Nabila tidak pernah membayangkan jika harus di hadapkan dengan situasi rumit seperti ini, dirinya harus terjebak dengan pernikahan semu bersama dengan seorang pria yang bernama Revan Alvaro.
Di usia pernikahan yang ketiga tahun ini dirinya harus berpisah karena Revan sudah ada wanita lain yang sejak dulu singgah di hatinya.
Nabila pun berusaha menerima semua keputusan Revan, dan tanpa dirinya tahu ternyata Allah sudah menitipkan janin di balik perceraiannya itu. Apakah Nabila bisa menemukan kebahagiaannya setelah ini?? temukan jawabannya hanya di manga toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Revan kena talak oleh nenek Miranti
Setelah mengurus administrasi rumah sakit, akhirnya mereka bertiga pulang. Di perjalanan bocah kecil itu nampak riang bernyanyi-nyanyi ala kadarnya menandakan kalau suasana hatinya saat ini sedang bahagia. Nabila beserta Abi juga ikut menyaksikan kebahagiaan putri kecilnya, yang saat ini sudah mulai bertahta di hati ayah sambungnya.
"Wah Princess ayah, kayaknya happy banget," ucap Abi.
"Iya dong Yah. Ay senang karena sebentar lagi mau ketemu sama kakak-kakak," jawab bocah tersebut.
"Iya, sayang pasti kakak-kakakmu sangat senang jika bertemu denganmu sebentar lagi," timpal Nabila.
Tidak lama kemudian mobil yang dikendarai Abi sudah berada di halaman luas miliknya. Abi langsung cekatan membukakan pintu untuk istri dan juga putrinya, pria itu seakan tidak memiliki lelah kalau menyangkut istri dan anaknya.
"Sayang ayo kita masuk," Ajak Abi, "Princess. Ayo kamu ayah gendong saja," Ajak Abi kembali.
Lalu kemudian ketiga orang tersebut masuk ke dalam rumah yang memang di situ sudah ada dua kembar yang sedang menunggu kedatangan saudara kembar yang satunya lagi.
"Assalamualaikum," ucap ketiganya.
"Waalaikum salam," jawab Shaka dan Aras bersamaan.
"Hore, akhirnya Ay pulang juga," ucap Aras sambil berloncatan.
"Iya, aku juga senang melihat Aya, sudah sembuh dan bisa pulang kerumah," timpal si bijak Shaka.
"Iya, Abang-abangku hari ini, Aya. Sudah di ijinkan untuk pulang jadi mulai sekarang kita bisa bermain bersama lagi," ucap Aya sambil tersenyum gembira.
"Aya, Aya. Di rumah sakit enak nggak, terus katanya makanan di sana enak-enak?" tanya polos si Aras.
"Nggak enak, Bang. Apalagi makanannya sangat hambar tidak ada rasa, untung nenek buyut Mawar membawa makanan kesukaanku setiap harinya, jadi aku selalu makan makanan dari nenek Mawar," jawab Aya jujur.
"Wah, kalau begitu enak ya jadi orang sakit setiap yang kita mau pasti selalu di bawakan," celetuk Aras.
"Hus nggak boleh bilang gitu Aras, kalau kamu sakit nanti ibu dan ayah bingung." Lagi-lagi si bijak bersuara.
"Iya, maaf," ucap Aras sambil nyengir kuda.
Sedangkan kedua orang tuanya hanya menjadi penonton menyaksikan anak-anak mereka berdebat, hal itu yang membuat lelah dari orang tua berkurang ketika melihat anak-anaknya bercengkrama polos seperti itu, terasa sangat menggemaskan memang.
"Kenapa ya Bang, jika lihat anak-anak berceloteh seperti itu, rasanya seneng banget," ucap Nabila Kepada suaminya.
"Mungkin karena mereka masih kecil, jadi apapun yang mereka lakukan terlihat lucu dan menggemaskan bagi orang dewasa yang melihatnya," jelas Abi.
"Bang, kan anak-anak sudah ada yang ngurus, ayo kita ke kamar saatnya aku yang mengurus mu sekarang," ajak Nabila, wanita ini seakan paham dengan lelah yang di alami oleh suaminya.
"Nggak Sayang, aku harus memastikan Ay, baik-baik saja," tolak Abi.
"Bang lihatlah baby sitter mereka begitu cekatan dan aku sangat tahu cara kerja mereka jadi Abang tidak usah berlebihan, lagian kita bisa memantau dari CCTV, tentang kinerja mereka," jelas Nabila.
"Tapi aku masih khawatir Yank," ucap Abi.
"Iya, aku tahu, tapi kamu harus ingat kalau tubuhmu juga perlu di pikirkan. Asupan makanan dan istirahat yang cukup juga harus kamu jaga, jangan sampai kamu sakit gara-gara kurang istirahat dan telat makan," celetuk Nabila yang membuat Abi akhirnya nurut.
"Ya, sudah ayo kita ke kamar," sahut Abi lalu menggandeng tangan istrinya ke kamar.
Sesampainya di kamar ternyata Nabila sudah menyuruh ART nya untuk menyiapkan semua makanan, Nabila begitu telaten mengurus Abi yang memang terlihat kecapean.
"Abang aku pijat dulu ya," ucap Nabila.
"Apa kamu nggak capek?" tanya Abi memastikan dia tidak ingin kalau istrinya yang sedang hamil muda mengalami kecapean.
"Enggak Bang, masak hanya memijit sebentar saja kecapean, lagian aku ini orangnya nggak mau diem meskipun sedang hamil," ucap Nabila.
"Iya sudah, kalau begitu lakukanlah, tapi ingat kalau capek berhenti karena aku tidak mau terjadi apa-apa dengan kandunganmu," sahut Abi sambil mencium kening istrinya.
Seketika Abi berbaring di atas ranjang besarnya, kemudian Nabila mulai memijit tubuh suaminya yang memang terasa pegal, tidak tahu kenapa pijatan dari Nabila bisa membius mata Abi, entah terlalu lelah atau kenapa, tiba-tiba saja dengkuran halus terdengar dari mulut suaminya itu.
'Hah ... Sudah tertidur, padahal makanannya belum dimakan sama sekali,' ucap Nabila dalam hati.
*****
Di kota jakarta, saat ini nenek Miranti sedang mendatangi kantor cucunya, dia berkeinginan untuk mengajak cucunya itu terbang ke Palembang untuk menjenguk Anak-anaknya. Nenek Miranti memang sudah mendengar cerita dari versi sahabatnya yang belum sepenuhnya lengkap itu, tapi dirinya tidak mau menghakimi cucunya begitu saja. Maka dari itu nenek Miranti ingin mendengar alasan dari cucunya secara langsung.
"Nenek kalau datang kabari aku dulu, biar aku bisa menjadwalkan waktuku," ucap Revan.
"Oh, jadi nenek mengganggu dong," sahut nenek Miranti.
"Bukan begitu maksudnya Nek, kalau Nenek menghubungiku terlebih dahulu aku kan bisa mengosongkan jadwalku terlebih dahulu,"terang Revan.
"Nenek nggak akan lama kok, hanya bicara masalah anak-anakmu," ucap nenek Miranti.
"Maksud Nenek, anak-anak dari Nabila?" tanya Revan.
"Iya, siapa lagi, anak Nabila juga anakmu. Memangnya Nabila bisa hamil sendiri kalau tidak ada yang menghamili," ketus nenek Miranti.
"Iya, Nek maaf," ucap Revan.
"Ya sudah nenek tidak mau basa-basi lagi, besok lusa Nenek ingin terbang ke Palembang, sekalian nenek ingin mengajakmu, karena kamu ayah dari mereka. Nenek sejak dulu sudah menahan malu terhadap keluarga Nabila gara-gara kamu yang tidak bisa adil kepada anak-anakmu," ucap nenek Miranti.
"Nenek sebenarnya kemarin aku sudah menyiapkan tiket penerbangan ke Palembang, tapi tiba-tiba Ziona masuk rumah sakit karena keracunan makanan, dan setelah itu dia nangis kejar tidak seperti biasanya, Nenek tahu tangisan di balik Ziona, dia melarang ku untuk pergi sampai aku ketiduran di rumah sakit, dan setelah aku bangun apa yang aku dapati. Aku mendapatkan kabar dari Delon, kalau pesawat yang aku tumpangi mengalami kecelakaan, banyak nyawa yang melayang Nek, dan beberapa luka-luka," terang Revan yang membuat nenek Miranti terkejut.
"Apa! Jadi pesawat yang akan kau tumpangi mengalami kecelakaan!" pekik nenek Miranti.
"Iya, Nek. Aku dan Ziona memang memiliki ikatan batin yang kuat makanya anak itu seperti mengerti kalau akan ada sesuatu yang menimpaku," ucap Revan.
"Kamu memiliki ikatan batin yang begitu kuat dengan Ziona, karena sedari bayi dia ada di sampingmu, coba kalau posisi itu di balik, anak-anak Nabila yang selalu kamu temani, pasti mereka juga akan memiliki ikatan batin yang kuat denganmu, karena memang meraka anak-anak kandungmu!" gerutu nenek Miranti.
"Nenek jangan seperti itu, Ziona juga anakku Nek," ucap Revan.
"Mereka bertiga juga anak-anakmu, apa kamu pernah berpikir tentang mereka, bagaimana mereka menjalani hari-harinya tanpa kasih sayang dari seorang ayah kandungnya, bahkan di saat kejadian genting seperti kemarin kamu masih memikirkan Ziona. Dan mengabaikan mereka yang sedari dulu telah kamu abaikan. Ibarat kata, Ziona itu sudah kenyang akan kasih sayangmu, tapi kenapa kamu masih tidak bisa memprioritaskan anak-anak yang sejatinya sangat jarang kamu temui, bahkan kamu masih belum pernah meraba wajah-wajah mereka. Sebagai seorang nenek, aku sangat sedih melihat sikapmu yang tidak bisa tegas terhadap istrimu yang menjadi penghalang antara dirimu dan anak-anakmu," terang nenek Miranti yang merasa kecewa dengan pola pikir cucunya itu.
"Aku juga sangat terluka Nek, di saat diri ini tidak bisa mendampingi mereka, aku memang bukan ayah yang baik untuk mereka, bahkan aku juga sudah pasrah jika diriku nantinya di benci oleh mereka, karena memang aku tidak pernah ada untuk mereka."
"Lalu kenapa kamu tidak berusaha menemui mereka kamu itu punya segalanya, apa yang kamu takutkan untuk menemui anak-anakmu," cecar nenek Miranti.
"Nenek tidak pernah merasakan rasanya di posisiku," ucap Revan
"Itu pemikiran yang sangat bodoh, kamu itu pemimpin dalam keluarga masak dirimu tidak bisa memberi ketegasan terhadap istrimu itu, kalau dia mengancam ingin pergi dari hidupmu biarkan saja, coba kalau mereka berani meninggalkanmu, nenek jamin mereka tidak akan bisa meninggalkanmu, karena kalau sampai itu terjadi maka Andah dan keluarganya akan menjadi gelandangan. Karena semua yang dimiliki oleh keluarganya atas tunjangan dari perusahaan besar kakekmu. Jadi sebaiknya kamu harus lebih tegas jangan malah dirimu menjadi lemah di hadapan perempuan itu, bisa besar kepala nanti perempuan itu."
Revan terdiam, dia lebih baik mengalah dari pada harus berdebat masalah istrinya yang memang tidak pernah di sukai oleh neneknya bukan tanpa alasan nenek Miranti tidak menyukai Andah hanya saja Revan yang tidak tahu dengan kebusukan yang selama ini di mainkan oleh istrinya.
"Ya sudah nenek tanya sekali lagi. Kamu mau ikut atau tidak?" tanya nenek Miranti memastikan.
"Untuk lusa maaf Nek aku sudah ada pertemuan dengan Klein penting, ini juga untuk kepentingan perusahaan," sahut Revan yang memang sudah janji dengan para klien pentingnya.
"Lagi-lagi kamu tidak bisa memprioritaskan mereka, kalau begitu tidak usah bertemu dengan anak-anakmu selamanya, mereka juga tidak mengharapkan ayah berengsek seperti dirimu itu!" tekan nenek Miranti lalu keluar begitu saja.
Selamat malam teman-teman ini aku kasih double up lagi semoga kalian suka ya! Selamat membaca .....
.
kalau mengaduh.. itu artinya protes. dan kita diharamkan protes pada takdir dan ketetapan Allah