Mengisahkan hubungan percintaan antara Amira dengan pengusaha terkenal bernama Romeo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mike Killah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan pesawat
Selepas tiga hari berlalu, dan saatnya Amira dan Romeo untuk kembali lagi ke Jakarta. Mereka berdua meninggalkan Seoul dengan perasaan bahagia dan kenangan manis terukir di hati mereka.
Pesawat mereka yang baru saja lepas landas dari Seoul selama 2 jam, tiba-tiba mengalami gegaran hebat. Penumpang panik dan jeritan memenuhi kabin. Amira dan Romeo saling berpegangan tangan dengan erat. Wajah mereka semua pucat pasi. Pesawat itu terhempas ke laut lalu menghantam ombak dengan keras.
Amira dan Romeo terbangun di tengah lautan, tubuh mereka terhuyung-huyung. Mereka berdua terdampar di sebuah pulau kecil, bersama sepuluh orang lain yang juga selamat dari kecelakaan pesawat itu. Pulau itu terpencil dan hutan lebat menyelimuti sebagian besar daratan. Mereka semua yang terselamat nampak kelelahan dan ketakutan kerana mereka semua terkejut dengan kejadian yang baru saja mereka alami.
"Romeo, di mana kita?" tanya Amira, suaranya bergetar.
Romeo memeluk Amira erat, mencoba menenangkannya. "Kita selamat, Mira," jawabnya, suaranya juga bergetar. "Kita harus kuat."
Mereka berdua melihat sekeliling, mencari tanda-tanda kehidupan. Matahari mulai terbenam, menghilangkan cahaya dari pulau yang asing itu. Mereka berpegangan tangan, berusaha untuk tetap tegar.
"Kita harus mencari tempat berlindung," kata Romeo. "Dan kita harus mencari air dan makanan."
Romeo dan Amira berjalan bersama dengan 10 orang yang lain untuk mencari tempat yang aman untuk bermalam. Hutan itu gelap dan menyeramkan, suara-suara aneh terdengar di kejauhan. Amira semakin takut, dia mencengkeram tangan Romeo dengan erat.
"Romeo, aku takut," bisiknya.
Romeo mengelus rambut Amira, mencoba menenangkannya. "Jangan takut, Mira," katanya. "Aku di sini bersamamu."
Mereka akhirnya menemukan sebuah gua kecil, yang cukup untuk mereka berlindung. Mereka masuk ke dalam gua dan merasa sedikit lebih aman. Namun, ketakutan masih menghantui mereka. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka harus bertahan hidup di pulau yang asing itu, tanpa tahu kapan mereka akan diselamatkan.
Kegelapan malam menyelimuti mereka dan keadaan ini menambah rasa takut dan ketidakpastian. Amira dan Romeo saling berpegangan erat dan mencari kekuatan antara satu sama lain. Mereka berdua berjanji untuk saling menjaga dan untuk tetap kuat demi bertahan hidup.
"Kita akan selamat, Mira," bisik Romeo. "Kita akan keluar dari sini."
Amira mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Ya, Romeo," jawabnya. "Kita akan selamat."
....
Amira dan Romeo, bersama sepuluh orang yang selamat dari kecelakaan pesawat, berkumpul di sekitar api unggun di dalam gua.
Setelah peristiwa traumatik yang mereka alami itu, mereka merasakan perlunya saling mengenal dan berjanji untuk menjaga satu sama lain dalam situasi yang sulit ini.
"Nama saya Amira," kata Amira, memperkenalkan dirinya dengan senyuman. "Dan ini suami saya, Romeo."
"Senang berkenalan dengan kalian," jawab seorang bapa bapa yang kelihatan sudah tua sambil mengangguk kepada yang lain. "Saya Pak Budi, dan saya akan berusaha semampu saya untuk membantu kita semua."
Seorang perempuan yang ceria pula berkata, "Saya Mania. Mari kita tetap bersemangat ya? Kita pasti bisa keluar dari sini."
Setiap orang memperkenalkan diri mereka satu per satu, membagikan sedikit tentang latar belakang mereka.
Rian, anak laki-laki berusia sepuluh tahun, memancarkan senyuman lebar dan berkata, "Saya suka bertahan hidup! Mari kita cari cara untuk bertahan hidup."
Setelah semua selesai berkenalan, mereka menghabiskan malam bersama, berbagi cerita, tawa, dan harapan. Amira merasa lebih tenang dengan kehadiran orang-orang di sekelilingnya. Meskipun situasi yang sulit, mereka saling memberi semangat dan membuat suasana lebih hangat.
Ketika malam semakin larut, mereka satu per satu berbaring untuk tidur. Amira dan Romeo saling berpelukan berusaha mencari kenyamanan di antara hal traumatik yang baru sahaja mereka rasakan.
Romeo membuka bajunya, menyelimuti Amira dengan bajunya yang hangat. Badan Romeo yang sado dan perut sixpack nya yang terlihat jelas akibat cahaya dari unggun api di gua tersebut. Amira merasa aman dan terlindungi dalam pelukan suaminya.
Sementara itu, di Jakarta, berita kecelakaan pesawat itu menjadi tajuk utama di semua saluran berita. Keluarga Romeo sangat terpukul mendengar berita tersebut. Mereka berkumpul di rumah dan penuh dengan rasa cemas dan khawatir.
"Ini semua salah Amira, perempuan pembawa sial!" kata Oma dengan nada penuh kemarahan.
Maya, yang sudah tidak tahan mendengar ucapan Oma, berkata dengan tegas, "Cukup, Oma. Jangan salahkan Amira. Dia tidak menginginkan ini terjadi."
Melissa, yang duduk di rumah bersama suaminya Roy, Winda, dan Daniel, terkejut mendengar berita tersebut. Dalam hatinya, dia merasakan sebuah rasa yang tidak terduga. "Aku harap kamu mati, Amira, biar kamu tak ganggu kebahagiaan aku bersama Roy," bisiknya dalam hati, meskipun wajahnya menunjukkan rasa khawatir yang mendalam.
Bersambung