NovelToon NovelToon
Ketika Semua Menjauh

Ketika Semua Menjauh

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: husnel

Jalan hidup ini bagaikan roda. Kadang di atas kadang di bawah. itulah yang terjadi pada seorang wanita yang tidak muda lagi.

Namun demi buah hatinya ia berusaha bertahan. yang dipikirkan bagaimana supaya anaknya bisa sekolah dan bertahan hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husnel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Goda Ayah

Mereka pun Sampai di tempat di mana mereka naik tadinya. Mei dan anaknya turun dari mobil.Begitu juga ibuk-ibuk yang satu arah dengannya Beni memperhatikan, ada rasa cemas di hatinya. Saat mereka turun. Ia pun sudah menunggu di pintu membantu ibuk-ibuk yang turun.

"Da Abang.." Seru Nia saat di turun dari gendongan Beni yang membantunya turun.

"Da.. Da.. Dek. kabarin Abang sampai rumah ya." lirihnya saat Nabil turun.

Nabil hanya mengangguk kecil, karena ada banyak orang di sana. Ia jalan terus membimbing Nia. Bundanya belum turun karena masih repot mengumpulkan bawaannya. apalagi kandang si kelinci dan oleh-oleh yang di beli Beni tadi.

Beni yang melihat Bunda Mei kerepotan. Dengan sigap ia membantu." Sini Bund. Aku bantu.. Bunda turun saja dulu." Saran Beni pada Mei.

Mei terpaksa menurut saja, karena memang sangat repot ia jadinya.Makanya ia kaget sekali saat ada kandang kelinci tersebut di pegang anaknya.

Saat sampai bawah." Aku antar aja ya Bund. kayaknya Bunda repot sekali." Ujar Beni.

Tanpa menunggu jawaban dari Mei. Beni pun berlari kecil ke arah sopir di mana Ayahnya duduk.

Pak Andre pun turun." Ada apa.?" Tanah Pak Andre lambat.

"Boleh nggak kalau aku antar mereka. Kayaknya kerepotan." Beni memohon pada Ayahnya. Pak Andre tanpa berpikir.

"Beni. Nggak baik. Ini sudah malam. Lebih baik kamu naikkan saja kelincinya. Besok saja kamu antar." Saran ayahnya. Beni pun mengangguk paham.

Ia pun berlari lagi ke tempat Mei berdiri. " Dek. Besok aja Abang antar kelinci ya. Masalahnya repot sekali kalian bawanya. Jadi Abang bawa lagi ya." Beni memegang tangan gadis kecil tersebut.

"Ya nggak apa." Mei memutuskan. Karena nggak enak, pandangan ibuk-ibuk sudah mulai curiga.

Beni pun membawa kandang kelinci tersebut naik ke mobil. Mengantar ibuk-ibuk masih belum sampai ke tempat mereka naik tadi.

Nabil tidak melihat bus tersebut jalan. Karena pandangan yang aneh dari teman bundanya.

"Eh. Kok Kelincinya di naikkan lagi Mei.?" Tanya buk Afi yang juga searah dengannya.

Untung saja suaminya Mei datang.

"Eh. tuh ayah sudah datang. Kami duluan ya Buk Afi. Suami ibuk sudah datang. Atau ibuk ikut kami saja." Tawar Mei nggak enak. Karena hanya Buk Afi yang belum datang jemputannya.

"Eh. Nggak usah.anak saya sudah hampir sampai." Jawab Buk Afi.

Nabil merasa lega, karena teman Bundanya yang resek itu tidak jadi naik.

"Ayah.. Kelinci Adek di bawa Abang. Besok di antarnya lagi." Ujar Nia. Mei dan Nabil saling pandang.

Hendra yang mendengarkan bingung." Kelinci di bawa Abang.Abang yang mana dek" Tanya Hendra yang fokus pada Abangnya bukan pada kelinci milik si bungsu. Sementara Tata hanya duduk manis di bangku belakang bersama kedua. Saudaranya sambil makan donat yang suguhkan adeknya.

"Itu Bang Ben. Dia yang belikan Adek kelinci." Ujar Nia semangat.

Hendra masih saja belum paham. Ia menatap istrinya yang duduk di sebelahnya. "Nanti Bunda ceritakan." Bisik Mei pada suaminya.

Akhirnya Hendra tidak lagi bertanya. Namun Nia terus saja berceloteh tentang Ben dan kelincinya. Ternyata semuanya di rekam adeknya. Nabil sampai merasa pusing sendiri. Ia takut melihat wajah ayahnya yang menatapnya curiga.

"Apa pacar kakak. Bang Ben yang di sebut Adek.?" Tanya Hendra menggoda.

"Bund.. Ayah.. Tuh.. Adek bisa diam nggak. mana. Ada kakak pacaran." Kesal Nabil. Namun Hendra malah senang menggoda anak sulungnya.

"Oh.. Jadi besok Bang Ben nya datang nih. Apel ceritanya." Goda Hendra makin menjadi.

Nabil hampir saja menangis. Jika Mei tidak menghentikan.

"Udahlah ayah. Senang banget godaan anaknya." Mei pura-pura marah pada suaminya.

"Ha..ha.. Hendra terkekeh melihat anak gadisnya yang merajuk." Ganteng nggak dek Abang Ben nya.?" Tanya Hendra. Karena anaknya sudah terlihat tenang.

"Bunda.. Ayah jahat..uu. Uu." Tangis Nabil akhirnya pecah juga. Nia tertawa melihat kakaknya nangis. Mei pun tak tahan, ia. Pun mencubit lengan suaminya.

"Ayah nakal nih. bunda cubit." Hendra malah makin tertawa.

Hendra pun akhirnya diam, ia pun membelokkan mobil ke pekarangan rumahnya.

"Tata.. Bantu Bunda nih nak." Perintah Mei pada anak laki-laki satu-satunya.

"Ya Bund." Tata pun mengangkat barang Bundanya yang lumayan banyaknya.

Hendra hendak mengantar kan mobil ke rumah orang tuanya. Karena mobil tersebut milik orang tuanya. Jadi ia kembali mengantarkan.

"Ini oleh-oleh untuk mama dan Tantenya sekalian di bawa aja Yah." Mei pun memberikan beberapa makanan yang di belikan Beni tadi.

Nggak tahu apa saja isinya. Mei mengintip dulu, takut nanti nggak enak. Kemudian ia berikan setelah tahu isinya. Dan dia berikan beberapa kotak.

Beni mengirim pesan pada Nabil. Karena sudah di tunggu-tunggu tidak ada juga ada kabar.

Beni: "Udah sampai rumah dek.?"

Nabil.:"Sudah. Aku capek."

Beni:"Oh baiklah.. Istirahat ya dek, mimpiin Abang ya..he.he."

"Kamu unik dek. Bikin Abang penasaran terus. Seperti Abang beneran jatuh cinta pada pandangan pertama." Lirih Beni pada dirinya sendiri.

Ada ketikan pintu kamarnya. Ternyata Ayahnya. " Ada apa Yah.?" Beni heran melihat wajah Ayahnya bersama Ibunya juga.

"Kami mau bertanya." Pak Andre dan Buk Tina yang sudah menunggu di ruang keluarga. Beni pun duduk di depan orang tuanya.

"Ada apa ini.?" Tanya Beni yang merasa heran.

"Apakah penglihatan Ayah salah. Apakah kamu serius dengan gadis tersebut.?" Tanya Pak Andre dengan wajah serius

"Ayah. Kami baru bertemu hari ini. Masak Ayah langsung saja berpikir begitu.?" Tanya Beni menyembunyikan perasaannya.

"Kamu jangan bohong nak. Tadi Ayah melihat kamu tertawa lepas begitu bersamanya. Dan Ayah pun sempat bertanya pada Buk Mei Bundanya." Ujar Pak Andre

"Terus apa jawab Bunda Yah." Tanya Beni penasaran. Tina pun tertawa kecil.

"Anak nakal. tadi gayanya ogah." Tina melempar anaknya dengan bantal kursi yang ada di dekatnya.

Beni menangkapnya sambil cengengesan." Mau gimana lagi Bu.. Dia gadis yang unik. Selalu bikin hati cenat-cenut." Beni berkomentar tanpa sadar.

Kedua orang tuanya saling pandang. "Alhamdulillah.. Akhirnya anak kami mau juga dengan wanita di sini. Kami takut sekali kalau kamu nantinya menikah dengan gadis bule. Bisa-bisa kami kehilangan anak jadinya." Ledek Pak Andre tersenyum senang.

Beni hanya salah tingkah, ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya apalagi pada orang tuanya.

"Kamu jadi besok ke rumahnya. Apa perlu kami temani.." Ledek Pak Andre.

"Ayah. Jangan dulu lah.. Ayahnya saja belum tahu gimana. Tau-taunya melamar anak orang bisa di gorok nanti sama bokap nya,Eh kok malah Ayah yang tidak sabar."Heran Beni.

Pak Andre hanya geleng-geleng kepala, bukan apa. Ia pun senang melihat celotehan Nabil yang apa adanya tanpa di buat-buat. Terlihat sekali kalau ia tulis sama seperti orang tuanya.

1
arcyanl
keren, semangat thor!!! mampir novelku juga yuk :P/Sneer//Good//Good/
Husnel: apa judulnya
Husnel: makasih. ok
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!