DASAR, SUAMI DAN ISTRI SAMA-SAMA PEMBAWA SIAL!
Hinaan yang tak pernah henti disematkan pada Alana dan sang suami.
Entah masa lalu seperti apa yang terjadi pada keluarga sang suami, sampai-sampai mereka tega mengatai Alana dan Rama merupakan manusia pembawa sial.
Perselisihan yang kerap terjadi, akhirnya membuat Alana dan sang suami terpaksa angkat kaki dari rumah mertua.
Alana bertekad, akan mematahkan semua hinaan-hinaan yang mereka tuduhkan.
Dapatkah Alana membuktikan dan menunjukkan keberhasilannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V E X A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAM15
"Terima kasih, Bu. Kondisi dapurnya terbatas begini. Saya berencana memindahkan tempat produksi Kue Boenda ke kios atau ruko, sekalian jualan di situ."
"Wah bagus itu, Mbak Alana. Dengan kue-kue yang enak begini, dan harga yang sangat terjangkau ... saya yakin akan laris. Ayo, Mbak, disegerakan. Biar saya jadi langganannya hahaha," kata bu Nirmala dengan semangat.
"Ibu kan sudah jadi langganan tanpa perlu toko lagi hehehe. Pasti nanti saya info kalau jadi pindah, Bu," balas ku.
"Saya pamit ya, Alana. Ditunggu kontraknya besok ya. Semoga kerjasama kita bisa langgeng," pamit Bu Nirmala sambil bersalaman.
"Aamiin, Bu. Terima kasih atas tawaran kerjasamanya, semoga kami tidak mengecewakan," kujabat tangan Bu Nirmala.
"Saya juga pamit ya, Mbak Alana. Besok jam 10 saya kemari lagi, ya," pamit Mbak Ayu.
"Silahkan, Mbak Ayu. Sampai jumpa besok, dan ... hati-hati di jalan."
...****************...
Hari ini sudah 3 bulan kerjasama Kue Boenda dengan PT Kreasi Abadi berlangsung. Syukurlah, sejauh ini Bu Nirmala dan para karyawannya menyukai kue-kue yang kami buat. Kontraknya juga sudah diperbaharui.
Kontrak pertama kemarin hanya untuk 1 bulan. Sekarang sudah diperpanjang 1 tahun.
Bahkan seringnya ada pesanan tambahan untuk acara-acara khusus perusahaan, maupun acara pribadi Bu Nirmala. Pesanan dari keluarga dan teman-teman Bu Nirmala juga selalu ada, bahkan ada juga dari instansi pemerintahan di kecamatanku.
Sejak menerima pesanan tersebut, Mbak Niken dan Pak Karto resmi membantuku secara penuh. Motor Pak Karto pun sudah ku modifikasi dengan menambahkan box mini seperti mobil box. Supaya lebih aman dalam mengirimkan pesanan. Karena seringnya ada pesanan pihak lain yang harus diantarkan bersamaan dengan pesanan rutin PT. Kreasi Abadi. Aku juga mempekerjakan Yanti, anak Pak Karto yang baru lulus SMK.
"Mas, sepertinya kita harus sewa kios, dapur dan ruang tamu ini makin tidak muat menampung pesanan. Apalagi kalau nanti dedek bayi ini lahir, bahaya kalau sampai debay nya di kelilingi rak begini, Mas. Menurut Mas bagaimana?" Aku minta pendapat Mas Rama.
"Apa dananya ada, Yank? Jangan lupa kita juga harus menyiapkan dana untuk biaya keperluan bayi nanti. Untuk biaya persalinan seharusnya sudah aman karena ada BPJS dari pabrik kan," Jawab Mas Rama.
"Ada, Mas. Hasil keuntungan kue ini seharusnya cukup untuk sewa kios. Untuk biaya perlengkapan debay juga ada. Alana menyisihkan sisa gaji Mas untuk tabungan darurat."
Mas Rama memang menyerahkan semua gajinya kepadaku. Ada 2 ATM rekening yang kami punya, yang 1 atas nama Mas Rama untuk transfer gajinya, yang 1 untuk hasil penjualan kue dan sarapan pagiku.
Gaji Mas Rama selama ini ku gunakan untuk kebutuhan rumah, uang pegangan Mas Rama sehari-hari, dan untuk ibu mertua. Sisanya, ya disimpan aja di rekening itu untuk tabungan.
Kalau rekening penjualan kue, ya benar-benar untuk dana cadangan saja. Kemarin aku ke bank untuk mencetak buku rekening kami. Aku sempat kaget melihat saldo di rekening penjualan kue ku. Sangat cukup untuk sewa kios beserta renovasinya. Bahkan cukup untuk membeli sebidang tanah. Mungkin kalau urusan kios sudah beres, baru ku cari tanah untuk membangun rumah kami.
Kutunjukkan hasil cetak buku tabungan rekening gaji Mas Rama.
"Ini nanti untuk beli perlengkapan bayi, Mas. Lebih dari cukup kan, ini?"
"Ya ampun, Yank. Mas tidak menyangka jika Mas punya tabungan segini. Makasih ya, Yank. Mas tidak salah mempercayakan keuangan kita ke kamu, Yank." Mas Rama sampai melotot melihat saldo rekeningnya, lalu memelukku.
"Tapi ini saldo segini masih belum cukup untuk belanja perlengkapan bayi sekaligus sewa kios, Yank."
"Mas Rama ini meremehkan usaha Alana, ya? Sewa kiosnya nanti pakai keuntungan penjualan kue aja, Mas. Biar perhitungannya juga enak."
Mas Rama memang tidak pernah tanya-tanya hasil penjualan sarapan atau kue. Katanya penghasilan itu semua hak ku. Mungkin terhalang ego lelaki kalau mau mencampuri uang istri. Padahal sudah kukatakan, mungkin Allah menitipkan berkatnya ke keluarga kami melalui tanganku.
"Besok Sabtu habis pulang dari pabrik, kita cari kios yang disewa, ya. Terus jadwal periksa kandungannya kapan lagi, Yank?"
"Jadwal periksanya masih 2 minggu lagi, Mas. Untuk kiosnya nanti kita cari pelan-pelan aja."
...****************...
Akhirnya kami menyewa kios di jalan Panjang. Jalanan utama menuju kantor kabupaten. Searah dengan pabrik tempat Mas Rama kerja. Jalanan ini sangat ramai, kiosnya sendiri bisa disewa per 6 bulan. Dan keuntungannya lagi, kios ini baru saja direnovasi oleh pemiliknya.
Aku sudah mengurus ijin usaha saat awal kontrak dengan perusahaan Bu Nirmala, sehingga Kue Boenda sudah terdaftar sebagai industri rumah tangga yang biasa disebut PIRT. Pengurusan sertifikat halal juga sedang berjalan.
Kemasan plastik maupun box sudah ku ganti dengan kemasan yang berlogo sama seperti sticker yang selama ini kupakai.
Perlahan ku benahi usahaku ini. Cita-citaku buka cabang sampai ke luar kota, Aamiin.
Kuminta Yanti untuk menjaga toko sejak pagi. Mbak Niken akan menyusul ke kios jam 1 siang setelah menjaga lapak sarapan dan membantuku membuat jajan pasar. Mereka berdua akan bersama menutup toko jam 5 sore.
Ya, aku masih membuka warung nasi uduk dan lontong sayur di teras kontrakan, dan Mbak Niken pun masih menyuplai gorengannya. Aku sayang menutupnya, bagaimanapun dagang nasi uduk dan lontong sayur inilah awal mula Kue Boenda lahir. Ada alasan lain pula yang membuatku sayang menutupnya, selain karena hasilnya lumayan, juga karena ada beberapa tetangga jauh yang juga menitipkan dagangannya di lapak itu.
Aku biasa datang pagi membuka kios. Dan baru pulang saat akan menyiapkan makan síang untuk Mas Rama. Kemudian berboncengan dengan suamiku, menuju ke kios lagi.
Pulangnya diantar Pak Karto jika tidak mengantarkan pesanan. Atau menunggu Mas Rama sekalian pulang dari pabrik.
Selain bolu, cake dan kue basah, aku juga menambah varian roti. Berbagai macam roti isi. Roti dan bolu akan tersedia seharian, sementara kue basah biasanya sudah habis sejak siang. Aku tidak pernah menyimpan sisa. Jika ada sisa, kuminta Mbak Niken, Yanti atau Pak Karto untuk membawa pulang untuk mereka makan atau dibagikan.
Tidak ketinggalan kuletakkan freezer kecil utk menjual frozen food di kios. Masa penyimpanannya juga kubatasi, maksimal 2 hari di freezer. Semua dagangan ku harus fresh. Jadi aku harus benar-benar cermat memproduksinya. Punya kios tersendiri untuk frozen food ini cita-cita yang kesekian. Pokoknya banyak deh cita-cita bumil ini, he he.
Kuajari Yanti memberikan topping pada chiffon cake karena kami menawarkan beberapa macam jenis chiffon çake dengan topping yang berbeda-beda. Istilahnya customize dan mix and match. Ada yang mau chiffon cake pandan dengan topping coklat. Ada juga yang maunya chiffon cake pandan dengan topping keju. Jadi pemberian topping dilakukan setelah customer menentukan pilihannya.
"Na, pengunjung kios ini makin hari makin banyak. Kadang Yanti kewalahan kalau sedang melayani sendirian, sementara Mbak sedang membuat roti di dalam. Apa baiknya nambah satu karyawan lagi, Na? Kemarin Mbak lihat ada yang meletakkan nampan nya dan langsung pergi karena antrian panjang. Sayang aja gitu, Na. Kamu lihat sendiri tadi kayak gimana kan. Nah untung ada kamu, jadi cepet terlayani. Coba tadi kamu gak datang? Gak tau dah bakal gimana." lapor Mbak Niken kepadaku sore itu saat kami di kontrakan.
"Ku lihat omset dua minggu terakhir ini sepertinya memang ada peningkatan yang lumayan sih ya, Mbak. Mbak ada teman yang mau kerja?"
"Mbak sih gak ada, Na. Coba tanya Yanti, siapa tahu ada teman SMK nya yang belum kerja."
"Oh iya ya. Kutanya Yanti aja nanti."
...****************...
Siang itu di kios, aku menghitung penjualan kemarin di meja kasir.
"Kamu senang kerja di sini, Yan?" tanyaku ke Yanti.
"Seneng banget, Mbak. Mbak baik kepada kami semua. Tidak menganggap rendah kami yang karyawan ini. Kami dianggap keluarga. Dulu waktu masih sekolah, aku nunggu-nunggu bapak balik dari tempat Mbak, nungguin kue apa yang dibawa Bapak hehehe."
"Syukurlah kalau kamu senang, Yan. Mbak harap kamu betah dan bisa selalu menjaga kepercayaan yang Mbak sudah berikan. Oh ya, kamu punya teman yang mau kerja? Mbak tidak mengutamakan fisik. Tapi Mbak cari yang jujur, cekatan dan rajín. Kalau kamu punya teman atau kenalan yang mau kerja, silahkan ditawarkan. Ntar bisa ketemu Mbak."
"Ada, Mbak. Kemarin sore temanku Gita main ke rumah. Dia nanyain ada lowongan nggak di tempat, Mbak. Sampai sekarang nganggur karena habis lulus kemarin tidak bisa langsung ngelamar kerja karena harus merawat ibunya yang sakit, sementara adiknya masih kecil, baru lulus SD. Kalau Mbak berkenan, biar Yanti minta Gita ketemu Mbak, gimana?"
"Boleh, Yan. Besok jam 8 minta temanmu kemari ya. Kalau Mbak cocok, dia bisa langsung kerja."
"Siap, Mbak. Biar kuhubungi anaknya sekarang."
Semoga Gita juga amanah.
*
*
Bagus banget /Kiss/
Apalagi part di mana Alana hamil, ya ampun, saya sampai meneteskan air mata. /Good/