Siapa sangka takdir membawa Kevin harus terperangkap di pondok pesantren. Dirinya tidak bisa sebebas dulu, membuat Kevin frustasinya luar biasa. Namun siapa sangka, di sana ada sosok bidadari tak bersayap yang selalu membuat mata Kevin berseri-seri. Hari-harinya yang di pikir terasa suram di pondok pesantren, namun menjadi cerah. "Ustadzah, mau enggak jadi istri saya, nikah sama saya, kalau ustadzah nikah sama saya enggak bakalan nyesel deh. Saya ganteng, kaya lagi, saya anak tunggal loh... Keluarga Pradipta lagi." ucap Kevin dengan songong, matanya mengedip pada ustadzah galak yang mengajar di kelasnya. Nadzira -- sosok ustadzah itu mendelik pada santrinya itu. "Jangan ngimpi kamu. Type saya enggak modelan kayak kamu. Cepat kerjakan hukuman kamu, jangan banyak tingkah." Cetus Nadzira galak. Kevin tidak tersinggung, cowok itu malah tersenyum lebar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 2
Kedua nya sama-sama melotot saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut papa nya itu . Orang yang penting di dalam rumah -- pemimpin rumah tangga.
Ningsih dulu yang protes , sebelum Kevin . "Mas apa, apaan sih ? Enggak lucu ya bercanda nya . Aku enggak suka ." Ketus Ningsih . Wajah nya yang biasa nya selalu menampilkan senyuman manis dari lesung pipi nya , kini berubah menjadi seram .
Pradipta sebenarnya juga tidak tega , namun keputusan nya sudah bulat , anak nya tidak akan berubah jika selalu di kelilingi oleh orang-orang yang memanjakan nya . Biarkan di sana Kevin banyak belajar .
"Papa enggak bercanda . Apa yang papa katakan benar . Dan keputusan papa sudah bulat . Kamu Kevin , akan langsung masuk ke pasantren besok ." Ucap Pradipta dengan tegas .
"Aku enggak mau pa ! Papa kolot banget sih ? Ngapain coba ada kepikiran buat masukin aku ke pondok pasantren. Aku masih mau main pa , aku enggak mau ya di kekang di sana " jelas protes lah Kevin , dirinya masih mau bebas menikmati masa muda nya , dirinya tidak mau masa muda nya suram .
Sang mama juga menimpali nya, bagaimana pun dirinya mana mau berpisah dengan anak semata wayangnya itu . "Pa , mama juga enggak setuju ya . Kevin anak kita satu-satunya loh , masa papa tega mau masukin dia ke pondok pasantren . Apa lagi sekarang di berita- berita , kan banyak kasus tuh di pondok pasantren . Is mama enggak mau ah , mama enggak mau Kevin kenapa-kenapa . " Ucap Ningsih masih berusaha membujuk suami nya itu .
"Enggak semua pondok pasantren seperti apa yang di beritakan ma . Ada juga kok yang bagus . Seperti yang akan Kevin datangi nanti . " Sahut Pradipta .
"CK, darimana papa tau ? Papa sok tau ih. "
"Tau lah , orang pondok pesantren nya juga kepunyaan Sahabat papa . Kyai Mahmud .. ala udah deh ma , Kevin , enggak usah banyak alasan lagi. Keputusan papa sudah bulat , Kevin akan tetap pindah di pondok pasantren . Besok papa yang akan mengantarkan nya . " Ucap Pradipta dengan tegas ,
"Tapi pa ?"
"Ma , mau sampai kapan Kevin seperti itu terus. Dia sudah besar . Suatu saat dia bakalan mengemban tugas yang berat lagi . Jadi jangan selalu memanjakan nya ma . Sudah lah , papa mau hubungi Kyai Mahmud . " Pradipta bangkit dari duduk nya dan langsung pergi dari sana , tidak mau keputusan nya goyah lagi akibat mendengar rengekan putra dan istri nya itu .
Kevin sudah misuh- misuh tidak jelas, kepala nya sudah membayangkan kehidupan nya yang akan berubah menjadi suram ketika masuk ke tempat itu .
"Ma "
"Kevin "
"Aaaaa Kevin enggak mau ma " rengek Kevin sudah lebay sendiri , bahkan dirinya pura-pura nangis , agar Ningsih menatap nya iba , dan mengadukan nya pada sang suami .
Licik , ya begitulah Kevin , selain tengil , sosok pemuda itu juga licik, memiliki banyak ide yang tidak terduga .
"Mama juga enggak mau jauhan dari kamu sayang ." Ningsih bahkan menangis , tidak rela berpisah dengan putra semata wayangnya itu
"Kalau gitu, mama harus bujuk papa , aku enggak mau masuk pondok pesantren . " Ucap Kevin .
Ningsih mengangguk , lalu bangkit dan mengejar sang suami . .
•
Kevin pikir mama nya akan berhasil membujuk papa nya . Biasa nya dengan mudah Pradipta itu selalu mengiyakan semua permintaan istri tercinta nya , walaupun permintaan itu sedikit nyeleneh . Tapi kali ini Kevin harus menahan kekesalan nya , karena ternyata papa nya sama sekali tidak mengubah keputusan nya .
"Ayo Kevin . Kamu mau papa coret dari daftar pewaris satu-satunya keluarga Pradipta huh ?"
Kevin dengan misuh- misuh langsung masuk ke dalam mobil saat mendengar ancaman yang menyebalkan di telinga nya itu . Mana mungkin dirinya mau di coret dari daftar pewaris . Lagian papa nya aneh , kalau bukan dia jadi siapa lagi yang bakalan jadi pewaris keluarga Pradipta .
"Kalau coret juga papa yang bingung, orang aku cuman tunggal kok , enggak ada yang lain . Mau siapa yang pegang harta papa yang banyak itu . " Selalu saja ada jawaban dari mulut si tengil Kevin itu.
Pradipta tersenyum tipis mendengar nya . "Gampang kok . Tinggal angkat anak aja , terus kasih semua harta nya ke anak angkat papa itu . Beres kan " sahut Pradipta santai .
Kevin melotot mendengar nya . "Terus ? Kevin hidup nya gimana ?"
"Ya itu pilihan kamu, orang kamu yang mau kok . Kamu bisa jadi gelandangan . "
"CK , papa ." Kevin kesal sendiri dengan jawaban tak terduga papa nya itu . Biasa nya papa nya akan kalah telak , jika berdebat dengan dirinya , tapi ini apa , diri nya malah kalah berdebat dengan papa nya itu .
Sedangkan Pradipta sudah mengulum senyum nya , melihat ekspresi kesal anak satu-satunya itu .
Ningsih yang baru masuk ke dalam mobil dan melihat wajah bete' sang anak , langsung menatap tajam sang suami .
"Dasar suami nyebelin . Kesel banget aku . " Omel Ningsih , dirinya bahkan memilih duduk di samping Kevin saja daripada di samping Pradipta, Ningsih mengibarkan bendera perang pada pria itu .
Pradipta hanya diam saja , dirinya membiarkan saja , toh istri cantik nya itu mudah luluh , jika ini marah , nanti dirinya rayu dan ajak jalan-jalan pasti akan langsung luluh .
Ningsih menatap ke arah anak semata wayangnya itu. "Kevin sayang ,maaf ya ... Mama enggak bisa ngebujuk papa . Maaf banget ya sayang . " Ucap Ningsih merasa sangat bersalah pada anak semata wayangnya itu .
Kevin cemberut ,"biasanya juga mama minta apa aja di turuti sama papa . Ini kok enggak ya ." Gerutu Kevin .
Ningsih menghela nafas nya kasar , tangan nya terulur mengelus kepala anak nya itu dengan kasih sayang . "Maaf ya sayang ,mama juga enggak tau , kenapa papa kali ini susah banget di bujuk . Tapi Kevin tenang saja ya , mama janji, mama bakalan pantau dan sering kunjungi Kevin di sana . Udah ya , anak ganteng mama jangan cemberut gitu dong . " Bujuk Ningsih, rasa nya sedih sekali melihat wajah cemberut anak nya itu .
Pradipta yang ada di depan kemudi , dan mendengar percakapan itu sudah ingin menyemburkan tawa nya , namun buru-buru dirinya menetralisir nya .
Sudah di katakan bukan ,kali ini Pradipta tidak akan tergoda dengan bujuk rayu istri cantik nya itu . Diri nya dengan tegas , akan tetap membawa Kevin masuk ke dalam pondok pesantren .
Itu semua demi kebaikan Kevin .
Kevin harus dewasa .
•
Setengah jam berlalu , mobil SUV berwarna hitam itu masuk ke dalam gerbang tinggi yang baru saja di buka oleh seorang pria berpakaian batik. Mereka tidak mengenal nya , tapi pria paruh baya yang usia nya lebih tua dari Pradipta itu membungkuk kan sedikit badan nya menyambut kedatangan mereka .
Dan saat turun dari mobil, rupa nya Pradipta dan keluarga nya sudah di sambut oleh Kyai Mahmud dan keluarga nya yang berdiri di sana .