Hai, kenalin! Ini adalah novel gue yang bakal ngajak kalian semua ke dunia yang beda dari biasanya. Ceritanya tentang Lila, seorang cewek indigo yang punya kemampuan buat liat dan ngerasain hal-hal yang nggak bisa dilihat orang lain. Tapi, jangan mikir ini cuma cerita horor biasa, ya!Lila ini kerja di kota besar sebagai jurnalis, sambil terus nyoba buat hidup normal. Sayangnya, dunia gaib nggak pernah jauh dari dia. Dari gedung-gedung angker sampai pesan misterius, Lila selalu ketarik ke hal-hal aneh yang bikin bulu kuduk merinding. Di tengah kesibukannya ngeliput berita, Lila malah makin dalam terlibat dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang seolah ‘nungguin’ dia buat ngungkap rahasia besar.Penasaran gimana dia bakal hadapin semuanya? Yuk, ikutin terus perjalanan Lila di "Bayangan di Kota: Kisah Gadis Indigo". Siap-siap deh, karena lo bakal nemuin banyak misteri, ketegangan, dan sentuhan supranatural yang bikin lo nggak bisa berhenti baca!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hansen Jonathan Simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Langkah Menuju Kebenaran
Malam itu, Lila terbaring di tempat tidurnya, mata menatap langit-langit yang seakan semakin mendekat. Pikiran tentang anak kecil di taman terus berputar. “Gue harus ngerti ini semua,” gumamnya. Dia merasa terjebak dalam dunia yang penuh misteri dan ketidakpastian.
Pagi harinya, dia memutuskan untuk menjelajahi lebih dalam tentang apa yang terjadi padanya. Setelah beres-beres dan sarapan seadanya, Lila membuka laptopnya. Dia mulai mencari info tentang paranormal dan pengalaman serupa. Mungkin ada orang lain yang mengalami hal yang sama.
“Coba lihat forum-forum aneh,” pikirnya. Setelah beberapa jam browsing, dia menemukan sebuah grup online yang khusus membahas pengalaman gaib. Beberapa cerita di sana bikin bulu kuduknya merinding. Banyak yang berbagi pengalaman melihat hantu atau makhluk halus yang sama seperti yang Lila lihat.
“Duh, mereka juga ngerasain hal yang sama,” ujarnya sambil menggeleng-geleng kepala. Dia mulai merasa nggak sendirian, tapi di sisi lain, ketakutannya semakin membesar.
“Coba aja tanya di forum,” pikirnya. Lila ngetik pesan: *“Gue sering lihat makhluk aneh dan mimpi buruk. Ada yang bisa bantu?”* Setelah mengirim, dia berusaha tenang sambil nunggu balasan.
Setelah itu, Lila menghubungi Rina. “Rin, bisa nggak kita ketemu di kafe lagi? Gue butuh ngomong,” katanya.
“Bisa, Lil! Jam berapa?” jawab Rina antusias.
“Sekitar jam empat. Gue ada yang mau diceritain.”
...****************...
Setelah sampai di kafe, Lila melihat Rina sudah menunggu dengan segelas latte di depan. Rina langsung menyapa, “Nah, ada apa? Mukanya kayak baru ngelus kucing liar!”
“Gue ngerasa aneh, Rin,” kata Lila sambil duduk. “Gue udah nyari info tentang apa yang terjadi sama gue. Banyak orang di luar sana yang mengalami hal sama.”
Rina mengerutkan dahi. “Maksud lo?”
“Banyak yang liat makhluk, mimpi buruk, bahkan ada yang bisa komunikasi sama arwah. Gue jadi merasa ini bukan cuma mimpi doang,” jelas Lila, nadanya serius.
“Gila, Lil! Ini serius banget, lo harus hati-hati!” Rina mengerutkan kening.
“Iya, dan ada satu hal lagi. Di forum itu, ada yang nyaranin buat ngontak seorang ‘mentor’ yang bisa bantu memahami kemampuan ini. Mungkin dia bisa jelasin apa yang gue alami,” ungkap Lila.
“Lo serius mau ngontak orang itu?” Rina melotot. “Gue sih oke-oke aja, tapi lo yakin?”
“Gue harus mencoba. Mungkin ini satu-satunya cara buat hidup normal lagi,” jawab Lila mantap.
“Baiklah, kalau gitu lo perlu nyiapin diri. Jangan sampe kaget ya,” Rina berkata sambil menyemangati.
Setelah beberapa menit diskusi, Lila kembali ke rumah dengan tekad. Dia memutuskan untuk mengontak mentor yang dimaksud. Dengan sedikit keraguan, dia mengetik pesan: *“Hi, saya Lila. Saya butuh bantuan untuk memahami pengalaman gaib yang saya alami.”*
Balasan datang cepat. “Halo, Lila. Aku bisa membantumu. Kita bisa bertemu. Apa kamu siap untuk belajar?”
Jantung Lila berdegup kencang. “Oke, aku siap,” balasnya.
...****************...
Hari pertemuan itu tiba. Lila merasa campur aduk antara cemas dan bersemangat. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap terbuka dan siap menghadapi apapun yang akan dia dengar.
Mentor itu, seorang wanita paruh baya bernama Maya, menunggu di sebuah kafe kecil di pinggir jalan. Maya tampak tenang dengan aura yang memancarkan kehangatan.
“Lila, ya? Senang bertemu denganmu,” sapa Maya dengan senyum lembut. “Ceritakan padaku, apa yang terjadi?”
Lila mulai menjelaskan pengalaman-pengalamannya, dari melihat makhluk hitam hingga mimpi buruk yang menghantuinya. Maya mendengarkan dengan seksama, sesekali mengangguk.
“Semua yang kamu alami adalah bagian dari kemampuan yang kamu miliki,” kata Maya setelah Lila selesai bercerita. “Kamu mungkin punya indigo atau kemampuan melihat yang lebih dalam.”
“Indigo? Itu beneran?” tanya Lila, bingung. “Gue pikir itu cuma mitos.”
Maya tersenyum. “Banyak yang berpikir begitu, tapi itu nyata. Banyak orang dengan kemampuan ini merasa terasing dan bingung. Kamu harus belajar mengendalikannya.”
“Gimana caranya?” Lila penasaran.
“Pertama, kamu perlu percaya pada dirimu sendiri. Kedua, kita bisa latihan untuk membuka dan menutup ‘senses’ kamu. Ada teknik meditasi yang bisa bantu kamu,” jelas Maya.
Lila merasa ada harapan. “Oke, gue mau coba.”
“Bagus. Ingat, setiap kali kamu merasa cemas atau takut, tarik napas dalam-dalam dan fokus. Cobalah untuk tidak panik,” pesan Maya.
Setelah pertemuan itu, Lila merasa lebih tenang. Dia pulang dengan semangat baru dan siap menghadapi apa pun yang akan datang.
...****************...
Hari-hari berlalu, Lila mulai melakukan latihan meditasi yang diajarkan Maya. Awalnya sulit, tapi semakin lama, dia merasa lebih terhubung dengan dirinya sendiri. Dia belajar membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya khayalan.
Namun, meski sudah berlatih, masih ada saat-saat di mana ketakutan menghampiri. Suatu malam, saat dia sedang meditasi, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang aneh. Suara gemerisik terdengar di sekitar kamar.
Lila membuka matanya. “Apa ini?” pikirnya. Dia merasa ada yang memperhatikan. Jantungnya berdegup kencang, tapi dia ingat pesan Maya untuk tetap tenang.
“Siapa di sana?” tanyanya, suaranya bergetar.
Tiba-tiba, bayangan hitam muncul di sudut kamar. Lila mengingat latihan meditasi yang dia pelajari. Dia menarik napas dalam-dalam dan mencoba fokus. “Gue bisa ngadepin ini,” bisiknya pada diri sendiri.
Bayangan itu mendekat, tapi alih-alih panik, Lila mencoba mengirimkan energi positif. “Gue bukan musuhmu,” ucapnya pelan.
Bayangan itu berhenti, seolah mempertimbangkan kata-katanya. Lila merasa ada ketegangan di udara, tapi dia berusaha tetap tenang. Dia tidak mau lari.
Akhirnya, bayangan itu menghilang, meninggalkan Lila dalam ketenangan. “Apa ini yang dimaksud dengan memahami?” pikirnya.
Lila tersenyum. Mungkin dia masih punya banyak yang harus dipelajari, tapi dia yakin bisa menghadapi segala sesuatu yang datang. Kini, dia tidak hanya ingin hidup normal. Dia ingin memahami siapa dirinya yang sebenarnya, meski jalan di depan penuh misteri dan tantangan.
Dengan semangat baru, Lila bersiap menghadapi hari esok.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
gimana cantik ngak foto Mbak Lila!!
komen yahh