NovelToon NovelToon
Deadline Your Died

Deadline Your Died

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Time Travel / Mengubah Takdir / Romansa / Rebirth For Love
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: amih_amy

Ketika cinta harus terpatahkan oleh maut, hati Ryan dipenuhi oleh rasa kalut. Dia baru menyadari perasaannya dan merasa menyesal setelah kehilangan kekasihnya. Ryan pun membuat permohonan, andai semuanya bisa terulang ....

Keajaiban pun berlaku. Sebuah kecelakaan membuat lelaki itu bisa kembali ke masa lalu. Seperti dejavu, lalu Ryan berpikir jika dirinya harus melakukan sesuatu. Mungkin dia bisa mengubah takdir kematian kekasihnya itu.

Akan tetapi, hal itu tak semudah membalikkan telapak tangan, lalu bagaimanakah kisah perjuangan Ryan untuk mengubah keadaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amih_amy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4. Tiga Tahun Lalu

"Mbak, dengerin aku dulu!" Ryan meronta menahan tubuhnya yang diseret keluar oleh Dania. Lelaki itu ingin memberikan penjelasan kepada Dania perihal kejadian yang memalukan di atas panggung tadi. Namun, perempuan yang kini sudah mempunyai satu anak itu seolah tak peduli. Hari ini, Ryan benar-benar membuatnya malu sekali.

"Kamu, tuh, udah malu-maluin mbak, Ryan. Awas aja kalau sampe kerjaan mbak kena imbasnya. Mbak nggak akan maafin kamu!" seru Dania sambil berjalan. Sebelah tangannya masih mencengkram tangan Ryan. Tentu sambil menyeret lelaki itu ke area parkiran.

"Tapi dia memang pacar aku, Mbak."

Mendengar itu tubuh Dania tiba-tiba berhenti mendadak, lalu menoleh ke arah Ryan sejenak. "Pacar gimana? Dia masih SMA. Sejak kapan kamu mulai memacari anak SMA, hah?" sentak Dania. Perempuan itu kesal dengan alasan Ryan yang terkesan mengada-ngada.

"Bukan SMA, Mbak. Dia udah kuliah," tukas Ryan menyanggah. Yang dia ingat kekasihnya sedang kuliah.

"Gadis yang kamu peluk tadi?" Dania memastikan dahulu gadis mana yang Ryan maksud. Ryan pun mengangguk.

"Ngayal kamu, ya. Dia tuh murid SMA ini. Kamu lupa tadi kepala sekolahnya bilang apa?"

Ryan berpikir sejenak untuk mengingat perkataan kepala sekolah sewaktu menyidangnya. Dia bilang, jika Rara adalah siswi kelas tiga. Namun, Ryan menolak untuk percaya.

"Nggak. Aku yakin dia itu memang Rara, pacar aku." Ryan tetap kekeuh dengan pendiriannya sambil menggeleng tak mau dibantah. "Mungkin maksud kepala sekolah, kalau Rara itu alumni sekolah di sini. Dia itu ...." Ucapan Ryan terjeda sejenak ketika otaknya mengingat sesuatu, "ah, iya. Rara itu tetangganya Lilis, Mbak. Waktu itu di lokasi syuting, Si Danang, sutradara itu messum pernah mau melecehkan Rara. Rara yang tadi itu korbannya dan aku yang nyelamatin dia. Mbak inget, kan? Kalau Mbak lupa, bisa tanya Lilis aja," imbuhnya sangat yakin mengingatkan Dania pada seseorang yang dia kenal di masa depan.

"Kamu ngomong apa, sih? Lilis siapa? Mbak nggak punya kenalan yang namanya Lilis." Kepalanya mendadak gatal sehingga harus digaruk asal. Tentu saja waktu itu Dania belum bertemu dengan perempuan yang bernama Lilis. Perempuan yang pernah Ryan cintai, tetapi sudah punya suami.

"Ah, dan apa kamu bilang tadi? Pak Danang si messum? Dia melecehkan gadis itu ...?" Dania berdecak sambil menggelengkan kepala, "kamu jangan sembarangan ngomong tentang Pak Danang! Kamu mau dilaporin ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik?" imbuh Dania sambil menunjuk wajah Ryan.

"Aku nggak ngomong sembarangan. Ini fakta, Mbak. Masa Mbak nggak kenal sama Lilis, sih? Dia 'kan asisten Mbak?" Ryan mulai frustrasi. Terlihat dari caranya berbicara sambil menghentakkan kaki.

"Asisten Mbak udah meninggal karena kecelakaan seminggu yang lalu. Dan namanya itu Lulu. Sejak kapan berubah jadi Lilis."

Kening Ryan mengernyit dalam mendengar Dania berkata demikian. Kepalanya yang semula menunduk langsung mendongak. Memang benar, sebelum Lilis menjadi asisten Dania, perempuan yang bernama Lulu adalah asistennya. Sebuah kecelakaan merenggut nyawanya sehingga Dania cukup kerepotan jika ada job seperti sekarang.

"Mbak jangan bercanda, dong!" ucap Ryan mulai ketakutan. Bulu guduknya tiba-tiba meremang.

"Emangnya muka mbak keliatan lagi bercanda, hah? Minta ditabok kamu, ya? Apa kamu mau Mbak laporin ke Papa kamu aja? Biar nanti kamu disuruh tinggal di desa ngurusin sapi, iya?"

"Kenapa jadi bawa-bawa Papa, sih? Kita lagi ngomongin Rara."

Ryan berdecak lagi. Dia paling tidak suka jika terus membahas sang papa dengan peternakan sapinya. Pikirannya sudah tidak bisa berpikir jernih. Ada apa dengan semua ini? Kenapa semua ingatannya bertentangan dengan kenyataan yang dia alami?

"Habis kamunya ngeselin, sih! Mbak pusing ngomong sama kamu, dari tadi nggak ada yang nyambung . Mbak beneran nggak kenal dengan gadis itu. Pokoknya mbak nggak mau tahu, ya. Sekarang kamu harus pergi dari sini! Mbak nggak mau kamu nambah masalah lagi."

Dania menarik tangan Ryan lagi, lalu setelah sampai di parkiran, ia mendorong tubuh pemuda itu hingga membentur badan mobil. "Pergi!" usir Dania sambil berkacak pinggang. Terlihat sadis dan menyeramkan.

"Tapi aku masih mau di sini sama Rara, Mbak. Aku masih kangen sama dia."

"Astaga!" Dania mengusap wajahnya sambil menghela napas kasar. Melihat kelakuan Ryan yang kekanak-kanakan membuatnya tidak sabar. Lelaki itu sepertinya sudah hilang akal.

"Mana kunci mobil!" pinta Dania sambil menadahkan sebelah tangannya. Dia kesal karena tidak bisa membujuk Ryan secara baik-baik.

"Buat apa?"

"Siniin kunci mobilnya!" Tatapan Dania begitu mengintimidasi. Dengan terpaksa Ryan pun merogoh saku celananya, lalu memberikan kunci mobil yang dia ambil dari sana.

Dania merebutnya dengan kasar, lalu menekan tombol otomatis untuk membuka pintu mobil Ryan. Setelah pintu mobil itu terbuka, perempuan itu memaksa tubuh Ryan agar masuk ke dalamnya. Namun, tubuh Ryan sangat sulit dilumpuhkan. Tubuh itu terlalu kuat dan masih berdiri di pintu mobil berusaha menahan.

"Ryan, mbak mohon sama kamu untuk kali ini jangan buat mbak kesulitan! Mbak nggak mau kerjaan mbak jadi korban gara-gara ulah kamu tadi. Mbak mohon kamu pergi. Mbak udah susah payah ngejelasin ke pihak sekolah dan panitia supaya kamu diampuni. Atau ... kamu mau dibawa ke kantor polisi?" Dania memohon sekaligus mengancam Ryan sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Tatapannya terlihat memelas dan putus asa.

Hal tersebut sukses membuat Ryan sejenak terdiam. Ia mulai menyadari kesalahannya. Perbuatannya tadi memang terlalu bar-bar untuk dilakukan di tempat terbuka. Lagipun bukan pada tempatnya. Ryan jadi lupa diri karena terlalu senang bisa melihat Rara lagi. Ia tidak memikirkan dengan imbas yang akan terjadi.

Ryan pun menghela napasnya sebelum berkata, "Baiklah, aku pergi. Maaf atas kesalahanku tadi."

Dania pun menurunkan kedua pundaknya bersamaan sambil bernapas lega. "Dari tadi, kek, kayak gini!" serunya masih sedikit kesal. Ia membantu Ryan menutup pintu mobil ketika Ryan sudah duduk di depan kemudi. "Inget, ya! Bukan berarti kesalahan kamu hari ini mbak maafin begitu aja. Setelah acara ini selesai, mbak masih punya perhitungan sama kamu," ucap Dania dari balik pintu mobil yang kacanya terbuka.

"Perhitungan apa lagi? Aku udah jelasin, tapi Mbak nggak percaya."

"Masih keras kepala aja, kamu!" Dania hampir saja memukul kepala lelaki itu jika saja kaca pintu mobilnya tak segera ditutup oleh Ryan. Perempuan itu pun berdecak sebal. Dania hafal betul dengan sikap Ryan. Pemalas, tidak pernah serius jika melakukan sesuatu, dan masa bodoh dengan keadaan sekitar adalah rincian kejelekan lelaki itu.

Perkataan Dania dan sikap Rara selalu terngiang-ngiang di kepala Ryan. Ada banyak keanehan yang lelaki itu rasakan. Jiwanya seperti mengambang dalam raga yang bimbang. Ryan seperti bukan hidup pada tubuhnya sendiri. Rasanya kecelakaan itu sudah membuatnya kehilangan memori.

Walaupun Ryan masih di ambang kebingungan, lelaki itu berniat untuk pulang. Biarlah dia beristirahat sejenak agar bisa berpikir jernih. Mungkin dia terlalu lelah sehingga membuat otaknya jadi kurang sehat. Ryan masih berharap jika kejadian hari ini adalah mimpi sesaat.

Ketika Ryan hendak menginjak pedal gas, tanpa sengaja kakinya menyentuh sesuatu di bawah sana. Keningnya mengernyit berbarengan dengan gerakan tangannya yang menjulur ke bawah mencari benda aneh tersebut.

"Ini ... bukannya ... jam pasir yang aku temukan di makam Rara tadi? Kenapa bisa di sini?"

Kedua mata Ryan terbuka sempurna ketika tangannya berhasil meraih benda aneh yang tiba-tiba berada di dalam mobilnya tersebut. Seingatnya, Ryan meninggalkan benda tersebut di makam Rara. Ia yakin tidak membawa benda itu bersamanya. Namun, entah kenapa benda itu bisa berada di dalam sana?

Otak Ryan mulai berpikir dan menyambungkan benang merah kejadian yang dia alami beberapa waktu terakhir. Rentetan kejadian yang menimpanya seperti rekaman yang disetel ulang dalam pikiran. Ditambah dengan sikap aneh Rara dan perkataan Dania. Ryan mengurutnya secara detail.

Ada yang tidak beres. Ryan menyadari sesuatu dan berharap hal itu tidaklah benar. Lelaki itu langsung mencari ponsel lalu menemukannya di saku celana. Tak membutuhkan waktu lama, layar ponsel itu pun menyala. Kedua mata Ryan pun seketika membola untuk kesekian kalinya.

Betapa tidak? Terpampang di layar ponsel Ryan tanggal berapa sekarang. Ryan sampai menyetel ulang tanggal secara otomatis beberapa kali, tetapi hasilnya tetap sama.

"Nggak mungkin!" Ryan menggelengkan kepalanya beberapa kali. Merasa tidak percaya dengan apa yang dia alami.

"Jadi sekarang bukan tahun 2024, melainkan 2021?" Ryan tercengang karena waktu tiba-tiba mundur menjadi tiga tahun lalu.

...----------------...

...To be continued...

1
marie_shitie💤💤
nah kah,hayoloh di coret g tuh
marie_shitie💤💤
hihi kirain km berani blng m ayah mu
°ammy🌾👉ig: amih_amy: mana berani dia ngaku 😂
total 1 replies
Desiana Lesta
jadi cita cita Rara di masa sebelumnya ingin jadi artis? ini bakal susah juga sih seorang RYAN agar Rara tidak bertemu dengan Danang
Desiana Lesta
Wkwkkwkwk
Desiana Lesta
🤣🤣🤣 bisa gituu ya
Desiana Lesta
nah kan. untung kamu tidak mencegat Rara. Ntar dikira orang aneh kan kesian
Desiana Lesta
Sebaiknya harus hati hati Ryan. Mending biarin ajah. Takutnya gara-gara kamu nanti ada yang keubah sesuatu cerita masa lalumu 😰😰 kamu ubah dibagian yang kurang baik ajah
Desiana Lesta
susah juga ya posisi Ryan. Tapi mending ikutin arus kehidupan dulu ga sih. biar ga disangka orang aneh terus 😰
Desiana Lesta
sepertinya disini bau bau mulai naksir nih Rara
Desiana Lesta
kalo melihat posisi Rara pasti bakal kaget sih. tiba tiba orang yang benci malah ngontrak disamping rumahnya
Desiana Lesta
jangan panik Rara tenangkan pikiranmu
wulandari Lidya
yang bener ajah lu Ryan 🤣🤣 betah karena ada Rara kan? ngaku lu
wulandari Lidya
modus pengin ketemu Rara ye 🤣
wulandari Lidya
apa ini kucing yang di makam Rara waktu itu kalo dimasa depan? 🤔
wulandari Lidya
😅😅😅😅 ikan terbang gak tuh
wulandari Lidya
oh jadi gara gara ketupat 🤣🤣 bisa bisanya kepikiran
wulandari Lidya
apa hubungannya kue lebaran dengan matematika 🤣 ada ada ajah Rara rara
wulandari Lidya
Gak terasa udah akhir ganti bab. ceritanya keren setiap bab bikin penasaran. semangat ya authorr
wulandari Lidya
kalo kamu bilang kamu dari masa depan. Nanti disangka orang gila mana lagi
wulandari Lidya
akhirnya kamu menyadarinya dengan kejadian kejadian rumit yang Dateng mas Riyan😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!