Emily seorang model yang sukses dan terkenal. Namun, kesuksesan itu tidak dia dapatkan dengan gampang dan berjalan mulus. Mimpi buruk terjadi disaat dia menjadi boneka *** pribadi milik presedir di agensi tempat dia bekerja. Mulut terbungkam saat dia ingin berteriak, namun ancaman demi ancaman terlihat jelas di depan matanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeppeudalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Itu
📍Bareen bar & lounge
Keesokan harinya, dijam malam yang perlahan-lahan semakin larut.
“Pak Reymond?” panggil Emily dengan nada lembut yang langsung mengalihkan pandangannya untuk melihat Emily. “Bapak dengan siapa disini?”
“Sendiri.” Singkat Reymond yang kemudian meneguk alkohol.
Dengan sangat jelasnya, Emily melihat Reymond yang cukup berbeda malam ini.
“Apa terjadi sesuatu?” ucap Emily di dalam hatinya, yang sembari itu memilih untuk duduk dikursi bar di booth bar itu.
Napas yang terhela itu, terlihat jelas dimata Emily.
“Aku pikir memang seperti itu. Mungkin … terjadi sesuatu dan membuat pak Reymond duduk di bar ini. Ya, beberapa kali aku datang kemari, aku gak pernah melihat pak Reymond. Justru, dia lah yang selalu mendapatkan aku ada disini yang selalu memaksa diri untuk mabuk dan tersiksa.”
“Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Reymond tanpa melihat Emily.
“Sejauh ini lancar pak Rey.”
“Syukurlah kalau begitu.”
“Eungggg…” kalimat yang tertahan saat Emily kembali melihat Reymond meneguk alkohol.
“Bapak menyetir?”
“Iya.”
Emily terdiam, yang masih begitu setia melihat Reymond yang ada di sampingnya.
“Saya akan mengantar bapak pulang.”
Dengan jelasnya, Emily melihat Reymond yang mendengus setelah mendengarkan ucapan Emily yang kemudian dia kembali meneguk minumannya.
“A-ada apa?” Emily meragu setelah melihat respon dari Reymond.
“Kamu tidak perlu repot-repot mengantar saya pulang, Emily.”
“Kenapa? aku hanya ingin membalas kebaikan pak Reymond.”
“Kebaikan? kebaikan apa huh?”
“Mungkin, bapak gak sadar apa yang telah bapak lakukan untuk saya. Mungkin, dimata bapak terlihat seperti hal biasa saja, tapi enggak untuk saya. Bapak banyak menolongku, akhir-akhir ini.”
“Itu karena pekerjaan saya sebagai seorang pengacara untuk kalian, artis-artis di bawah naungan Mvvo.”
“Iya saya tahu, tapi itu…,”
“Kamu sudah lebih baik sekarang?” Reymond justru mengalihkan pertanyaan, untuk ucapan Emily yang dipotongnya.
“Huh?” dan seketika itu juga Emily kebingungan. “Lebih baik? maksudnya?”
“Saya akan sering berada di perusahaan dan setelah menjadi CEO, saya akan pindah ke Mvvo.”
“I-itu beneran?”
“Hm.”
“Wahhhh, gak sabar untuk bisa ketemu sama bapak setiap harinya.”
“Saya akan bertemu dengan kalian semua, Emily.”
Emily tersenyum bahagia saat dia mendengar kabar itu.
Dan tanpa berlama-lama pula, Reymond mengeluarkan cc milik pribadinya. Dia membayar apa yang telah dia pesan.
“Saya harus pulang.” Ucapnya dan beranjak pergi.
Emily menatap Reymond yang beranjak keluar dari pintu belakang yang mengarah ke basement. Dimana saat itu pula, setiap ucapan Yubin terdengar jelas dipikirannya; ya, Reymond seorang yang hanya mau berbicara untuk masalah pekerjaan, diluar dari itu, dia enggan untuk melakukannya.
Kaki jenjang itu berlari kecil mengikuti Reymond yang sudah lebih dulu beranjak. Dengan wajah yang terlihat sedikit cemas, Emily mencoba untuk menahan Reymond.
“P-pak Rey…” panggilnya yang kemudian berhasil menghentikan langkah Reymond dan menoleh ke belakang untuk melihatnya.
“Ada apa, Emily?”
“Saya anterin bapak pulang ke apartement.”
“Saya bisa memanggil supir pengganti, kamu gak perlu melakukannya.”
“S-soal itu, s-saya…” Emily mulai terlihat kebingungan, dia merasa kesulitan untuk menahan Reymond. “S-saya cuma mau…,”
“Kamu harus pulang, jangan mabuk. Ingat, kamu bisa membuat masalah di tempat ini, kalau kamu mabuk, Emily.”
“T-tapi pak itu…” napas yang terlihat jelas berantakan, membuat Emily semakin resah untuk menahan Reymond, yang dia pikir begitu sulit untuk menggenggam pria itu.
“Saya permisi, Emily.” Dan, tentu saja gagal.
“Hhhh…” dia menghela napas dengan wajah kecewanya, “sulit sekali.”
Namun, puan ini terlihat tidak sadar, kalau yang dia lakukan adalah salah. Yubin yang sudah memperingati dirinya, namun ucapan itu hanya berlalu begitu saja.
Bisa dikatakan, kehidupan Emily yang berada di lingkungan pekerjaan yang menyeramkan, membentuk dirinya, meminta perlindungan dari seorang yang jelas mengulurkan tangan kepadanya, yang dimana secara jelas pria itu memang bekerja untuk dia dan artis-artis lainnya.
Sikapnya yang resah dan ketakutan saat berada di lingkungan kerja. Dan perasaan nyamannya ketika berada di samping Reymond, membentuk Emily menjadi seorang perempuan yang perlahan-lahan memelihara sifat buruk yang ingin merebut pria yang sudah jelas dia tahu, kalau pria itu sudah menikah.
Dan mungkin, terkadang Emily sadar melakukan itu. Dimana dia semakin berpikir, bagaimana caranya mendapatkan perhatian Reymond dan memiliki waktu lebih lama bersama dengan Reymond.
“Kenapa? kenapa aku harus bertemu telat dengannya. Kalau aja semua bisa diganti, aku ingin mengganti hal penting yang sekarang dengan ingin berada di sampingnya untuk waktu yang lebih lama. Apa lagi yang harus aku lakukan? apa aku harus menggodanya secara terangan? tapi … aku takut, kalau dia akan ilfeel denganku.” Emily menghela napas dengan raut wajah sedihnya, “aku gak mau hanya sebatas membahas pekerjaan aja. Aku, ingin protes dengan buddha yang telah menempatkan aku diposisi yang menyeramkan ini, dengan meminta dia tetap ada di samping, sebagai pelindung pribadiku.”