Dipaksa menikah dengan pria beristri membuat Delia berani berbuat nekad. Ia rela melakukan apa saja demi membatalkan pernikahan itu, termasuk menjadi istri sewaan seorang pria misterius.
Pria itu adalah Devanta Adijaya, seseorang yang cenderung tertutup bahkan Delia sendiri tidak tahu apa profesi suaminya.
Hingga suatu ketika Delia terjebak dalam sebuah masalah besar yang melibatkan Devanta. Apakah Delia bisa mengatasinya atau justru ini menjadi akhir dari cerita hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haraa Boo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi pusat perhatian
Mobil yang membawa Devan dan Delia sudah sampai di depan sebuah rumah mewah. Begitu Delia turun, ia nampak takjub dengan bangunan rumah itu. Pikirnya rumah Devan adalah yang paling mewah, tapi rumah di depannya sekarang bahkan jauh lebih mewah. Entah bagaimana menggambarkannya.
"Ayo," ucap Devan sambil melirik ke arah tangannya yang sudah siap menyambut tangan Delia.
"Apa?" tanya Delia yang tidak tahu dengan maksud Devan, padahal pria itu jelas-jelas sudah melipat satu tangannya di pinggang.
"Apa mungkin aku membiarkanmu masuk sendiri di rumah orang yang kamu nggak kenal," jawab Devan.
Dengan terpaksa Delia melingkarkan tangannya di lengan Devan. Ada perasaan gugup yang menyerang Delia, apalagi ia harus berbicara di depan banyak orang yang tidak ia kenal.
Begitu mereka masuk, sudah banyak tamu undangan yang datang. Diantara mereka bahkan ada beberapa tamu yang tampak berasal dari luar negeri.
Dengan percaya diri Devan tampak menyapa para tamu dengan senyum manisnya sambil menggandeng tangan Delia.
Untuk sesaat kedatangan Devan sudah menjadi pusat perhatian, tapi perhatian mereka sebenarnya lebih tertuju pada Delia. Apalagi setelah isu pernikahannya, mereka mulai berpikir jika Delia adalah istrinya.
"Apakah itu istrinya Devan? Aku rasa mereka sangatlah serasi," ucap salah satu tamu wanita.
"Bukankah istrinya adalah Monic. Bahkan kabar pernikahan mereka sudah tersebar di seluruh berita," sahut yang lain dengan suara pelan.
Delia yang sadar sedang dibicarakan mulai gelisah. Ia terus menunduk untuk menyembunyikan wajahnya.
"Van mereka ngomongin kita," bisik Delia memberanikan diri untuk mengadu pada Devan.
"Tidak perlu mendengarkan ucapan mereka, cukup jalan lurus ke depan dan jangan lupa untuk selalu tersenyum."
Devan menghentikan langkahnya begitu ia sudah berdiri di hadapan Liliana dan juga Thomas. Delia yang terkejut pun segera mendongak menatap sepasangan suami istri yang juga sedang menatapnya.
"Kamu pasti Delia, cantik sekali. Perkenalkan saya Liliana, kamu bisa panggil saya tante dan ini Om Thomas," sapa Liliana yang sejak awal tatapannya langsung tertuju ke arah Delia.
"Delia tante.. Om," Delia menyunggingkan senyumnya sambil menjabat tangan mereka.
"Selamat ulang taun tante, ini ada hadiah kecil dari Devan dan Delia, semoga tante suka," ucap Devan sambil menyerahkan bingkisan sedang.
"Karena kalian sudah datang bagaimana kalau acaranya kita mulai sekarang," ucap Thomas usai melirik jam tangannya.
Waktu sudah semakin malam dan para tamu undangan juga sudah hadir, kini waktunya Delia untuk mengambil alih acara itu.
Setelah mengumpulkan keberaniannya, kini Delia sudah melangkah ke depan. Bahkan sebelum ia sempat membuka suara, penampilannya yang cukup memukau sudah mencuri perhatian seluruh orang yang hadir disana.
"Selamat malam para hadirin yang terhormat. Senang sekali saya Adelia bisa berdiri disini menyapa kalian yang sudah hadir untuk merayakan ulang tahun Ibu Liliana yang ke 52 tahun."
Saat Delia mulai berbicara, tentu tak luput dari pandangan Devan. Pria itu memilih menepi sendirian agar fokus terhadap Delia, namun tiba-tiba Tara menghampirinya.
"Istri lo cakep juga ya, boleh lah buat gue kalau lo udah nggak butuh," goda Tara.
Ucapan Tara yang sembarangan itu langsung mendapat lirikan tajam dari Devan. "Mulutmu ya Tar, kalau sampai orang denger gimana?!"
"Gue udah pelan ini bro."
Rupanya orang disekeliling Devan nampak setuju dengan pendapat Tara, mereka terus memuji Delia.
"Kira-kira itu cewek udah punya pacar belum ya, kalau dilihat-lihat cantik juga," ucap seorang pria yang berdiri di belakang Devan.
"Kamu benar, ini pertama kalinya aku liat dia dan aku langsung jatuh hati sama dia."
Devan yang mendengar itu pun semakin geram. Ia bahkan sudah meminum habis wine-nya hanya dalam sekali tegukan.
"Santai bro. Lo denger sendiri kan, yang mau sama Delia rupanya bukan cuma gue, tapi mereka-mereka juga sadar akan kecantikan istri lo."
Ucapan Tara yang semakin membuat telinga Devan panas, membuatnya memilih untuk meninggalkan acara itu. Meski Devan sudah minum beberapa gelas wine, tapi ia masih bisa berjalan tegak.
Kini Devan sudah sampai di rooftop, perlahan ia mengeluarkan rokok berserta korek api lalu menyalakannya. Devan memilih untuk menepi sejenak meskipun udara disana cukup dingin. Setidaknya disana tenang, tidak seperti didalam yang terasa sesak dan menjengkelkan.
"Aku cari-cari rupanya kamu disini."
Ucapan seorang wanita itu membuat Devan menoleh.
Wanita yang tak lain adalah Monic itu mendekat, dan tanpa diduga ia merogoh sendiri kantong celana Devan untuk mengambil rokok pria itu. Rupanya Monic juga terbiasa menghisap rokok.
Monic menyesap rokok itu lalu mengembuskannya dengan cukup handal. "Kenapa disini, cemburu sama orang-orang itu?"
"Kamu sendiri ngapain disini?"
"Kan tadi udah bilang, lagian istrinya lagi tampil tapi suaminya malah ngilang. Dimana lagi coba kalau bukan disini."
Rupanya Monic juga mendengar ucapan dari beberapa orang itu.
"Kemarin aku ketemu Delia," celetuk Monic tiba-tiba.
"Dimana?" tanya Devan yang langsung menoleh ke arah Monic.
"Di restoran tempat aku lagi makan sama Tante Margaret" jawab Monic.
"Terus Delia ketemu sama mami, apa yang terjadi?"
Begitu mendengar nama Margaret, mimik muka Devan langsung menegang.
"Beruntung aku sempet liat dia sebelum dia masuk, dan akhirnya aku minta dia buat pergi dari restoran itu."
Penjelasan Monic membuat Devan bisa menarik napas lega, ia pikir Margaret sudah berbuat buruk terhadap Delia.
"Tapi aneh bukan, saat kita menginginkan untuk tidak bertemu, Tuhan selalu punya cara untuk mempertemukan. Giliran orang yang pengen banget kita temuin malah susah ketemunya. Kaya nyokap dan bokap gue. Mereka bener-bener udah lupa sama gue." ucap Monic sambil tertawa, namun dibalik tawanya ia menyimpan luka yang cukup besar.
"Mereka sama sekali nggak menghubungi kamu?" tanya Devan.
"Telfon dari aku aja di matiin Dev," ucap Monic yang sudah meninggikan suaranya.
"Di waktu pernikahan kamu aja, mereka sama sekali nggak nelfon. Padahal itu sebenarnya hari pernikahan aku, putrinya. Apa segitu tidak berharganya aku di mata mereka," lanjut Monic.
Mata Monic mulai menggenang, diikuti oleh tarikan napas berat. Siapa sangka Monic yang diluar terlihat bar-bar dan hanya tahu bersenang-senang saja, rupanya di dalam hati ia sangatlah rapuh.
Monic hanya ingin mencari kebahagiaan di luar, namun nyatanya ketika ia sendiri pikirannya pun kembali kacau.
Tanpa diduga, Devan sudah menarik badan Monic ke dalam dekapannya.
Monic pun terkejut karena ini pertama kalinya Devan memiliki rasa empati pada dirinya. Biasanya meski Monic sudah menangis meraung-raung maka Devan akan tetap membiarkannya, bahkan lebih parahnya Devan akan pergi meninggalkannya.
BERSAMBUNG...
Bikin Devan salting terus sampe klepek-klepek sama Delia🥰🤭