Desclaimer : Cerita ini tema pernikahan, di tujukan untuk yang sudah cukup umur atau sudah menikah yah.
Di hari pernikahannya Ayla memilih pergi dan tak ingin menikahi laki-laki yang dia cintai.
Tapi dia tak menyangka,akhirnya tunangannya malah memilih menikahi kakaknya sendiri.
Sejak saat itu, Ayla pikir kisah cintanya sudah berakhir. Dan berusaha menghapus semua rasa cintanya pada lelaki itu.
Tapi, ternyata laki-laki yang sudah menjadi kakak iparnya itu tidak berhenti mengejarnya.
Bagaimana bisa dia kembali mencintai pria yang sudah memilih wanita lain, bahkan sudah menjadi kakak iparnya itu.
Bisakah Ayla benar-benar terlepas dari kakak iparnya. Ataukah dia akan memilih mengembangkan sisa-sisa cintanya pada kakak iparnya?
Baca kisah mereka, dalam novel.
"Di Kejar Kakak Ipar"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss HF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
"Aaaaakkkhhhh... Apa ini?" Tanya Ayla terkejut dengan rasa panas di kerongkongannya.
Juan juga terkejut, setelah melihat gelas yang diminum bukan minuman Ayla tadi.
"Kepalaku.... " Ucap Ayla yang hampir terjatuh dan Juan menangkapnya dengan cepat.
Kepalanya terasa berputar, dan dengan cepat Juan meminta seseorang membantunya menaikkan Ayla ke punggungnya.
Jarak dari pantai lumayan jauh ke arah parkiran mobil.
"Juan, kepalaku sakit. Rasanya berputar-putar" Oceh Ayla. Dan menyandarkan kepalanya di pangkal leher Juan.
"Aroma keringat di lehermu, sudah lama aku tidak menciumnya." Ucap Ayla sambil tersenyum.
"Apa kamu ingat, pertama kita bertemu? Gara-gara membantu orang lain, aku malah membuat diriku sendiri sial. He he he." Ucap Ayla tertawa mab*k.
"Kamu lalu menggendongku seperti ini. Dan saat itu tubuhku lebih berat dari sekarang. Ya kan? Padahal Demi menikah kemarin aku berhasil menurunkan 5 kg, agar bisa lebih cocok bersanding denganmu." Ucap Ayla menitikkan air matanya dan membasahi pangkal leher Juan. Dia sudah mulai kehilangan kesadarannya.
Setelah masuk ke dalam mobil, Juan memasukkan Ayla dengan hati-hati.
Dia duduk di sebelah Ayla dan membiarkan Ayla bersandar di bahunya.
"Kenapa kamu yang menyupiriku? Apa tidak ada yang lain?" Tanya Juan melihat supirnya yang ternyata salah satu anak buah yang penting dalam perusahaannya.
"Mereka selalu stand by di sekitar Tuan. Dan Saya merasa terhormat Tuan, bisa menyopiri anda malam ini.." Ucap anak buahnya itu. Dan Juan hanya mengangguk dan dengan segera dia di antar ke hotelnya.
Mengingat apa yang di ucapkan Ayla. Juan pun kembali mengingat pertemuan mereka.
.......
Juan yang sedang sibuk menyelidiki grup pamannya yang kebetulan saat itu di luar negeri tempat dia berkuliah.
Dia mendengar suara ribut dari sebuah gang kecil, yang lumayan dalam dan gelap.
Ternyata seorang gadis yang sedang menolong korban bullying. Awalnya dia berbahasa asing, dan mengira dia turis dari negara lain.
Mendengar Ayla ketika kesal menggunakan bahasa negaranya, Juan lalu tersenyum dan hanya memperhatikannya dari ujung gang. Biar bagaimanapun, mereka masih berasal dari satu negara.
"Kenapa dia begitu bod*h? Apa dia tidak mencari tahu tentang negara yang dia kunjungi? Apa dia tak tau, kalau negara ini tingkat kriminalitas yang tinggi?" Gumam Juan menggeleng dan tersenyum melihat Ayla dari kejauhan.
Anak yang dia bantu tadi sudah pergi meninggalkan Ayla sendirian, sementara teman orang yang melakukan bullying tadi malah bertambah membuat Ayla terkejut.
"Apa yang kalian lakukan? Mundur. Atau aku akan menelepon polisi. Police, I call the police." Ucap Ayla mengancam mereka menggunakan bahasanya dan bahas Inggris.
Dia merogoh tasnya, mencari ponselnya. Tapi tasnya malah sudah sobek dan isinya sudah raib.
Dia melihat sekitarnya, ternyata kopernya pun sudah hilang.
Jantung Ayla sepertinya akan berhenti, melihat orang-orang di hadapannya. Dia ingin menangis dengan kencang, tapi dia tak mau menunjukkan kelemahannya.
"Apa hidupku akan berakhir di sini?" Batin Ayla.
"Soy de la familia Arvano. Deja este lugar ahora. y también devolver las pertenencias de esta mujer" Ucap Juan yang melihat Ayla sudah terancam dan orang-orang itu mundur meninggalkan mereka. Dan mengembalikan semua barang Ayla.
"Familia Arvano?" Batin Ayla yang sedikit terkejut mendengar nama yang dia tangkap dari ucapan Juan yang tiba-tiba muncul.
"Bagaimana kamu mengancam orang yang beda negara denganmu dengan bahasa yang tidak mereka mengerti?" Ucap Juan lalu memungut sisa barang yang jatuh dari tas Ayla.
Mendengar orang bicara bahasa yang sama dengannya, Akhirnya Ayla menangis lega dan melihat secercah harapan.
"Kenapa kamu malah menangis?" Tanya Juan menahan senyumnya merasa lucu melihat tingkah Ayla. Gadis yang sok pahlawan tadi malah menangis terisak-isak di hadapannya.
"Terimakasih Tuhan sudah mengirimkan seseorang untuk menyelamatkanku." Ucap Ayla menggenggam tangan Juan mengucapkan terimakasih.
Setelah Ayla tenang. Juan pun menanyakan tujuan Ayla.
"Aku akan mengunjungi kakaku, dan sekarang, ponselku sudah rusak. Aku tidak menghafal nomor teleponnya untuk negara ini. Dan nomor ponselnya yang biasa sedang tidak aktif." Ucap Ayla sedih.
"Kenapa kamu tidak ikut denganku, sementara menunggu ponselmu selesai di perbaiki?" Saran Juan, dan Ayla terlihat ragu.
Tapi, tiba-tiba bunyi di perutnya membuat Juan menaikkan alisnya dan tersenyum. Dan akhirnya Ayla memutuskan untuk mengikuti Juan. Dia merasa sedikit aman bertemu dengan orang dari negara yang sama.
Ayla makan dengan sangat lahap, tidak memperdulikan meskipun ada laki-laki tampan di hadapannya. Dia tak pernah ingin tertarik dengan laki-laki tampan, karena dia sadar diri, kalau laki-laki tampan juga tidak akan tertarik padanya. Yah, dia juga tidak bisa berbohong, bahwa Juan menarik hati dan kadang melirik ke arah Juan sambil makan.
"Jadi, aku sangat penasaran. Kenapa kamu mau membantu orang asing yang tidak kamu kenal?" Tanya Juan menatap Ayla.
"Bagaimana denganmu, kamu orang asing tapi menolongku." Jawab Ayla lagi.
Juan tersenyum.
"Tapi, kamu mendapatkan masalah karena membantu orang asing." Ucap Juan.
"Yah, kamu benar. Aku harusnya mendengarkan ucapan kakakku. Kalau aku tidak boleh percaya dan terlalu perduli pada orang lain. Dan di sinilah aku. Karena perduli. padahal berkali-kali dia memperingatkanku, kalau terlalu baik, orang-orang akan memanfaatkanku" Ucap Ayla kesal.
"Ahhh.... Tapi Ini." Ucap Ayla menunjuk makanan di hadapannya.
"Aku bukan memanfaatkan kebaikanmu. Aku akan menggantinya begitu bertemu kakak ku" Ucap Ayra masih lahap dengan makanannya.
"Aku tidak masalah, meskipun kamu tak menggantinya." Jawab Juan dengan senyumnya yang mempesona.
"Tapi, Sebenarnya, aku juga gak mau mencampuri urusan orang lain, tapi kalau melihat orang lain di bully, aku hanya merasa terganggu. Dan akhirnya membantu anak tadi. dan apa kamu tau, kalau aku sebenarnya pengecut. " Ucap Ayla tertawa kecil.
Juan hanya tersenyum mendengar celotehan Ayla.
"Aku Juan." Ucap Juan singkat. Ayla hanya menatap Juan sebentar dan lanjut makan. Sambil mengangkat tangannya isyarat menyuruh Juan menunggu sebentar.
Setelah menelan makanannya "Aku Ayla." Ucap Ayla tersenyum sambil mengeluarkan pulpen dan kertas.
"Tulis nomor rekeningmu, begitu aku bertemu dengan kakakku, aku pasti akan mengganti uangmu. Sekali lagi, terima kasih banyak untuk hari ini." Ucap Ayla.
"Apa kamu tidak butuh pencuci mulut?" Tanya Juan tak menghiraukan kertas di hadapannya.
"Ahh.. Kamu benar. Aku hampir lupa." Ucap Ayla teralihkan dan Juan pun memesankan untuk Ayla.
Setelah makan dan merasa kenyang, Ayla dan Juan memutuskan untuk berjalan-jalan menikmati suasana di negara yang baru Ayla kunjungi itu.
Juan memperkenalkan daerah-daerah wisata yang aman untuk Ayla. Salah satu kota yang terlihat dengan kemegahan bangunan-bangunan kuno, tapi nampak indah dan megah. Dan juga wisata kuliner yang ada di sekitar sana.
"Berapa hari kamu akan tinggal bersama kakakmu?" Tanya Juan saat mereka hendak berpisah.
"Mungkin satu minggu. Aku juga perlu kembali, karena aku baru saja mendaftar kuliah." Jawab Ayla.
"kenapa kamu tidak kuliah di sini?" Tanya Juan.
Ayla mengerutkan hidungnya. Lalu menggeleng.
"Aku terlalu pengecut untuk tinggal di tempat yang tidak aku kenal." jawab Ayla.
Juan kemudian mengambil ponsel Ayla yang baru saja di perbaiki dan Juan menelepon ponselnya dan menambahkan nomornya di kontak Ayla.
"Aku bisa menemanimu, selama di sini." Ucap Juan membuat Ayla membelalakkan matanya.
Ayla hanya tersenyum, dan menganggap hal itu sekedar basa basi. Jadi dia tak menanggapinya.
Kekesokan harinya, dia terkejut melihat pesan di ponselnya.
"Apa kamu tidak keluar hari ini? Aku menunggumu di halte tempat kemarin malam." Pesan Juan dan mengirinkan foto selfie nya pada Ayla.
Ayla, terperanjat terkejut. Dan langsung duduk di atas tempat tidurnya, mengucek matanya memeriksa pesan di ponselnya lagi.
"Dia benar-benar mengajakku untuk keluar?" Ayla menganga tak percaya.
*bersambung...