Setelah dituduh sebagai pemuja iblis, Carvina tewas dengan penuh dendam dan jiwanya terjebak di dunia iblis selama ratusan tahun. Setelah sekian lama, dia akhirnya terlahir kembali di dunia yang berbeda dengan dunia sebelumnya.
Dia merasuki tubuh seorang anak kecil yang ditindas keluarganya, namun berkat kemampuan barunya, dia bertemu dengan paman pemilik tubuh barunya dan mengangkatnya menjadi anak.
Mereka meninggalkan kota, memulai kehidupan baru yang penuh kekacauan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Tiga orang berpakaian serba hitam saling memunggungi sambil bersiaga dengan senjata masing-masing. Terlihat beberapa orang berpakaian serba merah mengepung mereka seraya mengacungkan pedang.
"Sial! Ini jebakan!" Umpat seorang pria tampan berpakaian hitam sambil menghunuskan pedangnya yang diselimuti asap hitam. Mata hitamnya menatap sekelompok orang itu dengan waspada.
"Jangan lengah dan lindungi nona Carvina, Hadeon!" Ucap seorang pria berparas cukup tampan seraya bersiaga dengan array nya. Mata merahnya menyala di gelapnya malam.
"Jangan fokus padaku, Hadeon, Erebos. Fokus dengan musuh yang ada di hadapan kita. Saat ini bukan untuk melindungi ku, tapi untuk kalian juga." Seorang wanita berambut ash blue berkata dengan santai. Manik oranye kemerahan menatap liar mencari dalang penyerangan yang terjadi di wilayahnya.
"Menyerahlah, Carvina!"
Suara familiar membuat Carvina menoleh ke asal suara itu, seketika tatapannya berubah menjadi dingin.
Diantara kerumunan itu, terlihat beberapa orang berjalan angkuh ke arahnya. Carvina terkekeh sinis melihat seorang gadis bersurai pirang berada diantara orang-orang itu.
Beberapa orang yang mengepungnya menurunkan senjata dan memberi jalan, membuat mereka bertiga meningkatkan kewaspadaan nya.
"Oh, Ayah." Carniva berkata sinis pada seorang pria bersurai biru gelap yang berdiri angkuh di depannya. Mata jingga kemerahan menatap gadis cantik yang memiliki mata yang sama dengannya.
"Kau sudah keterlaluan, Carniva!" Desis pria itu dingin.
"Oh, ya?" Carvina memiringkan kepalanya angkuh, "Kali ini apa yang diadukannya padamu? Menyembah iblis? Menyiksa pekerja? Katakanlah." Cercanya seraya menatap seorang gadis bersurai pirang yang bersembunyi di balik tubuh seorang pria tampan sambil memasang wajah takut-takut. Tetapi Carvina melihat seringai di wajah gadis itu.
Mereka menatap Carvina marah.
"Kau bersekongkol dengan iblis, Carvina! Espera melihat kau membuat altar untuk persembahan dan kau juga ingin mengorbankannya!" Seru Derrez marah.
Carvina Amarillia Azhura, gadis berparas sangat cantik dengan rambut ash blue yang indah, mata jingga kemerahan yang menyala serta memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
Sayangnya, gadis cantik itu diabaikan oleh keluarganya sendiri. Mereka lebih memilih mengadopsi seorang anak dari panti asuhan. Esperanza Azhura, gadis cantik yang dicintai semua orang. Memiliki rambut pirang bagaikan lelehan emas dengan mata biru yang indah seperti malaikat. Tutur katanya yang lembut membuat siapapun jatuh cinta mendengarnya.
Tapi, dimata Carvina tidak berlaku. Gadis itu sangat ceroboh dan suka memutar balikkan fakta. Membuat namanya jatuh dengan mengorbankan dirinya sendiri.
"Sungguh omong kosong yang bodoh." Carvina tersenyum sinis, "Jika aku memuja iblis, hal yang paling aku inginkan adalah menjadi anaknya. Menjadi bagian keluarga dari sampah seperti kalian sangat membuatku menyesal terlahir di dunia ini."
Mereka tersentak kaget mendengar perkataan gadis itu.
"Beraninya kau berbicara seperti itu!" Araldo emosi dan menghunuskan pedangnya.
'Jleb!'
Carvina membelalak saat melihat pria yang merupakan orangnya tertusuk pedang. Satu-satunya orang yang dekat dengannya kini bersimbah darah di depannya.
"Erebos!" Pekik Hadeon dan Carvina bersamaan.
'Brukh!'
Pria itu jatuh tersungkur, sebelah tangannya digunakan untuk menahan darah yang merembes dari luka tusukan di dada yang tembus ke jantung.
Carvina bersimpuh di sebelah Erebos dan memangku kepala pria itu di pangkuannya, "Kenapa kau melakukan hal bodoh seperti ini, Erebos?"
Erebos tersenyum dan menatap gadis itu dengan tulus.
"Sa..ya sangat bangga bisa melindungi Nona. Terimakasih telah menyelamatkan saya dari tempat terkutuk itu dan melatih saya hingga menjadi sekuat ini," Erebos berkata dengan sekali tarikan nafas, membuat mereka yang berada di sana tercengang.
Carvina menatapnya sedih, air matanya tumpah dan mengenai wajah pria yang sedang sekarat, "Apa yang kau katakan, Erebos? Aku memilihmu karena kau memiliki potensi yang bagus."
Pria itu tersenyum. Dia menjulurkan tangannya, mengusap air mata yang mengalir di wajah gadis yang menjadi penyelamatnya, "Terimakasih, Nona. Kelak, di kehidupan berikutnya, saya berharap bisa bertemu dengan Anda lagi."
"Apa yang kau katakan, Erebos?! Bertahanlah dan jangan mati, bodoh!" Seru Hadeon marah. Terlihat wajah pria itu banjir air mata, membuat Erebos terkekeh lirih. Sesekali pria itu terbatuk dan memuntahkan seteguk darah.
Dia bersyukur telah bertemu dengan orang sebaik Carvina dan Hadeon. Meski sikap Carvina menimbulkan banyak salah paham, tetapi gadis itu sangat baik dan peduli yang ditutupi dengan sikap cuek dan pendiamnya.
"Berjanjilah padaku, Hadeon," Pria itu terbatuk dan kembali memuntahkan darah, "Jaga dan lindungi Nona. Aku...merasa..waktuku tak lama...lagi.." Ucapnya lirih disertai hembusan nafas berat yang menjadi nafas terakhirnya.
"Erebos?" Hadeon mengguncang tubuh Erebos yang mulai dingin dan kaku. Rekan seperjuangan nya telah tiada dan hal itu membuatnya terguncang, "Kelak, semoga kita bertemu lagi. Jika sampai saat itu tiba, biarkan aku menghajarmu sampai puas."
"Kau telah membunuh salah satu orang ku, Araldo," Desis Carvina dingin.
Pria itu tersentak, dia terdiam cukup lama dan menatap Carvina dengan emosi yang sulit dijelaskan. "Dia yang mengorbankan nyawanya sendiri. Seorang budak memang sudah seharusnya seperti itu."
"Ya, dimatamu seperti itu, tapi tidak dimataku." Sinis Carvina, "Mereka yang kau anggap budak adalah keluarga bagiku. Karena orang yang memiliki hubungan darah denganku tidak pernah menginginkan kehadiranku."
Perkataan Carvina sukses membuat mereka tersentak.
"Beraninya kau berbicara seperti itu?!" Seru Araldo marah.
"Su-sudah Kak. Ini salahku. Seharusnya aku tidak tinggal di sini dan merebut milik nona Carvina." Espera mencicit ketakutan.
"Kau berpikir begitu? Sungguh kekanakan."
Carvina meletakkan kepala Erebos di lantai dengan hati-hati. Dia berdiri menatap orang-orang yang berada di sana dengan datar.
Espera meringsut mundur, bersembunyi di balik tubuh Derrez dengan tubuh bergetar hebat.
Derrez yang merasakan getaran tubuh Espera hanya bisa mengepalkan tangannya. Dia tidak dekat dengan Carvina, putri kandungnya sendiri.
Derrez Oryxia Azhura, salah satu Duke terhebat di Kerajaan Azterzha. Dijuluki sebagai perisai kerajaan sekaligus monster berdarah dingin, mengingat sebagian besar waktunya dihabiskan dalam medan perang.
"Kau keterlaluan, Carvina. Sebagai hukuman, kau tidak boleh keluar kamar selama sebulan penuh dan aksesmu di cabut!"
"Ah, kau lupa, ya? Aku tidak mendapatkan apapun darimu." Carvina berkata enteng sambil angkat bahu tak acuh. "Sayang sekali, putra kesayanganmu telah membunuh pemburu handal milikku, bagaimana kami bisa berburu?"
"Jangan bicara omong kosong!" Araldo membentak seraya menghunuskan pedang berlumuran darah ke arah leher Carvina, tetapi di hadang oleh Hadeon. Ujung pedang itu menembus dada pria itu dan bernasib sama seperti Erebos.
Carvina menatap nanar dua tubuh kaku milik bawahannya. Orang-orang kepercayaan sekaligus orang terdekatnya tewas di tangan Araldo, membuat Carvina menatap benci mereka.
"Kau telah membunuh orang ku, Araldo Oryza Azhura. Kalian akan menyesali semua ini!"
Segera gadis itu mengambil sesuatu yang terselip di saku celananya. Mereka membelalak saat melihat Carvina menenggak isi botol itu.
Racun mematikan yang tidak ada penawarnya.
"Aku bersumpah kalian akan menyesali ini sampai mati! Jika ada kehidupan berikutnya, aku tidak akan pernah memaafkan kalian!"
✨
Jiwa Carvina melayang di kegelapan selama beberapa lama. Mungkin puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun. Entahlah.
Dia tidak mengingatnya dengan jelas, hingga sesosok iblis tiba-tiba menangkap jiwanya yang terombang-ambing.
Dia tidak menyesali perbuatan nekatnya. Hatinya mati rasa.
Bahkan para iblis yang memainkan dan menyiksa jiwanya tidak dia hiraukan, meskipun rasa sakit di tangan mereka lebih hebat dari rasa sakit di kehidupan sebelumnya.
"Aku membebaskan mu, Carvina." Seorang pria tampan berkata dengan datar, membuat gadis itu mendongak.
Mata hitam dengan iris merah, rambut hitam pekat dengan dua tanduk di kepalanya. Sepasang sayap hitam di punggungnya yang kokoh memberi wibawa tersendiri bagi gadis itu.
Pria itu berjalan mendekati Carvina yang duduk dengan tubuh terikat rantai lengkap dengan sulur tajam. Terdapat noda darah di sekitar sulur yang membelit gadis itu.
Pria itu mengibaskan tangannya. Seketika sulur hitam nan tajam itu menghilang dari tubuh Carvina, meninggalkan noda darah yang menempel di tubuh gadis itu.
Sebuah cahaya hitam mengelilingi tubuh Carvina, membuat tubuh penuh luka itu kembali seperti sedia kala.
"Aku sudah memainkanmu cukup lama." Pria itu mengangkat dagu Carvina, "Kau tidak ingin bebas?"
Carvina menatap iblis itu datar, "Katakan, apa yang kau inginkan?"
Iblis itu tertawa, "Aku pikir kau akan berjingkrak bahagia. Seribu tahun berlalu dalam penyiksaan dan kau tidak ingin bebas? Sayang sekali."
"Aku tak percaya jika kau akan membebaskanku dengan mudah."
Carvina ingat, ada sebuah jiwa yang berhasil di tangkap oleh bangsa iblis dan menjadi mainan mereka selama beberapa waktu. Tetapi jiwa itu hancur karena sudah lama di siksa.
"Hohoho! Gadis pintar." Seringai lebar tersampir di wajah tampannya itu.
"Lihat ini."
Sang iblis memperlihatkan sesuatu di cermin yang berada di sana, membuat Carvina menatap cermin itu dengan datar.