera tubuhnya. Laila tetap mengerjakan pesanan yang bisa dikerjakannya. Rasa kantuknya semakin jauh setelah kata-kata Arman yang sangat menyakitinya.

Pesanan sudah rapi tepat pukul lima pagi, Laila pun segera shalat subuh dan entah seperti apa rasa sakit pada tubuhnya hingga tubuhnya jatuh ke depan dan Laila tidak sadarkan diri.

Tidak berselang lama Arman datang, karena tidak ada respon setelah lima belas mengucapkan salam. Arman pun memberanikan diri masuk pada saat tahu pintunya tidak di kunci.

"Laila!."

Arman segera mendekati Laila yang masih terbalut mukena lusuh.

"Laila" Arman menyentuh tangan Laila dan ternyata demam.

Arman segera menghubungi Teh Linda dan Teh Yayuk untuk segera datang, menjaga Halwa dan Salwa. Sedangkan dirinya akan membawa Laila ke bidan.

Akhirnya Laila sadar setelah tiga puluh menit berada di rumah bidan dengan infus yang terpasang. Tatapan keduanya beradu dan Laila yang memutusnya lebih dulu.

"Kamu demam tinggi jadi saya bawa kamu ke sini."

"Anak-anak di mana?."

"Di rumah bersama Teh Linda dan Teh Yayuk."

Laila menarik napas panjang lalu membuang wajah saat Arman menatapnya.

"Teh Linda memintaku mengantar kamu. Pas sampai sini, kamu dan anak-anak sudah tidak ada. Tidak membawa handphone juga."

"Saya ingin melakukan yang saya bisa, tanpa harus meminta tolong terus sama kamu."

"Memangnya kenapa kalau minta tolong sama aku? Gengsi? Ada yang melarang atau kenapa?."

Laila terdiam tanpa berani menatap Arman, tanpa disadarinya kebaikan laki-laki itu memunculkan perasaan yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Laila tidak ingin termakan dengan perasaannya sementara kenyataannya sangat menyakitkan.

Perasaan itu cukup hanya untuk dirinya sendiri dan perasaan itu entah seperti apa wujudnya. Namun Laila begitu nyaman dan terasa memiliki Arman seperti dalam mimpi-mimpinya.

Bersambung.....

1
Watini Salma
jadi penasaran kelanjutannya Laila sama Arman apa berjodoh ya
La Rue
semoga ikhtiar Laila berhasil demi kebaikan anak-anaknya
La Rue
Laila tetaplah kuat buat kedua anakmu
Sadiah Suharti
lanjut thor
Watini Salma
cerita nya ringan enak dibaca nya mudah dipahami menarik dan menginspirasi, lanjut kakak /Good//Pray/
Watini Salma
Alhamdulillah up lagi, semoga Laila jadi orang sukses dan bahagia dengan kedua anak nya
Watini Salma
lanjut kakak, cerita nya menarik tetap semangat ya
La Rue
Ditunggu kelanjutannya
La Rue
pasti mau memfitnah Laila ni
seftiningseh@gmail.com
semangat buat up nya kak
jangan lupa dateng aku di karya ku judul nya istri kecil tuan mafia
La Rue
Alhamdulillah rezeki Laila dan anak-anaknya
QueenRaa🌺
lanjut thorr! semangat up💪

jangan lupa mampir di beberapa karyaku ya😉
La Rue
ceritanya bagus ditunggu kelanjutannya...🥰👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!