Seorang gadis bernama Arumi terjebak satu malam di kamar hotel bersama pria asing. Tak di sangka pria itu adalah seorang CEO. Orang terkaya di kotanya. Apa yang akan Arya lakukan pada Arumi? apakah Arya akan bertanggung jawab dengan kejadian malam itu, lalu bagaimana dengan calon istri Arya setelah tahu hubungan satu malam Arya dengan Arumi. Apakah dia akan membatalkan pernikahannya dengan Arya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamparan untuk Olivia
Dua hari, Pak Rizal dirawat di rumah sakit. Bu Rani sejak kemarin sudah mencoba menghubungi Olivia. Namun nomer Olivia tidak pernah aktif. Bu Rani menyesal, kenapa kemarin saat Olivia menelponnya, dia tidak meminta Olivia untuk pulang.
"Ma, gimana Olivia. Apa dia sudah bisa dihubungi?" tanya Pak Rizal.
"Nomer Olivia nggak aktif Pa," jelas Bu Rani.
"Ma, Papa harus mencari Olivia ke mana. Olivia harus minta maaf sama Arya. Gara-gara Olivia kabur dari pernikahannya, kita yang susah begini. Arya mengancam akan memutuskan hubungan kerja sama dengan perusahaan kita. Cuma Olivia yang bisa membujuk Arya."
"Mama juga nggak tahu kita akan cari Olivia ke mana. Mama juga bingung Pa."
"Coba Mama telpon sekali lagi Olivia. Siapa tahu, nomer Olivia sudah aktif."
Bu Rani mengangguk. Setelah itu dia mengambil ponselnya untuk menelpon Olivia. Beberapa saat kemudian, suara Olivia terdengar dari balik telpon.
"Halo Ma."
"Halo Olivia. Kamu kemana aja Olivia. Kenapa nomer kamu nggak bisa dihubungi dari kemarin?"
"Maaf Ma. Hape aku kemarin jatuh ke air. Jadi mati. Dan sekarang sudah nyala lagi."
."Kok bisa sih hape sampe jatuh ke air."
"Ada apa Ma?"
"Papa kamu sakit Olivia. Sekarang dia ada di rumah sakit."
"Papa sakit?"
"Iya Olivia. Apa kamu bisa pulang?"
"Tapi kata Mama, Papa masih marah sama aku. Dan aku nggak boleh pulang dulu."
"Oliv. Kamu harus pulang sekarang. Kalau kamu nggak mau pulang, Mama takut, kondisi Papa kamu akan semakin memburuk. Dia ingin bertemu kamu Oliv."
"Baiklah aku akan pulang Ma. Apa Papa di rawat di rumah sakit tempat aku kerja?"
"Bukan Olivia. Papa dirawat di rumah sakit yang dekat rumah kita."
"Ya sudah kalau gitu. Mama tunggu aku ya."
"Iya Olivia."
Setelah memutuskan saluran telponnya, Bu Rani menatap suaminya.
"Bagaimana Ma? Apa Olivia mau pulang?"
"Iya. Dia mau pulang Pa."
***
Setelah mendapat telpon dari ibunya, Olivia buru-buru mengemasi barang-barangnya untuk segera meninggalkan tempat Stefan. Sewaktu pergi ke tempat Stefan, Olivia memang tidak membawa banyak barang. Dia hanya membawa beberapa setel baju saja.
Olivia memasukan baju-bajunya ke dalam tasnya. Dia kemudian berjalan sampai ke pintu depan. Olivia terkejut saat melihat Stefan ada di depan pintu.
"Stefan."
"Kamu mau ke mana Liv?" tanya Stefan.
"Aku mau pulang Stef. Papa aku sakit. Dan sekarang dia ada di rumah sakit."
"Papa kamu sakit. Terus kamu mau pulang?"
"Iya."
"Aku antar kamu ya Liv."
"Nggak perlu Stef, aku bisa pulang sendiri. Aku juga nggak mau pulang ke rumah. Tapi aku mau ke rumah sakit."
"Tapi Liv. Ini sudah malam lho. Nggak baik malam-malam wanita keluar sendirian. Biar aku antar ya."
Olivia mengangguk.
Setelah itu, Olivia dan Stefan pergi meninggalkan apartemen. Mereka meluncur pergi untuk ke rumah sakit.
"Liv, sebenernya ada sesuatu yang ingin aku bicarakan sama kamu," ucap Stefan di sela-sela menyetirnya.
Stefan sudah tidak bisa menahan lagi perasaannya. Olivia harus tahu kalau selama ini Stefan itu mencintainya.
"Oh. Iya. Kamu mau bicara apa?" tanya Olivia.
Salah satu tangan Stefan, meraih tangan Olivia dan menggenggamnya erat.
"Liv, aku sudah tidak bisa memendamnya lebih lama lagi. Sebenarnya selama ini aku suka sama kamu."
Olivia terkejut saat mendengar ucapan Stefan. Olivia buru-buru melepaskan tangannya dari genggaman Stefan.
"Hehe...kamu bicara apa Stef. Kamu pasti sedang bercanda kan?"
Stefan tiba-tiba menghentikan laju mobilnya. Dia menatap Olivia lekat.
"Liv, aku nggak bercanda. Aku serius," ucap Stefan sembari memegang ke dua bahu Olivia. Dia ingin meyakinkan Olivia kalau dia memang serius dengan ucapannya.
"Aku benar-benar jatuh cinta sama kamu Liv. Sudah lama aku memendam perasaan aku sama kamu. Sebelum kamu kenal dengan Arya, aku juga sudah suka sama kamu. Aku takut untuk mengungkapkan perasaan ini, karena aku takut merusak hubungan persahabatan kita. Aku takut kamu akan jauhin aku. Dan sekarang aku tidak mau kehilangan kamu Liv. Aku nggak rela kamu menikah sama Arya. Karena dia itu lelaki brengsek. Aku nggak mau dia sampai nyakitin kamu. Karena dia itu play boy. Suka gonta-ganti wanita."
"Jadi ini, alasan kamu mau membantu aku kabur dari pernikahan aku?"
"Iya Liv. Apa kamu tahu, kalau hati aku itu hancur, saat aku tahu kamu akan menikah dengan Arya. Tapi beberapa hari sebelum pernikahan kamu, aku mendapatkan video Arya dengan seorang wanita."
"Dari mana kamu mendapatkan video itu. Jelaskan sama aku!"
Stefan diam. Dia bingung untuk menjelaskan pada Olivia tetang Video itu. Sebenarnya Vidio itu di ambil dari CCTV hotel tempat Arya dan Arumi bersama malam itu. Namun itu hanya diambil sebagian saja. Karena CCTV hotel mendadak rusak.
Waktu kejadian malam itu, memang ada seseorang yang sengaja berkomplot untuk menjebak Arya dan Arumi. Dan itu sangat sulit untuk dijelaskan. Karena Stefan ikut andil didalamnya, makanya dia tidak akan pernah menjelaskan pada Olivia tentang kejadian malam itu.
"Aku nggak tahu Liv, dari mana asal video itu. Tapi aku mendapatkan video itu dari nomer yang tidak aku kenal."
"Kenapa bisa orang itu mengirimnya ke kamu. Dari mana dia mendapat nomer kamu. Dan apa maksud dan tujuan orang itu mengirim video itu ke kamu. Apa jangan-jangan, Mas Arya sudah dijebak. Ada yang ingin menghancurkan reputasinya."
"Liv, sudahlah, jangan bahas ini lagi. Kita harus cepat-cepat ke rumah sakit untuk menemui ayah kamu."
"Iya Stef."
Olivia tidak mau terlalu banyak memikirkan tentang masalah itu. Baginya sekarang, adalah ayahnya yang terpenting.
Sesampainya di depan rumah sakit, Stefan menghentikan laju mobilnya.
"Liv, apa aku boleh ikut kamu masuk?" tanya Stefan.
"Jangan Stef. Orang tuaku masih marah sama aku. Aku takut, kamu nanti yang akan jadi sasaran kemarahan mereka. Bagaimana kalau kamu dituduh menculik dan menyembunyikan aku. Aku nggak mau kamu terlalu dalam terlibat dalam masalahku."
Stefan mengangguk.
"Baiklah. Lain kali aja aku mampir ke sini."
"Aku turun ya Stef. Terimakasih sudah mau mengantar aku sampai rumah sakit."
"Iya "
Olivia kemudian turun dari mobil Stefan. Dia juga membawa tas bajunya. Olivia kemudian masuk ke dalam rumah sakit dengan membawa tas yang berisi beberapa setel baju.
Olivia melangkah ke ruangan ayahnya. Sesampainya di sana, Olivia masuk ke dalam ruangan itu.
"Mama, Papa," ucap Olivia.
Bu Rani dan Pak Rizal menatap Olivia bersamaan. Mereka terkejut saat melihat Olivia.
"Olivia, dari mana aja kamu Olivia!" ucap Bu Rani dengan nada tinggi.
"Maafkan aku Ma, Pa. Aku sudah membuat kekacauan dan membuat kalian malu."
Bu Rani melangkah menghampiri Olivia.
Plak.
Satu tamparan mengenai pipi mulus Olivia. Olivia memegangi pipinya yang sakit.
"Olivia. Kamu sudah mempermalukan Mama dan Papa di depan semua orang termasuk Arya dan keluarganya. Apa cukup hanya dengan kata maaf bisa merubah segalanya. Gara-gara kamu kabur dari acara pernikahan kamu, Arya mengancam akan memutuskan hubungan kerja sama dengan perusahaan ayah kamu. Apa kamu mau keluarga kita bangkrut dan hidup miskin lagi seperti dulu," ucap Bu Rani panjang lebar.