Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
!SEASON 1&2 DI SINI AJA, TIDAK TERPISAH!
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 26
LUNA ADALAH BIRAHINYA
Terduduk di ranjang, Luna masih terbayang-bayang dengan apa yang dia lihat di ruang perapian. Sungguh! Itu adalah pertama kalinya dia melihat pembunuhan tepat di depan matanya.
Ceklek! Suara pintu yang tiba-tiba terbuka tentu saja langsung membuat Luna terbaring sembari memakai selimut dan pura-pura tidur. Dia sudah menebaknya bahwa yang datang Almo, dia tidak ingin bertemu dengannya untuk beberapa saat mungkin.
-‘Jangan dia, aku mohon jangan dia!' batin Luna yang masih memejamkan matanya dan berharap bukan Almo.
Namun sayangnya, pria itu yang datang.
Almo berdiri tepat di samping ranjang dan menatap lekat ke wajah Luna yang masih memejamkan matanya. Pria itu tahu kalau Luna hanya pura-pura tidur, tentu saja! Kelopak mata Luna bergerak dan siapapun pasti akan tahu jika dia masih sadar.
“Itu membuat ku lebih mudah." Ucap Almo menyibak selimut Luna sehingga kaki jenjangnya terlihat kembali.
Kedua tangan Luna meremas sprei dengan kegugupan tersendiri saat dia merasakan tekanan di sisi ranjang ketika pria itu duduk di dekat pahanya yang terluka.
“Aku tahu itu cukup mengejutkanmu. Tapi begitulah kehidupan ku dan hari-hari ku.” Ucap Almo seolah dia tengah berbicara sendiri sambil membuka perban Luna dan menggantinya dengan yang baru, tentunya setelah diberi salep.
Luna sedikit meringis saat salep menyatu dengan lukanya dan itu membuat Almo menatapnya. “Belajarlah berbohong dengan benar, sebelum kau melakukannya." Sindir Almo, namun Luna masih enggan membuka matanya.
Dia benar-benar malas sekaligus masih tegang dengan apa yang Almo lakukan.
Tak kunjung membuka matanya, Almo sengaja memberikan perban dan mengikatnya dengan erat sehingga Luna langsung terbangun kaget sekaligus mendesis kesakitan dan hampir menyentuh tangan Almo.
Tentu, kini dia sudah terpergok saat matanya bertemu dengan mata tajam Almo.
“Itu... Itu menyakitkan." Ucap Luna pelan dan memalingkan muka.
Almo masih memperhatikan nya dengan seksama dan datar.
“Apa yang dia katakan?" tanya pria itu sehingga Luna pun balik menatapnya.
“Si-siapa?"
Tak ada jawaban dari Almo, Luna sudah mengerti akan tatapan tajam dari si Da Costa itu.
“Tidak ada. Dia hanya mengatakan hubungan kalian bahwa dia saudaramu.” Jawab Luna mengingat apa yang Sergio katakan.
“Siapa namanya?”
Luna menatapnya penuh tanya, kenapa pria itu malah bertanya soal nama saudaranya sendiri yang pastinya sudah tahu. Namun, lagi dan lagi, Luna hanya pasrah saat mendapati tatapan Almo yang mematikan itu
“Aku, aku lupa namanya. Tapi marganya sama denganmu, dia yang bilang." Jelas Luna sebisa mungkin.
Melihat kegugupan di wajah Luna, tentu saja Almo tiba-tiba menggerakkan tangannya dan menyelipkan rambut Luna di belakang telinga sampai wanita itu sendiri sedikit berpaling risih. “Apa dia menyentuhmu?".Deg!
Ya! pertanyaan seperti inilah yang Luna takuti. Dia tak mungkin mengatakan jujur, jika tidak.... Maka pria bernama Almo itu bisa saja membunuh saudaranya sendiri yang mana Luna masih tidak tahu akan hubungan yang sesungguhnya antara Almo dan Sergio yang tak begitu akrab.
Di pikiran Luna hanya ada kekhawatiran akan tindakan Almo yang gegabah dan membunuh tanpa mandang bulu.
“Kau tidak bisa menjawabnya?"
“Tidak. Dia tidak menyentuhku, sekarang biarkan aku tidur. Aku ingin tidur." Ucap Luna dengan nada rendah.
Wanita cantik itu membaringkan kembali tubuhnya setelah memakai selimut dan sedikit menoleh ke sisi kiri sambil memejamkan matanya tak memperdulikan keberadaan Almo yang masih di sana menatapnya.
Almo masih terdiam, dia mengamati Luna hingga bangkit dari duduknya. Pria itu mematikan lampu kamar itu lalu berjalan pergi meninggalkan Luna yang tertidur sendirian.
Ada apa dengan Almo?
...***...
“Ada apa denganmu? Dari tadi aku perhatikan kau terus menunjukkan seringaian." Ucap Rebecca yang duduk di sebelahnya dengan tatapan sinis dan senyuman miring.
“Kau tidak akan percaya apa yang aku temukan di Mansion Almo!" balas Sergio yang masih mempertahankan senyumannya itu.
Rebecca mengernyit heran sekaligus penasaran. “Apa?"
“Dia akan menjadi saingan mu!" jawab Sergio benar-benar berbelit sehingga Rebecca sendiri ikut geram dan bertambah penasaran.
Wanita cantik itu menatapnya tajam dan meminta Sergio untuk mengatakannya dengan jelas. Tentu saja pria itu menatapnya balik seraya mengusap lembut bibir peach dan tebal Rebecca. “Wanita yang Almo bawa! Dia cukup polos dan aku rasa para pria akan terpincut olehnya! Termasuk Almo!" jelas Sergio sehingga Rebecca terdiam dengan menahan amarahnya sampai tangan Sergio menyingkir dari bibir seksinya.
Seketika Rebecca menyeringai kecil. “Cih, meski begitu dia tidak akan bisa mengalahkan pesona Rebecca! Jika aku berhasil membuat Almo tidur denganku bagaimana hm?!" ucap percaya diri Rebecca.
Sergio menatapnya dengan seringaian.
“Anything for you babe! (Apapun untukmu sayang)!" balas Sergio berkahir ciuman di bibir.
...***...
Suara erangan tertahan dari Almo Da Costa saat seorang wanita seksi tengah memberikan kenikmatan di keperkasaannya yang ada di bawa.
Almo duduk di sofa panjang dengan kedua tangannya ia rentangkan di atas sandaran sofa. Napasnya memburu saat dia merasakan permainan dari lidah sang jalang itu. (“Aahhh~ please, no~ ”)
Ya, dia menutup matanya saat suara dan bayangan Luna muncul membuat birahinya semakin memuncak hingga ke ubun-ubun. Entahlah? Apakah dia sudah terobsesi dengan wanita itu? Atau hanya dengan tubuhnya saja?
Almo meremas kuas rambut wanita pelacur tadi dengan kasar menariknya dari juniornya dan menatap sekilas wajahnya yang berbeda dari Luna, tentu saja!
“Pergilah.” Pintanya acuh hingga dia meneguk beer nya saat wanita tadi pergi sembari mengelap bibirnya.
Almo mengenakan jubah tidurnya tanpa ada penghalang apapun di tubuhnya selain jubah tidur tersebut.
Sambil melangkah ringan, Almo mendatangi kamar Luna saat pikirannya sudah kembali tenang dari urusan Lorella dan Sergio itu, namun saat ini pikirna nafsunya lah yang tak tenang.
Tangan besar nan berurat milik Almo mulai bergerak mengusap lembut dari pergelangan kaki Luna ke atas disaat selimut tersingkir dari wanita itu. Wanita yang masih tak sadarkan diri dari tidurnya.
Sambil meneguk minumannya di tangan kiri. Tangan kanannya masih bergerak hingga ke paha Luna lalu ke perut yang masih terhalang dress putih, lalu ke bawah payudara Luna.
“You really tempt me, I can't control my lust when I see you. (Kau benar-benar menggodaku, aku tak dapat menahan nafsuku saat melihatmu)." Gumam Almo mencoba menahan dirinya saat tangannya kembali bergerak ke atas payudara Luna lalu ke lehernya.
Pria itu membelai lembut pipi Luna saat wanita itu menoleh ke kiri dengan napas yang teratur dan wajah yang tenang.
Almo memegang rahang Luna dan membuatnya beralih ke sisi kanan sehingga dia dapat melihat jelas wajah cantiknya yang natural. Tak berhenti di situ, ibu jari Almo mengusap bibir bawah Luna dan sedikit memasukkan nya ke dalam sehingga dia merasakan kehangatan di dalam sana.
Namun, wanita itu mulai bergerak tak nyaman dengan kerutan di alisnya sehingga tangan Almo terlepas darinya.
Thor bikin Almo bucin abis Sama Luna
🤔 sebuah teka" siapakah kali ini musuh yang akan datang dan siapa kah orang yg berada dlm mobil yg misterius itu
sprti luna yg jg suka cemburu..
kpn mereka akan saling mengungkapkan isi hati nya 😍😍🤭🫢