Plakk
suara tamparan terdengar menggema di ruangan tersebut.
"Amelia"
"Diamm"
Teriak wanita dengan nama Amelia itu ketika melihat suaminya ingin membela adiknya.
"Ini urusan antara kakak dan adiknya, dan kau tidak berhak untuk ikut campur"
Amelia menunjuk wajah pria itu, menatapnya dengan dingin, tidak ada lagi tatapan cinta untuk suaminya seperti dulu, kini tatapan itu hanya memancarkan sakit, kecewa, dan benci yang menjadi satu.
"Kakak"
"Jangan panggil aku Kakk"
Amelia kembali berteriak dengan keras, wanita itu seolah kehilangan kendalinya.
"Kau ingat? dengan tangan ini aku membesarkanmu, membesarkan adikku dengan penuh cinta dan air mata"
Amelia menatap kedua tangannya dengan berkaca kaca.
"Tapi siapa sangka jika selama ini yang ku anggap adik ternyata seekor landak yang menusuk orang yang memeluknya"
Pandangannya kembali jatuh pada Liliana adiknya.
"Kau adik yang ku besarkan dengan segala perjuanganku, ternyata menusukku tanpa ampun"
"Kau bermain dengan suamiku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rem blong
"Kak Reyhan dimana kakak ku?"
Liliana tampak bertanya pada Reyhan yang kini tengah duduk di salah satu meja yang ada di cafe miliknya sembari mengerjakan sesuatu di laptop miliknya
Reyhan melirik kearah Liliana sebentar, gadis itu terlihat masih menggunakan seragam sekolahnya.
"Amelia ke toko yang ada di pinggir jalan itu sebentar, Dia ingin membeli sesuatu"
Jawab pria itu yang kemudian kembali fokus pada pekerjaannya.
"Pergilah makan, Amelia menyiapkan makanan untukmu di meja belakang"
Ucap pria itu kembali tanpa mengalihkan perhatiannya.
Liliana hanya terdiam, memandangi sosok pria tampan itu dalam beberapa waktu.
Karna merasa tidak ada pergerakan, Reyhan mengalihkan pandangannya, dia menatap Liliana yang ternyata juga menatapnya.
"Liliana"
Liliana segera tersadar saat namanya di panggil.
"Ahh kakak Rey aku ingin mengatakan sesuatu"
Mendengar apa yang di katakan gadis itu membuat Reyhan menutup laptop miliknya.
"Katakanlah"
"Besok adalah ulang tahun kakak ku, apakah kak Rey bisa membantuku mempersiapkan kejutan kecil untuknya"
jelas gadis itu dengan cepat.
Ya besok adalah ulang tahun kakaknya, dia telah menyisihkan sedikit uang jajannya sejak lama untuk ulang tahun Amelia.
Reyhan yang mendengar itu seketika mengumpat.
"Oh ya tuhan aku hampir melupakan itu"
Ucapnya kemudian
Belakangan ini dia memiliki banyak tugas, sehingga membuatnya terkadang melupakan hal hal yang penting, dan hari ini dia hampir saja melupakan ulang tahun sahabatnya itu.
"Tentu saja kita akan mempersiapkannya bersama"
Liliana melebarkan senyumnya
"Terima kasih kakak"
Ucapnya yang tanpa sadar memegang lengan Reyhan, Namun Reyhan tampak tak masalah, dia menepuk tangan gadis itu sambil tersenyum.
Liliana sudah seperti adik baginya, Sejak Amelia pindah dari rumahnya yang dulu, kerap dia bergantian menjaga Liliana kecil, dulu jika Amelia benar benar tidak mampu menjemput adiknya, maka Reyhan yang akan menjemputnya.
"Hey hey heyy apa yang kalian bicarakan"
Suara Amelia yang baru saja datang mengejutkan mereka.
"Kakak, itu kakak Reyhan bersedia membantu aku mengerjakan pekerjaan rumah yang di berikan guru tadi, cukup sulit tapi kak Reyhan mengerti dengan baik"
Jelas Liliana dengan cepat yang kemudian segera menarik tangannya.
"Ohh benarkah? Kau tidak salah memilih orang untuk mengajarimu dia sangat pintar"
Ucap Amelia kemudian
"Tapi ku rasa kamu yang lebih pintar, Andai saja kamu melanjutkan sekolahmu, aku rasa kau akan selalu berada di atasku"
Timpal Reyhan dengan cepat.
"Kau selalu berlebihan ketika memujiku"
"Aku tidak"
Reyhan mengangkat bahunya dengan acuh kemudian segera pergi dari sana.
"Sudah makan?"
Liliana menggelengkan kepalanya pelan
"Pergi makan kakak menyimpan makanan untukmu di meja belakang"
Ucap Amelia
Liliana menganggukkan kepalanya kemudian pergi dari sari sana.
Beberapa jam telah berlalu Amelia baru saja selesai membersihkan cafe di bantu dengan Liliana segera bersiap siap untuk pulang.
Gadis itu mengayuh sepeda miliknya seolah tidak merasakan lelah setelah bekerja seharian.
"Kakak aku akan ke rumah soya besok, kami akan mengerjakan tugas kelompok"
Ucap Liliana yang memberitahu Amelia tentang kegiatannya besok
"Pergilah dan hati hati, jangan matikan ponselmu"
Timpal Amelia yang mengizinkan sang adik, lagi pula besok hari minggu tidak masalah jika adiknya ingin pergi bersama teman temannya.
Setelah mengayuh dalam jarak yang tidak begitu jauh, kini mereka telah sampai di sebuah kosan yang cukup kecil untuk mereka.
Hanya ada sebuah tempat tidur, wc, dan dapur kecil, namun bagi mereka itu sudah lebih dari cukup.
Amelia kemudian segera membersihkan diri dan bersiap siap untuk tidur.
"Kakak"
"Hmmm"
Amelia berdehem pelan menanggapi adiknya, dia bergerak mendekati adiknya di tempat tidur yang sangat pas untuk mereka berdua.
"Apa kakak pernah jatuh cinta?"
Di tanya seperti itu membuat Amelia terbahak bahak.
"Jangan bilang jika adik kakak ini sedang jatuh cinta"
Tebak Amelia yang menatap Liliana dengan serius.
Di tatap sang kakak membuat gadis itu merasa gugup.
"Aku hanya bertanya"
Timpalnya dengan acuh.
"Benarkah?"
"Aihhhh kakak"
Rengek Liliana dengan kesal ketika merasa kakaknya itu sedang menggodanya.
"Kakak sendiri tidak tau rasanya seperti apa? Mungkin kakak pernah merasakannya tapi tidak menyadarinya?"
Timpal Amelia dengan terkekeh pelan.
"Tapi untuk sekarang lebih baik fokus untuk pendidikanmu, kakak tidak melarang mu memiliki rasa itu tapi tetap jadikan pendidikan mu nomor 1"
Ucap Amelia kembali yang menatap mata adiknya dengan dalam.
"Saat ini kita tidak memiliki apa apa dek, Tapi jika suatu saat nanti kau menjadi orang yang sukses maka mereka tidak memiliki alasan untuk menolak"
Lanjut Amelia kembali.
Liliana menganggukkan kepalanya mengerti, dia tentu saja paham apa yang di katakan oleh kakaknya, Dia tidak memiliki apapun untuk di lirik seorang laki laki, dan memiliki pendidikan yang baik cukup mampu membuat laki laki merasa terkesan padanya.
Mungkinkah seperti itu?
"Tapi bagaimana dengan kak Reyhan? Apa kakak menyukainya?"
Tanya Liliana dengan suara yang cukup kecil.
Mendengar pertanyaan adiknya Amelia tidak langsung menjawab, dia terdiam beberapa waktu.
"Reyhan? Dia pria yang baik bahkan sangat sangat baik"
Jawab gadis itu kemudian
Liliana menatap kakaknya
"Tapi kakak hanya menganggap pria itu sebagai sahabat, lagi pula kakak tidak pantas bersanding dengannya, kita berbeda"
Lanjut Amelia dengan terkekeh pelan.
"Ya kak Reyhan sangat baik kepada kita"
Gumam Liliana
Amelia menganggukkan kepalanya.
...****************...
Keesokan paginya, seperti yang dikatakan oleh Liliana semalam kini gadis itu pergi ke rumah temannya di antar oleh Reyhan karna jaraknya cukup jauh, Dan jika dia yang mengantar Liliana sudah dia pastikan jika dia akan terlambat membuka cafe pagi ini. Lagi pula Reyhan akan pergi ke rumah temannya dan memiliki arah yang sama.
Liliana kembali mengayuh sepeda miliknya, Namun setelah dia bergerak jauh dari rumah dia merasa ada sesuatu yang salah dengan sepeda miliknya.
Rem nya blong
Amelia membulatkan matanya ketika menyadari itu.
"Ya tuhan bagaimana ini"
Panik gadis itu terlebih saat ini jalanan di depannya sedikit menurun membuat sepedanya bergerak cukup cepat.
"Arghhhh minggir minggir"
"Aku tidak memiliki uang untuk tanggung jawab ketika kalian terluka"
Teriak gadis itu dengan cepat membuat semua orang yang di depannya segera menghindar.
Amelia menghela nafasnya ketika melihat jalan di depan sedikit menanjak itu berarti dia bisa menghentikan sepedanya di tempat itu secara perlahan.
Namun terkadang apa yang di rencanakan tidak sesuai dengan ekspektasi.
Seseorang pria remaja keluar dari lorong tanpa memperhatikan jalan.
"Minggir"
Teriak Amelia dengan menggelegar.
Namun karna laju sepedanya cukup cepat hingga membuat pria itu tidak bisa menghindar.
Brakkkkk
Tubuh Amelia terjatuh begitupun dengan remaja pria tadi.
"Auhhhhh"
Amelia meringis ketika merasa lututnya yang sedikit terasa perih.
"Eyyy sepertinya kita memang berjodoh"
Namun suara pria yang menurutnya tidak asing membuat dirinya segera mengalihkan pandangannya.
"Kamu"