Alhambra; PUTRA KEDUA keluarga Rain yang dikenal nakal dan urakan. Pemuda dengan segala keburukan yang tercetak di keningnya.
Sialnya, pemuda problematik tersebut harus mengalami kelumpuhan usai balap liar di satu minggu menjelang pernikahan.
Tanpa diketahui sebelumnya, calon istri idaman Alhambra justru mengincar PUTRA PERTAMA yang dianggap lebih sempurna dibanding Alhambra.
Drama kaburnya Echy, membawa Kinara kepada sebuah pernikahan. Kinara Syanara yang harus rela menjadi tumbal, menggantikan saudari tirinya sebagai mempelai wanita untuk Alhambra.
"Cowok badboy yang lumpuh kayak Alhambra itu lebih cocoknya sama cewek jelek kayak kamu, Kinara!"
Visual ada di Igeh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPA TIGA LIMA
Alhambra dibawa ke dalam, Rochmat ikut membantu memapah. Di sofa ruang tengah, Alhambra terus mendesis, seakan tersiksa.
Tubuh panas sekujur-nya, wajah memerah sedikit padam, dan kondisi ini mengingatkan Kinara pada pertemuan ketika Alhambra mabuk di bar.
Lihat, bagaimana Kinara bisa berpikir positif jika baru dipercaya keluar dua hari saja Alhambra langsung mabuk begini.
"Kamu mabuk hah?" Kinara geram hingga menepuk keras pipi suaminya. "Kamu kan sudah janji nggak akan mabuk lagi!"
Rochmat angkat bicara. "Dia nggak mabuk, Ra. Dia cuma minum kopi di Galaxy."
"Kopi apaan sampai mabuk?" Kinara lantas mengendus bibir suaminya. "Baunya saja alkohol, Mat!"
"Berarti ada yang nggak beres." Rochmat sedikit curiga sedari tadi walau baru bisa berpikir jernih setelah Alhambra tidak lagi menggerayangi dirinya.
Barusan, bukannya ada Echy, dan mungkin kejadian ini ada hubungannya dengan Echy yang tiba-tiba muncul untuk menggoda teman sejawatnya. "Gue pulang lagi ke tongkrongan. Lu bisa kan urus Alhambra sendiri?"
Kinara terpekur, agaknya Kinara kurang bisa mengatasi suaminya. Lihat saja bagaimana Alhambra melepas satu persatu kancingnya.
Ah, kalau kemarin dia mau melakukan servis ini dan itu, setidaknya Alhambra sedang dalam kondisi yang waras, bukan mabuk dan di bawah pengaruh obat seperti sekarang.
Alhambra pasti akan amat sangat brutal karena tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri seperti kemarin-kemarin.
"Bisa dong pasti!"
Raut wajah Kinara membuat Rochmat memastikan. Barusan saja, Alhambra bercerita sudah minum susu dari sumber sampai membahas service mulut Kinara.
"Ya udah makasih, Mat." Kinara ragu tapi mengiyakannya saja. Gadis itu lalu menutup pintu rapat setelah Rochmat dia antar keluar.
Kinara semakin dag dig dug der. Bahkan, hanya bolak-balik bingung di belakang sofa yang diduduki Alhambra seraya menggigit ujung-ujung jarinya. "Harus gimana aku?"
Sebenarnya Kinara takut, tapi, desah dan desis Alhambra, membuat Kinara tak tega membiarkannya begitu saja. Kinara pada akhirnya mendekati pemuda itu, memeriksa suhu tubuh suami yang panas tak terkira.
Kinara berlari ke wastafel untuk ambil waslap basah demi mengompresnya. "Kita ke kamar, ya. Badan kamu panas."
"Aku mau kamu, Bee." Alhambra meraih tubuh Kinara, yang ada dalam benak hanya ingin masuk dan masuk saja. "Cepat buka baju."
"Iya ... tapi kamu lagi dalam pengaruh alkohol, aku nggak bisa." Kinara mungkin bisa bicara seperti itu, tapi, tak bisa kendalikan gerakan- gerakan yang Alhambra tujukan untuknya.
"Hambra--" Kinara diam menerima kecupan, dan untuk beberapa saat, dia hanya pasrah di bawah kungkungan pemuda itu.
Alhambra lantas bangkit hanya untuk menepiskan kain-kain yang ada di tubuhnya sebelum menepiskan kain-kain milik Kinara.
Serampangan, tapi Kinara sendiri tak bisa hentikan aksi itu. Selain karena Alhambra memaksakan, Alhambra juga terlihat tersiksa.
Sebagai istri, tentunya Kinara tidak mau Alhambra terus mengalami kacau. Desis yang keluar bahkan sudah cukup meresahkan.
Kinara dan sofa menjadi saksi bagaimana beringasnya Alhambra. Pejam dan terbukanya mata seolah berbisik bahwa mau tak mau dia harus menikmatinya.
Kinara dibuat melenguh, apa lagi saat pria muda itu mulai merebak ke area paling dijaganya sedari kecil. Hak yang seharusnya diberikan satu tahun lalu, kini terambil juga.
Andai saja ada kata yang mampu mendefinisikan rasanya. Mungkin, sakit tidak cukup untuk menggambarkannya, faktanya Kinara harus menangis ketika itu terenggut.
Yah, Kinara paham sekali, ini sudah hukum alamnya, di mana dia harus mengalami hal sakit yang dibalut nikmat ini sekarang atau nanti.
Namun, impiannya bisa bersatu bersama Alhambra dengan cinta agaknya harus dia kubur dalam-dalam. Alhambra sudah eksekusi dengan akal yang bahkan tidak ada.
Hanya penuh dengan gairah, tak ada tatapan cinta sama sekali. Walau, Kinara akui, di sepanjang Alhambra menghujam miliknya, pria itu terus mendesah 'aku gila, Kinara'.
Kan kaca, kabinet kayu, bahkan lukisan AMR di dinding sana menjadi saksi bisu betapa gila seorang Alhambra malam ini. Peluh yang jatuh ke tubuhnya, bukti berapa panasnya ia.
"Aku candu padamu, Kinara--" Di balik kata-kata itu, ada yang kesulitan mengambil napas saking kerapnya sentakan Alhambra.
...\=//°°°®™©™°°°//\=...
Kicau burung terdengar sahut bersahutan, bersama napas kasar yang dilepas ke udara, Alhambra menggeliat kecil, mengernyit kuat kening, dan sorot mentari sempat menyapa mata yang lekas terbuka pelan-pelan sebelum mengerjap untuk pandangan yang lebih lebar.
Sofa tempat dia terbaring, Alhambra sedikit ingat sedikit lupa, tapi saat mengintip selimut tebal yang menggulung sekujur tubuh polosnya, Alhambra menjadi yakin bahwa gairah semalam bukanlah mimpi belaka.
"Bee--" Kinara tampak sendu di sofa lainnya, tatapannya begitu tajam, terlihat wanita itu bangkit dan mendatanginya dengan kecewa.
"Aaa!" Kinara berteriak.
Alhambra menangkis pukulan-pukulan Kinara yang sengaja menyerang kepalanya seolah ingin dia hilang ingatan sekalian. "Bee!"
Kinara memukul histeris. "Kamu sudah janji nggak akan keluarin di dalam, tapi tadi malam kamu langgar!"
"A-apa?!" Alhambra terlonjak kaget, berarti benar kalau erangan parau Kinara semalam bukanlah bagian dari mimpinya.
Yah, lamat-lamat Alhambra ingat ketika Kinara dimasukinya. Dan agaknya hal itu menjadi momentum yang paling maha dahsyat yang pernah dia nikmati di seumur hidupnya.
Tangisan Kinara yang dia seka dengan jemari-jemari tangannya. Alhambra ingat dia lakukan itu pada Kinara semalam.
"Gimana kalau aku hamil?" imbuh Kinara.
"Jadi semalam--" Alhambra mengernyit.
Yang menjadi keheranannya, kenapa Alhambra hanya mengingat lamat-lamat peristiwa malam tadi, kenapa tidak seluruh rentetan yang terjadi. Sebab baginya, ada bagian yang tidak dia ingat sama sekali.
Kinara duduk dengan kesal. "Kamu dikasih minuman aneh sama barista suruhan, Echy!"
Alhambra membulat mata birunya, jadi ternyata hal-hal aneh yang dirasakan setelah minum kopi itu, ini? Sebelumnya, Alhambra sempat berpikir pulang dulu untuk meminta sesuatu yang tiba-tiba terpikir di tengah main.
Tadinya dia kira hal itu hal yang wajar mengingat akhir-akhir ini, Alhambra memang selalu dibuat berhasrat. Tanpa mencurigai jika ternyata minumannya diberi sesuatu.
Masih dengan selimut yang menggulung, Alhambra meraih ponselnya. Kinara hanya menatap saat Alhambra menelepon salah satu temannya. "Mat."
📞 "Apaan hah?!" Suara dikeraskan, Kinara lantas bangkit dari sofa untuk melenggang ke arah dapur dan berkutat dengan sarapan.
"Gue semalam."
📞 "Udah Gue beresin. Sekarang, bukti-bukti, jahatnya Echy kesayangan Lu, itu, sudah nambah satu lagi, selamat buat Kinara."
Alhambra lega. "Thanks, amankan dulu. Gue ambil nanti buat pemberat di persidangan."
📞 "Hmm." Alhambra mematikan sambungan telepon setelah Rochmat bilang harus joging.
"Bee--" Alhambra meletakkan ponsel, meraih CD yang ternyata tercampak jauh. Dia pakai CD kembali sebelum menyatroni Kinara.
"Wangi banget." Wangi rambut lurus yang basah, Alhambra hirup dalam-dalam. Ini menenangkan meski raut Kinara masih jutek.
Pelukan hangat dari belakang tak mengurangi kekesalan Kinara pagi ini. Sejujurnya, dia takut hamil dan terganggu kegiatan kuliahnya.
"Bee..." Alhambra berbisik. "Kamu rekam kegiatan kita semalam kah?"
"Apa?!" Kinara tak habis pikir, disaat dia sedang takut-takutnya, Alhambra malah bertanya hal aneh. "Buat apa?!"
"Biar aku tahu, gimana ekspresi kamu pas pertama kali melakukannya." Alhambra berkilah, sejujurnya ia tahu saat-saat candu Kinara walau setengah tak sadar.
Kinara masih tak habis pikir. Sungguh, Alhambra menyebalkan sekali dari semalam bahkan hingga sepagi ini.
Alhambra berbisik mesra. "Aku lupa rasanya, jadi kita ulangi lagi yang semalam, kalau bisa yang sama persis. Aku mau sekarang juga."
seru2 masalah kalian...
😍😍😍