NovelToon NovelToon
Cinta Di Musim Semi

Cinta Di Musim Semi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Cinta Seiring Waktu / Angst
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: seoyoon

Berawal dari kematian tragis sang kekasih.
Kehidupan seorang gadis berparas cantik bernama Annalese kembali diselimuti kegelapan dan penyesalan yang teramat sangat.
Jika saja Anna bisa menurunkan ego dan berfikir jernih pada insiden di malam itu, akankah semuanya tetap baik-baik saja?

Yuk simak selengkapnya di novel "Cinta di Musim Semi".
_Cover by Pinterest_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seoyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 25

“Yak! Turunkan kakimu lebih du … “ belum sempat Bastian kembali mengomel, tubuh Anna sudah lebih dulu terjatuh dari lubang ventilasi, yang lantas membuat Bastian langsung menjatuhkan pistolnya kemudian merentangkan kedua tangan lebarnya untuk menangkap tubuh Anna.

BRRugghhh!! Suara tubuh Anna yang sudah mendarat dengan aman dalam pelukan calon suaminya.

Anna hanya bisa nyengir ketika Bastian tampak menghela nafas kasar untuk mewakili kekesalannya terhadap tindakan tak terduga Anna yang nekad memasuki saluran udara, terlepas dari apapun alasannya, bagi Bastian hal itu benar-benar tak masuk akal.

“Haacchoh!!”

Keheningan yang membuat keduanya merasa canggung terpecahkan oleh suara bersin Anna.

Bastian tak bisa untuk tidak tertawa dalam menyikapi tindakan konyol Anna saat ini, begitupun dengan Anna yang ikut tertawa lepas bersama Bastian yang masih belum menurunkan tubuhnya.

“Tapi Bas … tak bisakah kau berfikir hal lainnya, ketimbang menggunakan pistol,” protes Anna ketika Bastian mulai menarik langkah membawanya pergi, setelah puas mentertawakan hal konyol yang hanya bisa membuatnya geleng-geleng kepala.

“Kau lebih ingin aku membiarkanmu saja huh?!” balas Bastian dengan nada sarkas seperti biasanya.

“Aish! Brengsek!” umpat Anna dengan mulut tertutup.

“Aku mendengarmu Anna!” pekik Bastian tanpa mengalihkan atensinya pada jalanan di depannya, ia terus menggendong Anna menuju sebuah lift yang berada di ujung lorong.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara itu, kembali ke tempat dimana Bastian menembakkan peluru.

Sesosok gadis muncul dari persembunyiannya yang tak lain adalah Leesera dengan tampilan kacau balau, akibat insiden penyiraman air kotor yang dilakukan oleh Anna.

Perlahan ia berjalan menuju area dimana Bastian sebelum nya berdiri, tanpa ragu, ia memungut pistol milik Bastian yang tergeletak di karpet tebal yang bernuansakan biru tua dengan motif kotak segitiga.

Dengan bingkai matanya yang memerah dan raut wajah penuh emosional, Leesera meremas pistol tersebut seraya mengarahkan pandangan tajam nya pada jalanan yang sebelumnya di lalui oleh Bastian dan Anna.

“Beraninya kau bermain-main denganku, Annalese! Akan ku buat kau menyesal di seumur hidupmu! Dasar wanita ja*lang!” racau Leesera.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setibanya Bastian di ruangannya masih dengan Anna yang berada dalam gendongannya, Bastian menurunkan tubuh Anna secara perlahan ke atas sofa.

“Sebelumnya ijinkan saya meminta maaf atas kelancangan staf keamanan kami, nona Anna, (ujar Regan sang asisten Bastian yang ikut masuk ke ruangan Bastian, begitu melihat atasannya muncul dari balik pintu lift bersama Anna)

Akibat insiden penguntit yang terjadi 1 bulan lalu, para staf keamanan kami benar-benar sensitive jika menyinggung soal wanita yang hendak bertemu dengan pak Bastian, sekali lagi saya meminta maaf yang sebesar-besarnya pada nona Anna, kiranya nona Anna berkenan memaafkan kelancangan kami,” sambung Regan seraya membungkukkan tubuhnya di hadapan Anna untuk mendukung rasa penyesalannya yang sangat mendalam akibat insiden yang terjadi pada calon istri sang presdir.

“Kenapa hanya kau yang meminta maaf?

Bawa semua staf keamanan yang terlibat,” perintah Bastian dengan suara lantang dan pembawaannya yang penuh karisma.

“Tidak, tidak perlu di besar-besarkan, aku bisa maklum kok, lagipula ini memang bukan sepenuhnya kesalahan para staf keamanan. Mereka hanya menjalankan tugas, dan kurasa mereka sudah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik,” bela Anna.

“Ciih! Dengan baik?

Bukankah seharusnya mereka bisa menangkapmu kalau begitu,” balas Bastian yang lalu berjalan menuju sofa single yang berada di sebelah sofa yang Anna duduki.

“Ahh itu, mungkin karena aku sedikit lebih cerdik dari mereka hahaha!” Anna malah menyombongkan dirinya sendiri yang membuat Regan tak tahan untuk membalasnya dengan tawa kecil yang nyaris tak bisa ia kendalikan.

“Cerdik?

Bukankah seharusnya kau bisa memikirkan jalan keluar dari tindakan yang kau pilih Anna?! Bagaimana jika …” belum selesai Bastian menuntaskan dumelan nya, Anna keburu menyela nya dengan penuh emosional.

“Augh! Ya,ya,ya! Aku memang selalu salah di bola matamu! Tak pernah ada tindakanku yang lepas dari kritik pedasmu! Bahkan sepertinya aku bernafas pun, salah! Augh! Berhadapan denganmu hanya membuatku naik darah!” racau Anna panjang lebar tanpa sadar jika masih ada Regan yang berdiri menyaksikan bagaimana ia dengan lancarnya mengutuk sang presdir dengan jiwa bebasnya.

“Jika sudah selesai, kau boleh pergi Regan,” perintah Bastian yang langsung di balas anggukan patuh dan undur diri Rega yang sebenarnya masih cukup syok dengan umpatan kasar calon nyonya presdir HB Group.

“Sudah ku bilang bukan, perhatikan setiap tutur katamu di hadapan orang lain Anna, kau ingin menunjukan kesan betapa buruknya perangai mu sebagai seorang wanita?!” tegur Bastian seraya bangkit dari sofa dan berjalan santai menuju lemari pendingin.

“Dia asisten mu bukan, dia pasti pandai menjaga rahasia, lagipula tak ada yang namanya rahasia dengan orang kepercayaanmu bukan?” bantah Anna tak terpengaruh oleh tatapan tajam Bastian padanya.

“Kau tahu, (ujar Bastian yang kini tengah berdiri di dekat jendela sembari menikmati sekaleng beer yang mampu menyegarkan pikirannya)

Bukankah seharusnya aku mendengar ucapan rasa terima kasih mu Anna, alih-alih mengumpat ku, apa kau wanita yang tidak memiliki rasa terimakasih?!” kecam Bastian seraya sesekali melirik tajam ke arah Anna berada.

Alih-alih merespon ucapan Bastian, perhatian Anna malah teralihkan oleh sebuah lukisan pemandangan yang tampak familiar bagi Anna, yang kini terpajang di dinding megah perusahaan Bastian.

Perlahan ia bangkit dari sofa dan berjalan mendekati keberadaan lukisan itu berada.

Bastian yang menyadari adanya kejanggalan yang terjadi di belakang karena kesunyian tiba-tiba menyelimuti ruangan, tidak seperti sebelumnya Anna yang selalu membantah setiap perkataan yang dilontarkan Bastian dengan lantangnya.

Ia pun memutar tubuhnya, dan mendapati kini Anna tengah memandangi lukisan dari mendiang adiknya yang di lelang 6 tahun yang lalu, 1 tahun sebelum adiknya tewas di apartemen miliknya.

Seketika tubuh Bastian membeku bersamaan dengan bola matanya yang bergetar karena takut jika gadis yang tengah memandangi lukisan tersebut menaruh curiga padanya.

Namun, bukan Bastian namanya jika ia tak dapat mengatur ekspresi wajah dan kegugupannya.

Meski jantungnya terus berpacu, bersamaan dengan perasaan gelisah nya ketika Anna hanya terdiam dan terus memandangi lukisan tersebut dengan jutaan emosional yang terpancar melalui raut wajahnya yang murung.

Bastian berusaha tetap tenang, dan mulai menarik langkah menghampiri keberadaan Anna dengan beer yang masih berada dalam genggaman tangannya.

“Apa yang kau lihat?!” tanya Bastian dengan nada dingin dan stabil, ketika langkahnya telah sampai di samping Anna.

“Kau … juga penggemar nya rupanya,” ucap Anna seraya melirik ke arah Bastian dengan bingkai matanya yang mulai memerah akibat menahan tangisan pilunya.

“Apa?” respon Bastian yang pura-pura tak memahami apa maksud dari perkataan Anna.

“BG, (ucap Anna seraya mengusap inisial yang terdapat di sudut lukisan) Bennedict Gabriel,” sambung Anna yang mencoba menjelaskan mengenai inisial dari BG.

“Ahh itu, aku mendapatkan lukisan ini dari salah satu kolega bisnisku, dari yang kudengar pelukisnya pun sudah tiada, mungkinkah jika ku jual harganya akan melambung tinggi,“ celetuk Bastian yang diakhiri senyum dengan sejuta makna.

“Aku menginginkannya,” pinta Anna seraya mengarahkan pandangan seriusnya, yang langsung dibalas kerutan dahi oleh Bastian.

“Aku hanya menginginkan lukisan ini, sebagai hadiah pernikahanku, kumohon,” pinta Anna lagi yang kemudian meraih tangan Bastian seraya memasang wajah penuh harap nya.

Bersambung***

1
Yeonso
Lagi dalam proses kak 😸
Alfatihah
season 2 nya gak lanjut thor
Yeonso
Terimakasih untuk dukungannya /Wilt//Wilt//Wilt/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!