Tuan Alaxander Almahendra adalah seorang CEO dan tuan tanah. Selain memiliki wajah yang tampan ia juga pintar dan cerdas dan nyaris sempurna. Namun, siapa sangka di balik kesempurnaan fisik dan kecerdasannya tuan Alex terkadang sangat kejam terkesan tidak berprikemanusiaan. Ia seperti tenggelam dalam lorong hitam yang menggerogoti jiwanya.
Nayla De Rain gadis canti dengan paras sempurna. Setelah mengalami kegagalan dengan Fandy ia memutuskan untuk menikah dengan Zainy lelaki yang tida di cintainya. Namun, sebuah peristiwa membuatnya tertangkap oleh anggota tuan Alex dan di bawa ke menara dengan seribu tangga memutar.
Nasib baik atau buruk yang menimpa gadis bernama Nayla iti malah mempertemukannya dengan tuan Alex. Entah tuan Alex dan anggotanya akan akan menyiksa Nayla seeprti yang lainnya atau malah menjadikannya tahanan abadi. Novel 'REMBULAN YANG TENGGELAM' adalah kisah cinta dan balas dendam. Para tokoh mempunyai karakter unik yang membuat mu jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dongoran Umridá, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suasana canggung
"Andhika... Diam kamu...!" Teriak Nayla dengan mata melotot.
"Ha ha ha benaran marah, nelpon bang Fandy dulu mau ngasih tau kalo calon bininya lagi marah, matanya ampe melotot." Gumam Andika sambil tertawa. Adik nakal itu mencoba menghubungi Fandy dengan menelponnya.
"Tuuut.. tuuut.. tuuut..." Bunyi panggilannya. Pertanda panggilan itu tersambung namun tidak di angkat. Andikan mencoba menghubunginya lagi namun tetap tidak di angkat juga. Hingga tiga kali Andika mencoba namun tetap tidak di angkat. Andika nampak kecewa ketika panggilannya tidak di angkat.
"Hmmm... tidak di angkat, pangeran lagi selingkuh dengan perempuan yang lebih cantik."
Gumam Andika asal bicara. Nayla mengepalkan tinjunya. Ia begitu geram melihat adiknya ini. lesung pipi yang menghiasi senyum Andika kelihatan menjengkelkan di mata Nayla saat ini. Ingin sekali ia menonjok lesung pipi itu.
"Sudahlah, gak usah di ladenin, ayok cepat, nanti kamu telat." Gumam Zaini membujuk Nayla.
Nayla masih kesal dengan Andika, namun begitupun ia tetap menuruti Zaini dan masuk ke dalam mobil lalu mendudukkan pantatnya dengan kesal. Zaini pun masuk dan mengemudi dengan hati-hati.
Di sepanjang perjalanan Zaini dan Nayla hanya diam saja tidak ada satupun yang bersuara. Suasana hening hanya ada suara deru mobil dan hiruk pikuknya jalanan. Suasananya canggung sekali. Zaini pura-pura fokus pada jalan. Sementara Nayla pura-pura sibuk dengan HPnya. Lama sekali suasana canggung ini ketika terpaksa berhenti di lampu merah. Zaini mencoba mencairkan suasana.
"Hmm.... soal di kamar mandi tadi maafkan aku, aku ti..
"Tak apa, lupakan soal itu." Potong Nayla spontan. Wajahnya memerah mengingat kejadian itu. Memalukan sekali. Ingin rasanya ia menghilang kalo ingat itu.
"Ok, baik." Gumam Zaini lagi. Suasanan malah semakin canggung setelah Zaini mengucapkan kalimat itu. Gadis di sampingnya benar-benar memerah wajahnya. Membuat Zaini tidak bisa fokus pada jalanan karna merasa canggung.
Zaini mencoba menyetel lagu untuk memecahkan keheningan dan kecanggungan.
Tidak lama kemudian mobil itu sampai di kampusnya Nayla. Nayla segera membuka pintu mobil hendak keluar. Gadis itu amat tersiksa dengan suasana canggung di dalam mobil.
"Nayla!" Panggil Zaini membuat kaki gadis itu tergantung tidak jadi menyentuh tanah. Pelan-pelan Nayla menoleh dengan was-was.
"Apalagi kali ini?" Gumam Nayla dalam hati sambil menggit bibirnya.
"Ini hadiah ulang tahun buat kamu." Kata Zaini memberikan sebuah bingkisan kecil pada Nayla. Bingkisan itu berbentuk kotak segi empat. Zaini tersenyum manis saat memberikannya.
"Apa ini?" Tanya Nayla menerimanya dengan ragu. Matanya tak lepas dari bingkisan berbentuk kotak segi empat itu. Ia begitu penasaran apa gerangan di dalam kotak segi empat kecil itu.
"Ambil aja, gak suah ragu, kita kan teman dari kecil, anggap aja ini kado persahabatan. Kata Zaini saat ia lihat Nayla ragu menerimanya.
"Terim kasih ya Zaini." Gumam Nayla dengan penuh kebingungan.
"Ya udah silakan! Nanti kamu telat." Zaini tersenyum lagi melihat wajah bingung Nayla.
Seolah baru tersadar Nayla segera keluar dari mobil. Saat Nayla kelur dari mobil ia langsung mendapat pelukan dari sahabatnya Ratih.
Dari dalam mobil Zaini memperhatikan Nayla dan sahabatnya Ratih. Lelaki itu geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua perempuan itu. Terkesan lebay menurutnya.
"Nayla! Aku balik ya." Gumam Zaini masuk lagi ke dalam mobil. Ia langsung pergi tanpa menunggu jawaban Nayla. Tidak ada gunanya menunggu jawaban Nayla sekarangkan dia sedang bersama temannya. Ah para perempuan memang bisa mengabaikan lelaki ketika ia bersama teman perempuannya. Namun Ratih, gadis itu memandangi Zaini sampai menghilang. Seolah ia terhipnotis tidak sadar dan Nayla sangat kesal melihatnya. Nayla hendak meninggalkan Ratih yang masih memandangi mobil yang di kendarai Zaini hingga menghilang.
"Nayla, apa itu Zaini?" Tanya Ratih ketika mobil Zaini menghilang di pandangannya. Gadis lincah itu berlari menyusul Nayla yang berjalan meninggalkannya.
"Ia, itu Zaini," Jawab Nayla singkat, gadis cantik itu tidak menghentikan langkahnya.
"Benaran?"
"Menurutmu apa gunanya aku berbohong?"
Nadanya kini semakin ketus dan langkahnya masih cepat.
"Jadi benaran itu Zaini,"
"Ia loh Ratih," jawab Nayla masih belum menoleh ke arah Ratih. Ratih terus berusaha menyejajarkan langkah kakinya dengan Nayla. Ia tidak tau bahwa temannya ini sedang kesal padanya.
"Ya ampuun... jadi dia Zaini yang kamu tolak berkali-kali?"
Nayla diam tidak menjawabnya, ia masih saja terus melangkah dengan pandangan lurus ke depan. Ratih terus berusaha berjalan sejajar dengan Nayla.
"Mata kamu buta ya Nay, cowok secakep itu kau tolak? Serius gue, itu cowok ganteng abis deh,"
Nayla masih tidak menanggapi kata-kata yang terlontar dari mulut Ratih, malah ia jadi semakin kesal.
"Nayla, kamu tolak cowok cakep itu berkali-kali lalu menerima Fandy? Sulit sekali mempercayainya," Gumam Ratih lagi kali ini geleng-geleng kepala.
"Ratih apaan sih kamu, hari ini aku ulang tahun lo, kok gak ada ucapan dan do'a selamat untukku, malah kamu asyik bahas Zaini," kini wajah kesal Nayla berubah jadi cemberut.
"Eh, aku jadi penasaran deh cowok seperti apa si Fandy itu sampe kamu malah milih dia ketimbang Zaini yang cakep abis," Gumam Ratih lagi dengan wajah penasarannya.
"Ah uda deh, malas aku bahas yang aneh-aneh di kampus," Gumam Nayla mempercepat langkah kakinya hendak meninggalkan Ratih. Namun Ratih mengejarnya. Ia tidak tahu kalo Nayla sedang kesal padanya, namun, meskipun ia tahu Nayla kesal mungkin ia tidak akan peduli.
"Nayla, kalo kamu gak suak sama Zaini kasih ke aku aja, sayang banget cowok secakep itu jadi jomlo, jarang-jarang lo ada cowok cakep setia kayak dia," Kata Ratih setengah berteriak karna jarak ia dan Nayla kini agak jauh di depan.
Mendengar ucapan Ratih itu Nayla menghentikan langkah kakinya lalu menoleh ke arah sahabatnya yang kini agak dekat di belakangnya.
"Ratih! Kamu itu bukan tipenya Zaini, jadi gak usah mimpi deh, entar sakit hati," Ratih cemberut mendengar ucapan Nayla.
"Jadi tipenya Zaini seperti apa? Kasih tau aku dong!" Gumamnya dengan oktimis.
"Yaa.. kayak akulah." Gumam Nayla tanpa menoleh lalu melanjutkan langkahnya.
"Iiihh dasar! Kayaknya diam-diam kamu juga suka kan sama Zaini deh!" Gumam Ratih kali ini cemberut.
"Nggk kok, aku gak suka sama dia, hanya saja dia itu sahabat aku dari kecil, dan memang benar kok tipenya dia kayak aku." Jawab Nayla sedikit ketus. Ratih merasa aneh dengan tingkah Nayla. Perasaan tidak ada yang salah di ucapannya. Mungkinkah karna sebenarnya Nayla menyukai Zaini? Semoga tidak, itulah harapan Ratih yang sebenarnya.