Almira Sadika, terpaksa harus memenuhi permintaan kakak perempuannya untuk menjadi madunya, istri kedua untuk suaminya karena satu alasan yang tak bisa Almira untuk menolaknya.
Bagaimana perjalanan kisah Rumah tangga yang akan dijalani Almira kedepannya? Yuk, ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 04
"Hah? Tidak, aku hanya berkata.... Aku mengantuk. Ya.. Aku mengantuk dan ingin tidur," kilah Almira sembari bangkit dan berpura-pura menguap.
"Kau sudah mengantuk?" Tanya Sebastian memastikan seraya matanya melirik jam yang menggantung di dinding kamar, yang langsung ditanggapi anggukan kepala oleh Almira. Akan tetapi itu justru membuat Sebastian semakin merasa aneh. Pasalnya, setahu Sebastian Almira selalu akan tidur diatas pukul sepuluh. Tapi, apa yang terjadi pada Almira sekarang? Mengapa tak seperti biasanya? "Ah, mungkin karena kelelahan, dia bahkan tertidur di kursi taman, tadi," pikir Sebastian. "Kau akan kemana?" Tanyanya tiba-tiba.
"Kan sudah ku bilang, aku mengantuk, aku ingin tidur," jawab Almira apa adanya.
"Maksud kakak... Kakak bertanya demikian karena kau mengambil selimut juga bantal, akan kau bawa kemana itu semua?" Ucap Sebastian memperjelas pertanyaannya.
"Ooh.. aku akan tidur di sofa."
"Dia baru saja membicarakan tentang anak, tapi dia sendiri justru menghindar dan ingin tidur terpisah. Heh, benar ternyata, dia benar-benar masih bocah," ucap Sebastian dalam hati. "Tidak boleh!" Cegahnya.
"Kenapa?"
Sebastian tak menanggapi pertanyaan Almira, melainkan berjalan mendekatinya. Setelah sampai di hadapan Almira dan tangan Sebastian terulur ke hadapan Almira, Almira dengan reflek menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya seraya berseru dengan mata terpejam dan wajah menunduk, "Kakak mau apa?"
"Ck, benar-benar dasar bocah!"
"Aw! Kak Tian..!!" Seru Almira kala kembali mendapat sentilan dari Sebastian.
"Sudah tidur sana, katanya mengantuk," ucap Sebastian sembari menunjuk arah kasur dengan dagunya setelah sebelumnya tangannya meraih bantal dan selimut yang ada di tangan Almira. "Aku yang akan tidur di sofa. Enak saja kau akan tidur di tempat lain setelah membuat basah bantal dan kasur. " sambungnya seraya beranjak menuju sofa tanpa menunggu respon dari Almira.
"Hais, ku kira apa," ucap Almira pelan dengan kaki yang berjalan ke arah lemari untuk mencari selimut cadangan, karena yang ada dirampas Sebastian.
***
Keesokan harinya...
"Bastian dengan Almira belum turun, Ma?" tanya Cassandra saat mendapati di ruang makan hanya ada kedua mertuanya, papa Steven dan mama Siska.
"Kenapa masih bertanya? Bukankah malam tadi adalah malam pernikahan mereka?! Sudah pasti mereka belum turun. Bahkan mungkin tidak akan pernah turun," ujar mama Siska dengan ketus.
Cassandra yang mendengarnya bukannya tersinggung justru tersenyum senang, karena merasa jika keinginannya untuk memiliki bayi dari darah daging Sebastian akan segera terwujud. Walau tetap ada rasa sakit itu kala mendengar ucapan mama Siska, namun Cassandra mengesampingkannya.
"Ma..." panggil Cassandra seraya berjalan mendekati sang mertua. "Mama masih marah pada, Sandra?" ucapnya saat telah sampai dan menggenggam tangan mama Siska. "Maaf," lanjutnya, karena tak mendapat respon dari mama Siska.
"Huuuft... Mama bukannya marah padamu, Sayang..., Mama hanya tak suka jika wanita itu yang menjadi istri kedua Bastian, suamimu!" ucap mama Siska yang berterus terang akan apa yang di rasakannya.
"Maaf, Ma... Tapi Sandra lebih tak suka dan mungkin akan lebih sakit hati lagi jika Bastian sampai menikah dengan wanita lain, berbeda dengan Almira, Almira adalah adikku. Adik yang sedari dulu selalu mengerti Sandra," ungkap Cassandra.
"Tapi kan, Sandra__"
"Selamat pagi..!"
Ucapan mama Siska terpaksa terpotong kala mendengar suara sapaan dari seseorang.
***
"Kenapa Kau di sini? Bukannya langsung ke meja makan," tegur Sebastian saat mendapati Almira yang hanya diam mematung di balik dinding pembatas menuju ruang makan.
"Kak Tian! Mengagetkan saja!" ucap Almira dengan suara dikecilkan, takut jika semua orang yang berada di ruang makan akan mendengar suaranya.
"Ayo! Ke ruang makan," ajak Sebastian sembari menarik pergelangan tangan Almira, dan tak memperdulikan rasa terkejut yang Almira rasakan.
"Tidak, Kak!"
Sebastian mengerutkan keningnya dan ikut menghentikan langkahnya. "Kenapa?" tanyanya.
"Aku akan makan nanti saja. Untuk sekarang aku masih belum lapar," Almira mencoba beralasan. Akan tetapi matanya yang terus melirik ke arah meja makan, serta perutnya yang tak dapat dikondisikan, semua itu telah mengungkapkan segalanya.
Sebenarnya Sebastian mengetahui apa yang menyebabkan Almira bertingkah seperti itu, dikarenakan dirinya yang sedari tadi memang tengah berada dibelakang Almira dan ikut mendengar apa yang telah membuat Almira terganggu.
"Sudah... Jangan pedulikan soal mama. Ada aku juga kakakmu, Sandra. Kami selalu ada di pihak mu," ucap Sebastian mencoba menenangkan dan membesarkan hati Almira. Karena dirinya juga tahu, dari awal mama Siska memang tak pernah suka pada Almira. Bahkan dari sebelum dirinya menikahi Cassandra, mamanya itu sudah tak menyukainya. Sangat kentara sekali jika sang mama tak menyukai Almira kala itu, itu sangat jelas terlihat ketika Almira berada ditengah-tengah mereka. "Ayo," ajaknya lagi.
"Tapi kan, Sandra__"
Almira sebenarnya masih ingin menolak, tapi tenaganya tak sekuat genggaman Sebastian pada tangannya yang seolah dirinya takut akan melarikan diri.
"Selamat pagi..!" Sebastian menyela ucapan mama Siska. Datang dengan tangannya yang terus menggenggam tangan Almira. Dan pemandangan itu tak luput dari perhatian semua orang, sehingga membuat macam-macam tanggapan dari beberapa tatapan mata. Cassandra dengan tatapannya yang sendu namun bahagia, mama Siska dengan tatapan tak sukanya, sementara papa Steven hanya menatapnya sekilas dan kembali fokus pada koran hariannya, tatapannya sulit dimengerti.
Tidak hanya itu.. Pandangan Cassandra kini beralih pada mata keduanya yang terlihat lelah dan sedikit ada lingkar hitam di area sekitar mata keduanya, yang membuat Cassandra jadi tersenyum, dan berharap dalam hatinya jika akan secepatnya melihat keturunan dari Sebastian dan penerus keluarga Alvaro.
Akan tetapi... Sepertinya pengharapan Cassandra tak akan semudah itu.. Cassandra tak tahu saja jika mata keduanya terlihat lelah bukan karena sengaja ingin bermalam, melainkan keduanya yang memang tak bisa istirahat malam. Almira tak bisa tidur dikarenakan dirinya yang tak terbiasa tidur dengan adanya orang lain di dalam satu kamar yang sama. Apalagi itu adalah lawan jenisnya, Almira merasa risih sehingga menimbulkan kewaspadaan berlebih malam tadi. Sementara Sebastian, dia tak bisa tidur dikarenakan....??
Oh, ayolah... Sebastian adalah pria normal, berada dalam satu kamar dengan lawan jenis, pasti akan membangkitkan hasrat dalam dirinya. Apalagi dengan keadaan Almira yang hanya memakai bathrob, yang secara tidak langsung membangkitkan pikiran liarnya. Ditambah dirinya yang lumayan lama berpuasa, membuat pikirannya selalu kemana-mana. Karena semenjak Cassandra diagnosa penyakit yang saat ini dideritanya, membuat Sebastian tak tega sendiri jika harus meminta haknya. Selain itu, Sebastian juga takut jika sampai dirinya menuruti nafsunya, akan semakin memperparah penyakit itu dan juga takut menyakiti istrinya itu. Sebastian bisa saja meminta haknya pada Almira untuk memenuhi hasratnya itu.. Namun Sebastian sekuat mungkin menahannya, dikarenakan selain dirinya yang belum siap dan tak sepenuhnya menerima pernikahan keduanya itu, pun juga ingin menjaga perasaan Almira. Pelan namun pasti, dirinya berharap hubungannya dengan Almira kedepannya akan semakin sesuai dengan apa yang di harapkan oleh Cassandra, istri pertamanya sekaligus kakak dari Almira.
"Pagi, Sayang. Pagi, Al..." Cassandra menyambut kedatangan Keduanya dengan penuh sukacita, dan mengesampingkan rasa sakit di sudut hatinya. "Al, Kau ingin kemana? Duduklah di sini, di dekat Bastian," tegurnya seraya berjalan mendekati Almira, saat melihat adiknya itu yang justru menarik kursi agak jauh dari semuanya. "Suami kita," sambungnya dengan berbisik tepat di telinga Almira seraya tersenyum. Almira membalas senyuman sang kakak dengan senyuman kikuk.
Berbeda dengan respon yang di tunjukkan oleh mama Siska, respon yang sangat menunjukkan rasa tak sukanya terhadap Almira.
Sementara papa Steven bersikap netral tak memihak kubu manapun.
"Kau akan bekerja, Bastian?" tanya Cassandra yang melihat dengan seksama penampilan suaminya.
"Tentu saja! Bagaimana cara menghidupi dua istri jika tidak bekerja..!" sela mama Siska dengan ketus.
Mama Siska, sedari awal Cassandra menikah dengan Sebastian.. Tak pernah sekalipun dirinya berkata ketus padanya. Akan tetapi semua berubah ketika Cassandra memutuskan untuk menikahkan Sebastian dengan adiknya itu. Mama Siska sering berkata ketus padanya, apalagi ketika saat Almira berada di antara mereka, mama Siska akan semakin menjadi.
"Ma..." tegur papa Steven tanpa berpaling dari koran yang dibacanya.
"Apa?! Bukankah benar apa yang di ucapkan, Mama. Sebaiknya Papa tak usah ikut campur. Lebih baik Papa makan saja koran Papa itu, tak usah makan makanan di hadapan Papa! anggurin saja semua itu," ucap mama Siska dengan sarkas.
Almira tahu jika sindiran tadi ditujukan kepadanya, tapi Almira tak pernah menunjukkan jika dirinya sakit hati, Almira justru akan tersenyum menanggapinya. Karena Almira sudah kebal akan hal-hal semacam itu.