Yaya pikir mereka benar sebatas sahabat. Yaya pikir kebaikan suaminya selama ini pada wanita itu karena dia janda anak satu yang bernasib malang. Yaya pikir kebaikan suaminya pada wanita itu murni hanya sekedar peduli. Tak lebih. Tapi nyatanya, ia tertipu mentah-mentah.
Mereka ... sepasang kekasih.
"Untuk apa kau menikahi ku kalau kau mencintainya?" lirih Yaya saat mengetahui fakta hubungan suaminya dengan wanita yang selama ini diakui suaminya sebagai sahabat itu.
(Please yg nggak suka cerita ini, nggak perlu kasih rating jelek ya! Nggak suka, silahkan tinggalkan! Jgn hancurkan mood penulis! Dan please, jgn buka bab kalo nggak mau baca krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertiannya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran tak terduga
Dokter Elvan pulang cukup larut hari itu. Itu dikarenakan ada Cito yang tak bisa ditinggalkan. Masuk ke dalam rumah, tampak wajah sang adik sedang bersungut-sungut. Dokter Elvan pun meletakkan tasnya di salah satu sofa dan mengambil tempat duduk di samping sang adik yang sedang menikmati minuman bersodanya.
"Kenapa lagi?" tanya dokter Elvan. Di rumah itu memang hanya ada dia, adiknya, seorang asisten rumah tangga dan petugas keamanan. Kedua orang tua Dokter Elvan dan Nora yang juga merupakan dokter lebih suka mengabdikan diri di daerah pedalaman sehingga di rumah itu hanya ada kakak adik itu saja ditemani dua pekerja.
Karena mereka memang selalu berdua saja, dokter Elvan pun begitu memanjakan Nora. Tak ada keinginan Nora yang tak pernah ia wujudkan. Apa saja akan ia berikan demi kebahagiaan sang adik.
Nora menghempaskan kaleng minumannya dengan kasar di atas meja. Dengan wajah masam, kemudian ia pun menjawab.
"Sepertinya benar perempuan itu bukan saudaranya Rafi, Kak. Sebaliknya, seperti mereka memiliki hubungan spesial," desis Nora masih dengan wajah kesalnya.
"Hubungan spesial?"
"Iya. Sepasang kekasih mungkin."
"Tapi sepertinya mereka terpaut usia yang lumayan. Apa mungkin Rafi mau sama perempuan yang usianya lebih tua?" tanya dokter Elvan.
Apalagi sepengetahuannya, tipe laki-laki yang Yaya sukai itu yang usianya lebih tua. Dokter Elvan masih ingat dengan jelas saat ia melihat Yaya masuk ke ruangan dokter yang dari papan nama yang tergantung di pintu bernama dokter Danang. Dokter Elvan pun sedikit banyak tahu dengan dokter Danang sebab dokter Danang termasuk senior di rumah sakit yang ia datangi itu. Mereka juga sempat bertemu beberapa kali saat ada kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan di dunia medis. Salah satunya saat Danang mengisi seminar di Medan beberapa waktu lalu. Dokter Elvan yang turut menjadi peserta cukup mengagumi dokter seniornya itu.
Saat ada pekerjaan di Jakarta, dokter Elvan memang mampir ke rumah sakit itu untuk menemui salah seorang kenalannya. Oleh sebab itulah ia bisa berada di rumah sakit itu. Tanpa diduga ia melihat sesuatu yang tak biasa. Perempuan yang sejak awal bertemu sempat menarik perhatiannya, nyatanya diam-diam menjalin hubungan dengan dokter yang ia kagumi. Padahal setahunya dokter Danang sudah menikah. Apalagi usia dokter Danang yang tak lagi muda, rasanya kurang pantas untuk menjalin hubungan dengan perempuan yang lebih pantas menjadi anaknya itu.
Jujur saja, dokter Elvan kecewa. Ia tidak menyangka perempuan yang sempat menarik perhatiannya itu ternyata bukan perempuan baik-baik. Seolah tak cukup dengan satu laki-laki saja, ia pun memergoki Yaya sedang makan berdua dengan laki-laki yang lagi-lagi usianya terpaut jauh darinya. Lalu kini, dokter Elvan kembali mendengar hal serupa, tapi bedanya usia sang laki-laki lah yang lebih muda. Dokter Elvan benar-benar tak habis pikir dengan perempuan seperti Yaya yang tak cukup dengan satu pria saja.
"Coba kakak liat ini!" Nora menyodorkan ponselnya pada sang kakak. Dokter Elvan menerimanya dan memutar video di dalamnya. Wajar saja adiknya menduga seperti itu, memang sikap Rafi sangat berbeda jauh dibandingkan dengan perempuan lain di sekitarnya. Sebagai konsulen Rafi, jelas ia sangat tahu bagaimana keseharian Rafi di rumah sakit.
"Kak, kakak 'kan konsulen Rafi, kakak pasti bisa 'kan melakukan sesuatu supaya Rafi menjauhi perempuan itu. Cantik sih cantik, tapi apa nggak ada cowok lain yang seumuran apa? Atau ... kakak aja yang deketin, gimana?"
Dokter Elvan terkejut bukan main. Ia awalnya memang berniat mendekati Yaya, tapi setelah mengetahui bagaimana karakter aslinya, jelas saja dokter Elvan merasa ilfil.
"Sudah. Nggak usah terlalu dipikirkan dulu. Siapa tau mereka memang keluarga jauh 'kan."
"Kakak nggak mau bantu Nora?"
Dokter Elvan merasa serba salah. Ingin menolak, tapi tidak bisa. Ia terlalu terbiasa menuruti semua permintaan sang adik. Apalagi usia mereka terpaut jauh karena memang untuk mendapatkan Nora, ibunya sampai harus menunggu selama 10 tahun. Alhasil, semua anggota keluarganya terlalu memanjakan Nora dan selalu memenuhi permintaannya.
Dokter Elvan mengusap pelan rambut Nora lalu berkata. "Tenanglah! Kakak akan mengusahakan yang terbaik untukmu."
Mendengar itu, Nora pun tersenyum lebar. Ia pun segera berhambur ke pelukan sang kakak.
"Kakak memang yang terbaik," puji Nora dengan senyum lebarnya.
...***...
Pagi-pagi sekali, dokter Elvan dan Rafi sudah datang ke rumah sakit. Hari ini dokter Elvan mendapatkan giliran visit. Oleh sebab itu, sebagai asisten, Rafi pun harus datang lebih awal.
Dokter Elvan dan Rafi ditemani beberapa tim medis lainnya pun mulai bergerak mendatangi satu persatu pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit itu. Mereka menanyakan berbagai hal termasuk keluhan atau apapun yang berhubungan dengan pengobatan dan pelayanan. Setelah selesai, mereka pun kembali ke ruangan masing-masing untuk melanjutkan tugas mereka.
Karena merasa urusannya selesai, Rafi pun berniat keluar untuk melakukan pekerjaan yang lainnya. Namun baru saja Rafi memegang handle pintu, suara dokter Elvan sudah menghentikan gerakannya. Ia menoleh dan memilih kembali mendekat sesuai instruksi dokter Elvan.
"Ada apa, Dok? Apa Anda memiliki tugas lainnya untuk saya kerjakan?" tanya Rafi. Ia pikir dokter Elvan mungkin memiliki tugas lainnya yang mesti ia kerjakan sesegera mungkin. Namun apa yang dokter Elvan ucapkan, sungguh di luar dugaan.
"Silahkan duduk! Saya ingin berbicara secara pribadi padamu," ujar dokter Elvan.
Rafi jelas saja merasa heran. 'Berbicara secara pribadi?' Apa yang ingin dokter muda ini bicarakan? Batin Rafi bertanya-tanya. Namun tak pelak, Rafi mengikuti juga permintaan dokter Elvan.
"Dokter ingin membicarakan apa ya?" tanya Rafi penasaran.
"Saya ingin bertanya satu hal padamu, apa kau memiliki hubungan spesial dengan Rayana?"
"Rayana?" Rafi mencoba mengingat nama itu. Setelah sepersekian detik, akhirnya ia ingat, Rayana merupakan nama asli Yaya.
Rafi tersenyum malu-malu. "Sejujurnya, saya pun berharap demikian, Dok."
"Maksudmu kau menyukainya?"
Rafi pun mengangguk mantap.
"Sebagai konsulen mu, boleh aku minta satu hal?"
"Apa itu?"
"Jauhi Rayana dan tolong terimalah perasaan adikku, Nora."
"Apa? Apa Anda tidak salah, Dok?"
"Tidak. Kau tau, Nora sudah sejak lama menyukaimu. Dia benar-benar menyukaimu. Dia begitu sedih karena kau tidak mengindahkan dirinya pun perasaannya. Saya mohon, terimalah perasaan Nora. Kalau kamu mau menerima Nora, saya jamin, saya akan memberikan penilaian atas kinerja mu sebagai koas dengan hasil sangat memuaskan," ujar dokter Elvan berusaha bernegosiasi dengan Rafi. Jelas saja Rafi terkejut bukan main. Bukan hanya karena dokter Elvan hendak ikut campur dalam urusan asmaranya, tapi juga karena dokter Elvan menawarkan sesuatu yang tak terduga.
Lalu, bagaimana respon Rafi setelah ini? Mungkinkah ia tergiur atau ... sebaliknya?
...***...
...Hiburan sebelum kondangan dataaaaaang. 😁😁😁...
...Happy reading 🥰🥰🥰...